Ganda Cipta, Puisi

Di Kedai Kopi, Saat Kita Hanya Bisa Berdoa, Ada yang Datang dan Pulang, dan Lainnya

0
(0)

Puisi-puisi Ganda Cipta (Jawa Pos, 07 Januari 2018)

Kartun Dana Basuki - Jawa Pos.jpg

Kartun Dana Basuki/Jawa Pos

Di Kedai Kopi

 

menunggumu sophia

seperti menunggu hujan dalam dekapan langit

 

ada perempuan…

berbaju merah kotak-kotak di belakangku

mungkin dia tak sekadar suka kopi

tapi juga politik

 

tahukah kau, di negeri ini

kopi dan politik hampir tak ada bedanya

ada cinta, luka, juga musim yang ditunggu-tunggu

 

maka aku menulis sajak saja, sophia

dalam rima yang tak berderap

dan mungkin senyap

 

kalau tak datang juga kau selepas hujan reda

kan ku tulis surat untukmu.

 

sekalimat saja…

 

“aku rindu masa lalu”

 

sudah itu

dengan gagah ku tatap masa datang

 

Padang, 19 April 2017

 

Saat Kita Hanya Bisa Berdoa

 

merdeka itu

bisa mencintaimu

tanpa bertepuk sebelah tangan

 

tapi sophia…

saat garam mahal di laut luas

cinta hanya kisah-kisah yang memabukkan

 

mari

gandeng tanganku ini

kita ke pasar

 

adakah kau dengar kanak-kanak berlagu sekenanya?

nasib dan suara mereka sama-sama tak ada merdunya

 

atau itu

adakah kau lihat pemalak berkepala batu yang tak bisa apa-apa,

saat dipunggungkan istrinya dalam tidur yang lapar

 

jadi, kita kibarkan atau bawa berlari

tak ada ubahnya bila bandit-bandit bermata hijau,

masih membagi-bagi nasib kita di atas meja

negeri ini akan selalu mati gaya

merdeka hanya kata

menguap bersama bau kentut mereka

 

baiklah

mungkin kita hanya bisa berdoa

pada langkah yang semakin tua

 

panjangkan usia, pendekkan sengsara

 

Padang, 18 Agustus 2017

 

Ada yang Datang dan Pulang

 

Baca juga  Kopi Sebelum Kau Lupa, Luka Kata, Sangkar Bibir, dan Lainnya

sekali ini pagi datang cepat

tidak berlari tapi menyelinap

di antara dingin dan bunyi air

yang lepas di pancuran

 

maka dengarlah kisah ini

tentang seorang penyair…

 

“mak, aku hendak kawin.”

kata-kata itu lepas

seperti durian lepas dari tampuknya

 

“sudah siap kah engkau?” tanya mak,

dalam degup jantung yang tak pasti.

 

“siap kawin tak seperti siap mati.”

jawab itu lalu, bersama lesatan cahaya

 

setelah itu tak ada lagi tanya jawab

 

tangan mak makin keriput dalam remas santan

dan penyair tenggelam dalam segala perang

 

tangis pun menyongsong kematian

ada yang datang dan pulang

 

begitulah

 

Padang, 1 Agustus 2017

 

Negeri Siapa?

 

bisakah kita untuk tetap waras

hingga ke pelaminan nanti, sophia?

sampai kapan akal sehat kita diblender kisah-kisah

yang semua akhirnya, sudah di luar kepala?

 

bukankah sudah kukatakan,

negeri ini tidak cocok untuk berbulan madu

sebab baranya bukan untuk percintaan

 

liku jalannya adalah kebodohan yang berulang-ulang

gunung tingginya, kesombongan yang tak berpenghalang

dan dalam lautnya, berisi ikan-ikan kebencian

 

kita tak sekadar sedang menontonnya, sayang

kadang ikut memanggil-manggil hujan

walau hanya gerimis yang datang

 

di pengujung sore…

kau genggam erat jemariku

bibir pucatmu

tak melepas satu kata pun

kita hanya melangkah

hingga penghabisan malam, beku

 

Padang, 19 Juli 2017

 

 

Ganda Cipta, lahir di Padang, 4 Mei 1984. Alumnus Sastra Indonesia Universitas Andalas, Padang. Saat ini menjadi wartawan di harian Padang Ekspres.

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!
%d bloggers like this: