Cerpen Sandza (Pikiran Rakyat, 01 Juli 2018)

Time to Rest ilustrasi Fahrul Satria Nugraha – Pikiran Rakyat
/H-3 Bulan/
Tinggal belasan putaran matahari lagi UNBK digelar. Ketika dada semua siswa digedor rasa cemas karena ini pertama kali Ujian Nasional tidak dalam bentuk lembaran kertas, kepalaku malah terus berpikir bagaimana caranya agar ibu bisa tersenyum di Hari Raya, bagaimana caranya agar aurat ibu bisa tertutup sempurna oleh aroma baru.
“BAGAIMANA ujianmu, Nak?” dengan terbata ibu bertanya.
“Belum, Bu. Nanti tiga minggu lagi baru dimulai,” kubopong ibu keluar kamar, agar bisa menghirup udara segar. Kegiatan rutin yang kulakukan sebelum berangkat sekolah.
“Lekas selesaikan, Nak. Agar kau terbebas dari penderitaan ini.”
Kuanggukkan kepala pelan untuk menyembunyikan hatiku yang diliputi gusar. Apakah masa depanku akan terjamin kalau hanya berbekal ijazah SMA? Tentu saja aku ingin menjejakkan kaki di perguruan tinggi, walau mungkin orang sepertiku tak layak walau sekadar bermimpi ingin memakan bangku pendidikan yang menjulang. Ah, aku harus mengubur dalam-dalam keinginan tak tahu diri ini meskipun isi kepalaku telah mengukir fakta kalau aku lebih layak bergelar mahasiswa ketimbang teman-temanku yang hanya menumpang nama di daftar absensi.
***
SANUBARIKU terasa pedih ketika kajian pagi atau setiap pelajaran agama yang membahas tentang kewajiban seorang seorang muslim menutup aurat, terutama untuk muslimah. Ingatanku langsung tertuju kepada ibu. Ibu yang hanya bisa menutup rambutnya dengan selendang lusuh. Ya, tak ada kerudung. Ibu hanya memiliki dua selendang yang memang panjang, tapi tak lebar.
Nanda Insadani
Menyentuh. Tapi alangkah baiknya akhir cerita cukup sampai sebelum bagian H+1 Bulan.