Cerpen Lailatul Badriyah (Banjarmasin Post, 29 Juli 2018)

Bunting ilustrasi Rizali Rahman/Banjarmasin Post Group
Aku terperanjat mendengar istriku meraung-raung dibopong mertua perempuan menuju rumahnya ke belakang. Orang-orang berkoloni di depan rumah kami, entahlah apa yang mereka tonton kala istriku meraung. Rumah kami hanya bersekat dua jajar almari usang sebagai teritori dengan rumah mertua. Aku paham betul kalau istriku bertandang ke rumah belakang berarti ada yang ia adukan pada ibunya. Kemarin ia juga merajuk minta dibelikan sekotak susu kuda liar, katanya bawaan orok di rahim yang berusia lima bulan.
Tujuh tahun dalam mahligai ikatan perkawinan, kami sabar menanti tangisan si jabang bayi. Tetapi akhirnya, Sang Pencipta bermurah hati memberikan kepercayaan pada kami walaupun di usia kami yang cukup berumur. Anak laki-laki pertama kami selalu bermandikan liur gara-gara tak sempat kubelikan mangga manalagi saat istriku mengidam. Pun anak kedua, ketiga, dan keempat sama aku tak sanggup membelikan permintaan ngidamnya.
Hari itu setelah memandikan Astrea kesayangan, istriku merajuk minta dibelikan sekotak susu kuda liar, padahal pendapatan belum ada di tangan. Maka cepat-cepat kukabulkan pemintaannya, takut-takut kalau calon jabang bayi kelima ngileran seperti si sulung dan bungsu.
“Belikan aku susu kuda liar, Kang! Pokoknya kalau anak kelima masih ngileran aku mau bunting lagi!” Begitu kira-kira kata istriku, kepalaku makin nyut-nyutan mendengar ancamannya.
***
Angin malam menggigilkan belulang, pikiranku masih berputar di labirin-labirln kebingungan. Seminggu yang lalu suruhan Kang Kendil mendatangiku menagih perihal utang lima ratus ribu yang kubuat untuk membeli sekotak susu kuda liar. Padahal dua hari pula aku sama sekali tak memegang uang karena sepi ojekan. Tak ada jalan lain meminjam uang pada Kang Kendil sebagai satu-satunya orang yang memang berkecukupan di kampung kami.
Kang Kendil memang sedang di atas angin sekarang, karena kemenangannya dalam pencalonan anggota DPRD di wilayah kami. Makin hari aku merasa rumahnya makin mentereng kalau ada tamu bermobil yang bertandang ke rumahnya. Dulu rumahnya yang dipagar kayu berganti aluminium. Dulu sepeda motornya satu sekarang bertambah dua, pun dengan mobilnya. Ah, jangan sampai istrinya pula.
Leave a Reply