Cerpen, Guntur Alam

Utang Darah Manusia Harimau

0
(0)

Gadisnya Naneng tergesa mengangguk.

“Tak usah takut. Aku tak pulang naik perahu.”

“Terus?” anak gadis Naneng justru semakin bingung.

“Dusunku dekat Tanah Abang. Desa Raja. Kau pernah dengar itu. Jadi aku jalan kaki saja, lewat pinggir sungai.”

Desa Raja? Pikiran anak gadis Naneng seketika berputar. Nama yang asing. Namun dia tak mempedulikannya lagi. Toh, dia sudah punya jawaban bila bapaknya kembali bertanya ihwal keganjilan yang dilakukan bujang pujaan hatinya itu.

Ketika bujang itu pulang seperti biasanya, Naneng yang sudah menunggu segera memanggil anak gadisnya itu.

“Pulang ke mana dia?” tanyanya, tak sabar.

“Ke Dusun Raja, Bak. Dia tak naik perahu, tapi jalan kaki lewat pinggir sungai.”

Seketika Naneng melipat keningnya, bingung.

“Dusun Raja?” matanya menerawang. Berpikir keras, mengingat-ingat, adakah dusun itu di hilir atau di hulu Tanah Abang. Dan hasilnya nihil. Dia tak menemukannya. Nama dusun itu terasa asing sekali.

***

SAAT teman-temannya di kedai kopi bertanya, Naneng menjawab seperti yang diceritakan anak gadisnya. Dan tak ada satu pun orang di kedai kopi itu tahu, di mana dusun bernama Raja itu. Namanya asing. Setiap orang hafal nama dusun-dusun di hulu ataupun di hilir Tanah Abang. Tak ada nama Desa Raja, yang ada Desa Baturaja. Namun saat anak gadis Naneng bertanya lagi pada bujang itu, apa maksudnya Baturaja, bujang itu membantah. Dia mengatakan nama desanya Desa Raja.

“Nanti saat kita kawin, kau akan tahu dusunku.” Dan cinta memabukkan gadis itu.

“Sepertinya agak aneh. Kau mungkin perlu mengintip sesekali anak gadis dan bujang itu. Apa yang mereka obrolkan.”

Baca juga  Mimpi Keluarga Perajin Batu Nisan

Setelah menimbang-nimbang saran itu, Naneng melakukannya. Saat bujang itu datang bertandang, dia pura-pura pamit ke kedai kopi. Sementara istrinya menemani anak-anaknya yang masih kecil untuk tidur. Di tengah jalan, Naneng berbalik arah. Dia mengendap-endap di bawah rumah dan berniat mencuri dengar.

Namun dia agak terkejut ketika berada di bawah teras rumahnya yang gulita. Dari lubang teras di pojok, dia melihat sesuatu yang panjang dan bergelung menjuntai. Di dekatinya benda itu. Darahnya berdesir melihat benda itu ternyata sebuah ekor hewan dengan bulu-bulu warna emas dan hitam berbelang-belang.

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

error: Content is protected !!