Puisi-puisi Afrizal Malna (Kompas, 13 Januari 2018)
seseorang yang mengapung di atas tubuhku
dia membuat sore dari sebuah rancangan busana
jahitan udara antara yang terbuka dan tertutup
guntingan pada bahu. kulit tropis di musim semi
buatlah aku dari air liur burung gereja
yang memberi minum anaknya, dan sebuah kamus yang
tak punya ancaman
jangan bercerita, ketika kupu-kupu terbang dalam suaramu
dan sebuah senja yang tak bisa dimasuki batas malam
tubuhnya mengapung di atas tubuhku
seperti laut pasang
bulan yang tergenang dalam cahayanya
buatlah aku kembali tidak mengerti apa itu takut
ketika menyusuri bibirmu, pelukan, yang meninggalkan senja
pada lampu jalan
sebuah kafe, belum tutup untuk seorang tamu
yang masih menyanyikan cinta. para pemusik
telah pergi meninggalkannya.
sebuah lagu elvis presley, fever,
link: https://youtu.be/dNsU5edolvk
seperti suara bibir dalam anggur merah
buatlah aku dari sebuah sudut malam
seolah-olah aku sedang menunggumu
di sebuah titik yang meledakkan garis pelarian
hingga aku tak tahu: sedang memeluk mayatku sendiri
sebuah pintu di depan pintu
aku seorang prajurit yang tidak mengenal
siapa komandanku
aku hanya menerima perintah
“rapat ke B rapat ke A. rapat.
kau adalah A atau B di antara C”
– sebuah ledakan di kampung melayu
– sebuah pameran evolusi busana
– pidato kebudayaan tentang bintang mati
– silsilah keluarga, bantu rumah sakit
– petemakan ayam untuk konsumsi kota
kau adalah A dengan wajah anti A
susunlah B dan C sebagai A dan tak tahu
mereka adalah A. ciptakan D sebagai lawan A
untuk menyaring seluruh anti A
targetnya: A adalah B
aku adalah A bukan B setelah C
intinya “ABC” tutup semua jendela. tutup
semua pintu. tutup hantu etimologi
topeng alfabet dalam viral riwayatmu
arsip kegelapan
dia meninggalkan kakinya di luar untuk berjalan ke dalam:
ginjal, empedu, jantung, sebuah ruang tamu dan seseorang
yang tak pernah ada. dia meninggalkan kepalanya di dalam
untuk berjalan ke luar: lemari, bantal dengan sisa rambut,
sabun mandi dan bau sperma dari tubuh yang tak pernah ada.
bagaimanakah ruang bekerja antara batas dan objek-objek, dan
sebuah badai yang mencari di mana arsip sinar matahari
tersimpan.
masuk dan keluar lagi, pintunya tertinggal di tempat tukang
servis radio, gelombangnya mencari lagu-lagu kenangan. aku-
lirik yang pingsan dalam sebuah buku kritik sastra tentang
seseorang yang tak pernah ada. kilometer-kilometer telah
berlalu, bangkai waktu dalam sebuah kecelakaan lalu-lintas.
para pencuri masuk ke dalam perpustakaan, mencuri arsip,
menggantinya dengan tisu. mereka menemukan aku-lirik yang
sekarat dalam perpustakaan:
”beri aku bahasa
beri aku bahasa
untuk bernafas.”
