Cerpen Mahan Jamil Hudani (Padang Ekspres, 22 Juli 2018)
Aku sering bingung sesungguhnya dengan sikap haji Mardun. Tak tahu kenapa terkadang perkataan dan sikapnya cepat sekali berubah. Baru saja ia berkata begini, tak lama kemudian ia berkata hal yang berbeda. Misal ia mengatakan akan pergi ke pasar kecamatan, tiba-tiba ia mengubah ucapannya dan memintaku untuk mengantarkannya pergi ke tempat lain yang tujuannya berlainan arah dari pasar kecamatan. Sering sekali ia bersikap seperti itu. Jika aku mengajukan sekadar protes kecil saja, pak haji yang terbilang orang paling kaya di kampungku itu punya saja dalih untuk menjawabnya. Yang menjadi permasalahan bagiku adalah sering sekali perubahan tujuan itu lebih jauh jaraknya dari tujuan semula yang tentu saja ongkosnya juga berbeda dan haji Mardun akan membayarku dengan tarif tujuan semula.
Banyak orang kampungku, khususnya beberapa teman tukang ojek yang mangkal denganku di persimpangan jalan tak jauh dari rumah Haji Mardun mengatakan jika ia adalah seorang yang sangat pelit. Mungkin benar kata mereka, tapi menurutku sebenarnya haji itu bukan orang yang pelit, hanya ia orang yang sering bersikap seenaknya sendiri dan orang lain harus mengikuti kehendaknya.
Baca juga: Kehancuran Bumi – Cerpen Muhaimin Nurrizqy (Padang Ekspres, 03 Juni 2018)
Hampir lima bulan ini Haji Mardun memang suka menggunakan jasa ojek. Ia sebenarnya punya beberapa buah mobil pribadi, tapi ia memang sangat jarang mengendarainya. Dulu ia punya supir pribadi, tapi entah kenapa sekarang ia tak lagi memiliki supir. Darto, supir terakhirnya telah mengundurkan diri dan pulang ke kampung halamannya. Saat kutanyakan hal itu pada Sunarti, asisten rumah tangga Haji Mardun, kenapa Haji Mardun tak mencari supir pribadi lagi, Narti mengatakan jika haji Mardun adalah orang yang sangat sulit percaya pada orang atau setidaknya pak haji itu butuh waktu yang cukup lama untuk bisa percaya pada orang lain.
“Pak Haji Mardun telah merasa sangat cocok dan percaya pada Darto. Supir itu telah sangat lama bekerja pada Haji Mardun, telah belasan tahun lelaki itu dengan setia dan patuh selalu siap mengantar ke mana Haji Mardun pergi tanpa banyak bertanya, bicara, atau protes pada sang majikan. Ia juga selalu menjadi pendengar yang baik ketika Haji Mardun banyak bercerita padanya. Jadi ketika Darto keluar kerja, pak haji bilang jika ia malas mencari orang lagi,” terang Narti saat aku bertanya padanya. Sebenarnya haji Mardun tentu saja bisa mengendarai mobil, tapi ia memang jarang menggunakannya. Sering ia kulihat memanaskan mobil-mobilnya saat aku melintas depan rumahnya, sesekali saja ia kulihat keluar mengendarai mobil.
***
Fika
1. Banyak orang kampungku, khususnya beberapa teman tukang ojek yang mangkal denganku di persimpangan jalan tak jauh dari rumah Haji Mardun mengatakan jika ia adalah seorang yang sangat pelit. Mungkin benar kata mereka, tapi menurutku sebenarnya Haji Mardun itu bukan orang yang pelit, hanya ia orang yang sering bersikap seenaknya sendiri dan orang lain harus mengikuti kehendaknya.
Latar tempatnya dimana kak?
Kampung ? Atau pangkalan ojek?