Abdullah Salim Dalimunthe, Cerpen, Lampung Post

Bukan Saya

0
(0)

Cerpen Abdullah S Dalimunthe (Lampung Post, 15 Juli 2018)

Bukan Saya ilustrasi Sugeng Riyadi - Lampung Post

Bukan Saya ilustrasi Sugeng Riyadi/Lampung Post

SEJAK tiga hari belakangan, saya merasa ada keganjilan yang terjadi dalam diri saya. Saya merasa, apa-apa yang menjadi kepunyaan saya sebenarnya bukanlah milik saya. Pekerjaan, rumah, mobil, bahkan istri dan anak saya yang masih berusia dua tahun itu pun sepertinya bukan istri dan anak saya.

Begitu pula dengan tubuh yang sedang saya diami saat ini, saya merasa, ini bukan tubuh saya. Semua terasa begitu asing. Saya tidak akrab dengan semua ini meski saya sangat mengenalinya. “Engkau terlihat linglung,” suara lembutnya membuyarkan lamunan saya, “barangkali efek benturannya belum benar-benar hilang.”

“Benturan?”

“Empat malam kemarin kau terpeleset dari tangga. Apa engkau lupa? Mungkin sebaiknya kita periksakan bekas benturan ini ke dokter.”

“Tidak perlu. Saya baik-baik saja.”

“Atau paling tidak, beristirahatlah dulu sehari. Jangan dulu masuk kantor.”

“Saya baik-baik saja.”

Ia beranjak dari ranjang dengan sedikit kecewa menggurat di wajahnya.

“Hei, saya baik-baik saja,” saya meyakinkannya, kemudian tersenyum kepadanya.

“Saya percaya,” balas istri saya.

Lalu bergegas menggendong putri kecil kami dan membawanya turun ke lantai bawah. Sementara ia dan seorang pembantu mempersiapkan sarapan di meja makan, putri kecil kami akan bebas bermain di hamparan karpet di ruang TV. Sedangkan saya, bersiap-siap menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar. Namun, sebelum itu, saya menghampiri terlebih dahulu cermin yang terpasang di meja rias istri saya. Saya mengamati bekas benturan di kening saya yang tempo hari membentur lantai cukup keras. Memarnya sudah hampir hilang. Saya pastikan, saya akan baik-baik saja.

Baca juga  Ziarah Kawan Lama

***

Saya memeriksa faktur-faktur pembelian para customer dan mencocokkannya dengan yang tertera pada kontra bon utang. Saya mencermatinya. Saya tidak ingin ada tagihan yang terlewat. Sebab, keteledoran semacam ini biasa dijadikan alasan bagi para customer nakal untuk menunda pembayaran hingga satu bulan ke depan–kendati tidak semua customer bertingkah demikian. Dan saya mesti berhati-hati.

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

2 Comments

  1. Aita Pagaraji

    Jadi, si Edd oplas buat bisa nikahin istri temannya?

Leave a Reply

error: Content is protected !!