jari-jari tangan mereka tertinggal dalam mesin tik tua. tata
bahasa berlalu, lidahnya bengkak oleh huruf-huruf kapital yang
cerewet tentang kata-kata yang tak pernah ada
dia berjalan ke dalam melalui jalan ke luar:
ladang kuburan arsip dalam kegelapan
(hamlet)
buat Imas Darsih, sutradara Miss Tjitjih
setelah pertunjukan hamlet dalam bahasa Sunda
koper itu telah terbuka
bau perjalanan bersarang dalam handuk lembab
matahari jam 9 pagi, rima dari sinar hangat
(pagi)
bau ikan asin dari penggorengan
batas antara bibir dan hantu-hantu kenangan
jemari tanganku sudah tak merasakan lagi
– rokok masih menyala yang kuhisap
(lepas):
bagaimanakah
bagaimanakah
bagaimanakah? membedakan
tubuh kekasih dan tubuh seorang ibu. bau yang telanjang
rute yang tidak pernah sama untuk
memelukmu: tutorial tentang cinta dan rahasia
di tangan para penjaga malam yang malam
asap tembakau keluar dari dalam koper
mengurai merkuri dari racun kenangan
tentang homo habilis
mereka sedang menghisapnya:
– KTP
– paspor
– kartu nikah
– potongan pajak puisi
– NPWF
– ATM dan sikat gigi
– (:))
koper beri aku visa, koper
(hutan telah terbakar di depan istana)
singgasana yang cerewet dalam bau darah
Adegan yang Disensor:
– hamlet keluar dari pintu belakang/
– tapi dia juga keluar dari pintu depan/
– dia masuk lagi ke dalam yang di luar/
beri aku visa
: untuk pulang ke dalam rumah sendiri
di jendela pesawat
telah lama aku menunggumu
terlalu lama
sebelum kamu datang
sebuah mobil terbakar menuju bandara
bau besi hangus
apakah kematianku juga tak ada gunanya
rasa perih pada betis. kaki menjelang berdiri
otot kehilangan berbaring
tubuhku telah berhenti sebelum kamu datang
dan kamu memang tak pernah datang
sebagai kamu yang tak pernah ada
matahari akan bersinar lagi besok pagi
cerah. hangat. angin tipis
awan putih dan langit biru
kembang api di malam tahun baru
link: https://youtu.be/-pMlDnrZCYw
sudah malam, kau tidak lelah?
buat Kedung Darma Romansha
ia bertanya kepada “siapakah”
yang telah mengarang tubuhnya di panggung ini
panjang rambutnya melebihi
batas kau bisa mengukur merunduknya padi
menjelang panen. seorang aku-lirik mabuk
dalam bau kematian yang membiusnya
dia mencari tubuh-puisi yang lain – dan dia pikir
– itu sejenis luka pada tanda baca. siapakah namamu?
(ayo, bos, sawernya mana)
tatapannya: membakar untuk setiap lelaki padam
dan setiap gesekan padang pemburuan
uang, kejantanan yang goyah, cinta yang liar
dalam mikrofon setelah panen
dia seorang utami. suaranya berongga
tempat kau bisa menghilang tanpa frekuensi
– (terima kasih. sawer lagi dong, bos)
sebuah tawaran politik di bawah tangan
setelah panen. dan jerami dalam kenangan hutang keluarga
dia seorang dewi, suaranya adalah:
kau akan gagal menatapku dengan kekuasaan
ia menggerakkan pinggulnya di atas ujung telapak kakinya
– (goyang dong), dan seekor kuda berlari
jejak-jejak keringat melekat di lehernya
menembus rahasia sebuah hutan
dia seorang penyanyi:
kau tawar-tawar
cinta (siapa) – rindu (siapa)
(link: https://youtu.be/oFJObnoTIug)
ada apa ini? lelaki saling mengejar, memukul
seperti kawanan hewan yang merobek rumah
ia memanggil lelaki seperti anak ayam untuk makan
ladang kecantikan seorang dewi di atas pantura yang demam
dan mereka menciumi tangannya. perempuan suci
nyai ronggeng dan cahaya malam dari tubuhnya
petani antara harga beras dan tanali
antara desa yang runtuh dalam spiker
Afrizal Malna kini kian tidak tahu batas-batas puisi. Merasa lebih bekerja sebagai seorang “bekas penyair”; membuat jejaring lain antara irisan-irisan imaji, tanda baca, dan bahasa sebagai elemen imaterial dalam ruang tipografi tata letak. Pada Batas Setiap Masa Kini (2017) adalah buku mutakhirnya.
Muhammad Afif
Reblogged this on Words of Thoughts.