Puisi-puisi Muhamad Arfani Budiman (Media Indonesia, 26 November 2017)

Ketukan Hujan 1, Aubade 2, Variasi Doa, dan Lainnya ilustrasi Pata Areadi/Media Indonesia
Ketukan Hujan 1
bulan menghiasi dinding malam
rintik hujan mengusap perih kerinduan
sementara curamnya luka tersimpan
pada kesabaran batu-batu di ruang tamu
bayang wajahmu menyusup bersama putaran waktu
kekasih petiklah kembang-kembang doa kirimkan
pada wajah langit sehingga cinta masih bisa menyala
seperti kobaran api yang dijaga dewa puisi
2017
Aubade 2
sepanjang malam bulan remuk
dipunggung langit ledakan rindu
seperti selongsong peluru tubuhku
terpisah menjadi sebuah kekosongan
ketika luka menetes dari putaran waktu
doa-doa berlayar seperti perahu dikayuh
menuju lautan ingin rasanya mencintaimu
seperti ikan-ikan dikolam tepat ketika pagi
begitu berbahaya dan seorang gadis
menenun cinta dengan telapak tangan yang berdarah
2016
Variasi Doa
menjelang senja matahari
terbit dimatamu seolah
rindu seperti pisau yang diasah
melewati jalan-jalan berlubang
aku temukan ketabahan batu-batu
diguyur hujan sepanjang hari
seperti juga tanganmu mampu
mengusap dadaku yang lebam
oleh pusaran luka digigil cermin
bayangan wajahmu melompat
menciptakan cinta yang suci
ditaburi puisi dengan seluruh imajinasi
2016
Gerimis Luka
pada hari jumat agung
seluruh hamba-hamba
mengumpulkan doa menjadi
serpihan hujan sehingga
bumi begitu terluka menerima
rintik kesedihan yang mengalir
dari matamu matahari terbelah
pecah diwajahmu riak-riak cahaya
membentuk lingkaran waktu
sehingga aku masih mampu
membaca takdir pada telapak tanganmu
meniupkan ruh pada retakan kata-kata
2016
Kepada Waktu 2
senja mulai memasuki ruang rindu
hembusan angin meluruhkan daun-daun
menuju rebah tanah matahari terkurung
oleh kepak awan putih sementara
ledakan doa-doa berlayar menuju
samudera waktu seluruh luka
terseret menuju punggung langit
mencintaimu adalah sebuah takdir
tapi kesedihan adalah tangan tuhan
yang menurunkan sayap-sayap puisi
menuju lubang kesunyian
2016
Potret Wajahmu
:Ardisa Nadilestari
wajah malam dengan getarnya luka
tersimpan rapi bersama rintik hujan
lalu di atas tanah datar ini aku meniupkan
rindu pada irama gerimis yang ritmis
perempuan itu mengusap lebam dadaku
melipat doa-doa yang jatuh dari ranting cahaya
sehingga cinta itu seperti titik api membakar
seluruh garis-garis kesedihan yang dikendalikan sang
waktu
2017
Goresan Namamu
:Ardisa Nadilestari
doa-doa membasuh rekah
kelopak mawar pada matamu
aku menemukan sebuah jalan pulang
dimana kau menjadi rumah bagi
setiap langkah perjalanan kau tabukan
cinta menjadi sebuah ungkapan luka
dimana kau menjadi ibu bagi setiap
kata-kataku membentuk rindu
pada putaran waktu terlempar
menuju lubang kesunyian
2016
Muhamad Arfani Budiman, lahir pada 6 Januari 1989. Penyair yang bergiat di ASAS (Arena Studi Apresiasi Sastra) UPI Bandung. Buku Puisinya Pecahan Kaca Di Jalan Lestari.
Redaksi menerima kiriman puisi orisinal dan belum pernah diterbitkan media massa lain. Kirim ke [email protected]
Leave a Reply