Puisi-puisi Jumari HS (Media Indonesia, 13 Mei 2018)

Koruptor, Jakarta Mei 1998, Srigala Berbulu Domba, dan Lainnya ilustrasi Media Indonesia
Jakarta Mei 1998
Air mata dipecah
berlinang berai, memisah saling
curiga diriuh merobek bendera
Angin ngilu, ratapannya
terdengar satir di palung katulistiwa
kata-kata terbelah hilang sapa
Tidak ada lagi saudara
satu dipecah berjuta angkara, menyala
asapnya membumbung murka
Ngeri dikenang
berkecamuk benci, menyembilu nurani
gadis-gadis diperkosa dan harta benda dirampas
Kasih sayang hilang
dihempas kericuhan, jeritannya
bergumam : jangan ulangi kebiadaban ini lagi!
Jakarta, Maret 2018
Srigala Berbulu Domba
Kau dan aku
sepasang srigala lapar
melolong
di perut
berbulu domba
Kita tidak bernampak marah
tidak berkeluh kesah
Kita hanya pura-pura, lalu
menikam
di belakang.
Kudus, Maret 2018
Jadilah
Jangan jadi air mata
jika linangannya pura-pura
Jangan jadi kata
jika ucapnya tipu daya
Jadilah dirimu saja
perkasa di palung cinta.
Kudus, Maret 2018
Aku Ingin Menjadi Cinta Lagi
Melihat antara kebenaran dan kekeliruan saling
berjumpalitan
di pelupuk mata, rasanya membuat aku gamang
meneteskan air mata
rasanya aku terlelap di pencarian yang berkunangkunang
Aku ingin menjadi cinta lagi
menjadi telur dalam rahimnya lalu menetes menjadi
cahaya
di hati yang setia mengusir kabut dan berhening di
kesucian sambil
merenungi segala kekaburan
Aku ingin menjadi cinta lagi, ya aku ingin
menjadi lagi, lalu mengembarai seperti burung
terbang bersayap sajadah
hinggap dari ranting ke ranting berkicau rindu di
palung jiwa dan
selalu ingat, selalu kangen pada keabadian
Aku ingin merjadi cinta lagi
sebab aku ingin kembali kepadamu
tak sia-sia.
Kudus, Maret 2018.
Koruptor
Kau
tidak bedanya tikus
mengerat
dada terbelah
bendera robek
Kau juga
tidak bedanya benalu
menggelantung
ranting-ranting tercecap
daun terucek
Kau
lalat di meja makan.
Para Pembohong Suara
Niat tipu dayamu, kepentingan
politikus, astaga
Membohong suara yang
dipertontonkan
Sepahit liur lidah, menjulur bayang
di pesta demokrasi
Mematuk telinga rakyat yang
ditulikan.
Elegi Kupu-kupu
Ketika kau terbang di taman
Putik bunga mekar dalam cumbu nafasmu
Menebar aroma tentram, ada desah kasih sayang
Mengingatkan meditasi kelahiran
Sungguh lembut sayapmu, setipis
Kulit cinta tak patah cahaya, berkitaran
Mencari kata demi kata, bergairah
puisi berkepak hati
Kutemukan terbangmu pagi hari
langit berbinar cerah, dan angin beraroma rindu
mengulum sisa embun malam di bibir matahari
dalam decak rahasia-rahasia
Ketika kau terbang lalu
hinggap di mata, air mata bergulir menetes syahdu
di kalbu, lalu bergumam :
sungguh semakin langka taman-taman digusur
gedung-gedung industri.
Kudus, April 2018
Leave a Reply