Cerpen Anas S. Malo (Radar Surabaya, 20 Mei 2018)
SIAPA sangka, jika di dalam tubuh gadis manis itu tempat bersemayamnya roh-roh jahat yang selalu membunuh pemuda-pemudi di desa itu dengan kejam. Namanya Maria. Gadis belia itu tidak tahu-menahu, penyebab mengapa roh-roh jahat itu bersembunyi di dalam tumbuhnya.
Jika malam tiba, Maria seperti tidak bisa nengontrol dirinya. Tubuhnya seperti bergerak sendiri dengan kekuatan yang berlipat ganda. Beberapa menit kemudian, roh-roh jahat itu keluar dari tubuhnya untuk mencari makan. Dan, setiap malam menjelang selalu seperti itu.
Ia pun sebenarnya menginginkan hidup seperti layaknya manusia biasa. Tanpa ingin menjadi manusia sakti, bahkan pikirannya selalu ingin menjauh dari anggapan tentang dirinya yang dianggap sebagai wanita iblis. Terlepas dari itu, sebenarnya Maria adalah gadis manis yang punya hobi memetik bunga di taman belakang rumahnya. Dan, ia bertempat tinggal di jantung Desa Oradour-Sur-Glane.
Namun Desa Oradour-Sur-Glane tak lagi ramah dengan warganya. Setiap hari ada saja korban yang mati mengenaskan. Atau seminggu sekali tercatat tiga atau empat orang yang mati dengan kepala terlepas dari leher, dan tubuhnya kering seperti telah diperas semua darahnya. Selain itu, terkadang mati dengan anggota badan lain yang terpotong.
Warga berkumpul di hamparan rumput hijau dekat balai desa. Seorang wanita tua menjerit lalu pingsan setelah melihat jasad cucunya ditemukan dalam keadaan menyedihkan. Ada pun warga yang melihat anggota keluarganya yang mati mengenaskan, tidak bisa menahan air mata. Langit sore itu berkabut dan berkabung seolah ingin menyatakan bela sungkawa kepada pihak keluarga yang ditinggalkan, dengan cara menitikkan air mata gerimis serta gelap mendung mengurung.
“Apa mungkin roh-roh itu telah bangkit setelah ratusan tahun terbelenggu oleh mantra-mantra leluhur kita?” Seorang yang tak lain adalah warga yang keheranan, bertanya atas peristiwa mencekam hari itu.
“Mungkin saja. Mungkin arwah-arwah leluhur kita sudah enggan melindungi kita, dan mantra-mantra yang diberikan kepada leluhur kita,” ucap pemangku adat setempat.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya warga yang lain.
“Mungkin alangkah baiknya, jika kita mengadakan ritual persembahan,” ucap pemangku adat lagi.
Biasanya mereka tidak terselamatkan, jika seandainya mantra-mantra itu tidak melindungi mereka selama ini. Roh-roh itu sangat jahat dan ganas. Umpama mantra-mantra itu tidak mereka baca setiap hari, sudah bisa dipastikan penduduk desa itu akan punah. Tak tersisa. Desa itu, mungkin akan kiamat terlebih dahulu, jika para leluhur tidak mengajarkan mantra-mantra itu. Sebab roh-roh itu tidak bisa mengganggu, apabila seseorang membaca mantra itu.
Para warga berkumpul di balai desa untuk merembukkan terkait dengan pelaksanaan upacara adat. Menurut kepala adat, upacara adat harus segera dilaksanakan untuk mencegah terjadinya pembunuhan terhadap penduduk yang dilakukan oleh roh-roh jahat itu. Sudah beberapa banyak penduduk yang menjadi korban atas kezaliman roh-roh jahat itu.
Satu gerhana lagi upacara itu akan dilaksanakan. Penduduk yakin bahwa dengan upacara itu, akan bisa mengusir atau setidaknya bisa membelenggu roh-roh jahat itu agar tidak bisa mengusik ketenteraman penduduk desa.
Bulan gerhana akan berlangsung beberapa hari lagi. Penduduk sedang mempersiapkan sesuatu yang akan dibutuhkan dalam ritual pengusiran roh-roh jahat.
Maria tak ambil pusing dengan kabar bahwa roh-roh jahat yang bersemayam dalam tubuhnya, telah membuat kekacauan di desa itu. Seandainya penduduk itu tahu kalau roh-roh jahat itu bersembunyi dalam tumbuhnya, maka sudah dipastikan, ia akan dihukum. Karena menjadi biang keladi dari tragedi pembunuhan yang ada di desa itu.
Setiap malam Maria tidak pernah keluar dari rumahnya. Ia pun merasa amat terganggu dengan adanya roh-roh jahat di dalam tubuhnya. Karena setiap roh-roh jahat itu akan keluar dari tumbuhnya, ia merasakan sebuah keanehan yang tidak bisa terucapkan oleh lisan. Keringat dingin terus keluar dari pori-pori kulitnya. Dadanya terasa sesak. Angin menderu-deru seiring tumbuhnya melayang di langit-langit plafon berwarna putih kusam. Dan, ia tidak bisa mengingat apa yang barusan terjadi. Ia seperti dibuat tidak sadarkan diri. Kemudian roh-roh jahat itu keluar dari tumbuhnya, membuat berkali-kali ia terguncang. Karena roh-roh jahat itu terlalu kasar keluar dari tumbuhnya.
Di rumahnya, Maria hidup sendiri. Orang tuanya sudah mati. Sebab orang tuanya sudah terbunuh oleh roh-roh jahat itu. Entah, berasal dari mana roh-roh laknat itu. Mulai menyadari, jika roh-roh itu masuk ke dalam tubuhnya sejak ia berusaha lima belas tahun.
