CATATAN KAKI DESEMBER
/
desember gemetar menunggu ajal
pun bulan-bulan lusuh menjadi catatan kaki kesedihan
tahun segera dimakamkan tuan!
/
maka mari kumpulkan luka-luka tanggal
yang melekat di telinga hari-hari kemarin
untuk kita jadikan buku panduan kebaikan hidup di hari depan.
/
namun mengapa tahun harus berganti?
dan kepergiannya selalu dirayakan dengan tepuk tangan kembang api
bukankah semua hari adalah hari raya air mata bagi kita.
/
padahal tahun kemarin dan esok akan selalu sama kacaunya:
hantu-hantu negara masih ramai dibicarakan televisi sebagai
tokoh-tokoh pahlawan koruptor dan korona masih menjadi
tokoh paling berbahaya di abad kematian ini.
/
sesungguhnya aku tak butuh tahun baru puan
karena tahun cenderung basi kurayakan
padahal hari-hari selalu baru dengan kebusukan dan
kebencian.
/
2020
/
DOA-DOA KECIL
/
1.
/
doa-doa kecilku tersusun dari mendung langit pagi di kampung
orang-orang bangun setelah kokok ayam membangunkan matahari
dan mereka pun berjalan di atas harapan yang sederhana
menuju ke pematang sawah. sementara di bahunya cangkul
telah duduk melengkung. siap turun tangan untuk merajam
kerasnya dada tanah. sekeras doa-doa subuh di hati masa lalu.
/
2.
/
doa-doa kecilku terbuat dari butir keringat kuning kaum tani
tangan-tangannya yang kekar serupa niatnya yang segar di
tengah sawah: menanam binis dan membalik tanah adalah
dua rakaat sembahyang kita di atas sajadah musim hujan ini.
/
3.
/
doa-doa kecilku menetes dari kening kaum tani – pada saat peluh
telah menandai harapan baik mereka. menjelang sore jatuh dari
duan-daun jati. mereka pun angkat kaki dari sawah: tanah pun
siap lapang dada untuk ditanami. serupa hatinya yang telah lebih
siap menerima segala kebaikan dan keburukan cuaca. lalu di sepanjang
pematang – kaki-kaki ngilu melangkah menuju kandang malam
sekadar untuk merebahkan segala pegal tulang dan penat perasaan.
/
2020
/
*) Norrahman Alif, lahir di Jurang Ara, Sumenep, Madura. Menulis puisi dan resensi di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY). Beberapa karyanya dipublikasikan di berbagai media massa. Buku puisi tunggalnya “Mimpi-Mimpi Kita Setinggi Rerumputan” (sublimpustaka-2019) telah mendapat anugerah sebagai buku puisi terbaik dari lomba antologi buku puisi Festival Musim Hujan Banjarbaru’s Rain Day Literary Festival 2020.
Leave a Reply