Selain bencana yang ditimbulkan oleh roh-roh jahat, mereka juga menderita krisis pangan. Bahkan sampai akhir mereka mengalami krisis moral, akibat sulitnya mencari pangan. Kondisi masyarakat semakin memperhatikan.
Ditambah lagi dengan kemiskinan semakin mengerat penduduk. Pembunuhan berantai itu terus berlangsung. Roh-roh jahat itu semakin menjadi mimpi buruk bagi warga. Meskipun begitu kejahatan semakin menjamur. Usaha-usaha untuk mempertahankan hidup semakin sulit. Banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi. Kejahatan berserakan di mana-mana. Ketimbang yang terjadi di pemerintahan membuat masyarakat menjadi menderita.
Isu-isu kudeta merebak di kerajaan. Bahkan muncul berbagai isu-isu pemberontantakan atas kerajaan. Dan, semakin merenggangnya hubungan kerajaan-kerajaan sahabat. Kerjasama dengan kerajaan-kerajaan bawahan jarang dilakukan, dengan alasan tidak sejalan dengan kebijakan.
Seorang punggawa istana melaporkan kekacauan itu kepada sang raja, terutama di Desa Oradour-Sur-Glane terjadi pembunuhan berantai yang dilakukan oleh para roh-roh jahat. Raja berpikir keras untuk menghentikan kekejaman roh-roh jahat itu.
“Kalau saja, musuh kita berwujud makhluk kasat mata, pasti akan aku hukum seberat-beratnya. Bahkan akan aku perintahkan untuk mengempur menggunakan pasukan militer,” ucap raja kepada perdana menteri dan pejabat negara lain.
Pemerintah kerajaan seperti tidak bisa berbuat banyak dengan kekacauan ini. Mungkin akan lebih ringan apabila yang menjadi musuhnya adalah kerajaan-kerajaan seberang. Berbagai paranormal dari belahan penjuru telah di datangkan untuk menumpas atau setidaknya bisa mengusir roh-roh jahat itu dari negerinya. Tetapi nyatanya para paranormal itu malah menjadi santapan dari roh-roh jahat itu.
Maria tetap diam. Maria tetap merahasiakan hal itu. Pembunuhan berantai sudah memakan banyak korban. Korban pun merembet sampai ke penjuru-penjuru kota. Sampai akhirnya tiba kepada para pegawai kerajaan, sampai kepada para petinggi kerajaan.
Sang raja pun tampak gelisah. Seorang beruban penuh dan penuh guratan di wajahnya menyarankan, bahwa upacara adat yang akan dilaksanakan di Desa Oradour-Sur-Glane itu harus segera dilakukan. Sebab, yang mungkin akan ditakutkan akan terjadi. Kakek tua itu memprihatinkan keselamatan sang raja, karena bukan tidak mungkin sang raja akan menjadi korban berikutnya.
Sang raja pun segera mengutus punggawa untuk bersosialisasi kepada pemangku adat, dan penduduk Desa Oradour-Sur-Glane untuk segera melakukan ritual menyelamatkan penduduk dari roh-roh jahat itu.
Kakek tua itu adalah penasehat kerajaan dan sudah empat generasi ia abdikan hidupnya untuk melayani raja. Ia tidak bisa mati. Ia bisa menentukan kematiannya sendiri. Ia akan mati apabila kerajaan ini bisa tidak ada lagi kekacauan. Ia telah dianugerahi dewa untuk untuk hidup sesuai keinginannya.
***
Bulan purnama menanti waktu beberapa jam lagi untuk memperlihatkan diri. Dengan kesepakatan bersama, antara pihak kerajaan dan pemangku adat beserta para penduduk telah mempersiapkan ritual pengusiran roh-roh jahat. Tinggal menunggu waktu setelah senja terbenam dari ufuk barat. Penduduk dengan cermat meneliti apa saja yang kurang dari persyaratan untuk melakukan ritual nanti.
Senja pun jatuh di kandungan cakrawala. Tampak gelap menyelimuti sisa-sisa cahaya kemerahan-merahan dari ufuk barat. Dan, kemudian gelap pun menyesaki daratan bumi. Para penduduk menyalakan obor. Ritual itu dilakukan dengan khidmat. Berlokasi di alam terbuka. Angin seolah memberi tanda, bahwa sedang berlangsung pergolakan antara kekuatan putih dengan kekuatan angkara. Anjing-anjing hutan pun tak henti-hentinya mengaung riuh. Para penduduk dan punggawa kerajaan menjadi tegang.
Sementara di tempat lain Maria tengah mengalami kondisi tarik ulur antara jiwanya dan roh-roh jahat itu. Ia berusaha mempertahankan diri dari gelombang mistik, pengaruh dari roh-roh jahat itu. Roh-roh jahat itu satu persatu keluar dari tumbuhnya. Ia merasakan dadanya sesak dan nyeri. Peluhnya tak henti keluar. Ia pontang-panting di udara. Sangat menyedihkan.
Akhirnya roh-roh jahat itu keluar dari tumbuh Maria. Semua, tak terkecuali. Hanya saja, roh-roh jahat itu berkata, “Kita harus pindah ke tumbuh gadis atau pemuda lain yang mungkin akan lebih mudah untuk kita dimasuki.” (*)
Penulis aktif di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY)
sijelekblog
Saya seperti membaca cerita dengan ‘sesuatu’ yang hampir sama dengan tulisan Ken Hangara, Roh – roh di Tangan Mariana ( Bali Post, 08 Oktober 2017 ).