Diorama Percintaan
/
Untuk mencintaimu
aku kudu jadi penyair
agar indra berlayar menuju Indraloka
Tubuhmu rangkaian bait
tempat kuletakkan segala cinta
citra, titik dan tanda koma
Namun meladeni hasrat keduniawian
membanting tulang tak mungkin kunafikan
/
Kau jangan silap mata
berlebih memuja kata
keindahan yang memabukkan
derita mengharu biru
cuma berlaku dalam sajak-sajakku
Urusan rumah tangga sehari-hari
biarlah jadi senggama lain
/
Rumah adalah surga anak keturunan
tapi menyusuri jalan-jalan
mengembarai jagat raya
juga surga lain bagiku
; rumah itu Firdaus, jagat raya Darussalam
Kau pun tahu sejak awal
sebelum suci cinta terkabul
disahkan ijab Kabul
/
Jangan menuntut aku memilih
engkau dan sukma hidupku
Derita akan datang bertubi
/
Jika kumasuki jagat imaji
kuatkan iman cintamu;
tabah merawat anak di rumah
sabar meruwat hasrat bercinta
ikhlas melumat pikiran-pikiran khawatir
atas kenakalan masa laluku
Saat aku di luar, saat tak bisa bertukar sandar
yang kuletakkan di hati cuma kau
yang kurawat di kelamin adalah sumpah
Meski mata-pikiranku menjadi nakal
sikapi dengan tabah
/
Istriku, menikahimu jadi ritual agung
penyempurnaan kepenyairanku
/
Bogor, 2017
/
Seperti Nelayan Aku Meninggalkanmu
/
Seperti nelayan
kutinggalkan engkau, kampungku;
tempat tembuni ditimbuni doa-doa
gerbang uji sebelum kembali
seusai janji terpatri pada Ilahi.
/
Di Tanah Tuahmu tertumpah
titah para datu dan moyang, ditutuh
dari pohon-pohon di rimba harapan.
Keluarlah aku tengah malam
dari peram perut sembilan bulan
serentak kelelawar mencari buah
setengah masak di rimbun semak.
/
Lewat garbah ibu kuhirup udara pertama
bersama aroma sahang, dupa dan sangrai timah.
Menggemah adzan dikumandangi ayah
yang disesaki isak tangis suka cita
dan bingar mesin-mesin tambang
meraung-raung dari dalam rimba.
/
Sebagai nelayan
kutandangi laut dikangkangi bulan
Kutendangi letupan kasmaran
kurentangkan tangan menantang rintangan
menuju pergulatan yang dipenuhi angin.
Maka kepergian harus bukan sekedar ingin
agar segala ikrar tak berhenti pada angan.
/
Kusiapkan diri pada segala kemungkinan
kusisipkan tekad menandangi tujuan
memburu harapan yang membentang
dengan sadar, tak mesti menang
dalam tiap kali bertarung.
/
Tiap kali berlayar
kubekali diri dengan harapan
kukebali dengan doa dan keyakinan
menuju gelanggang penuh gelombang.
Kubaluri tiang layar dan temali dalam diri
dengan jampi yang dituturkan ibu;
agar getar tangan pada kayuh
menyigar pagar ombak keraguanku.
/
Sebagai nelayan, diri perlu sigap
tirai badai dan kabut harus disingkap
tiang layar perahu diangkat tegap
mengarung segala dera yang derap.
/
Seperti nelayan
kembali kutinggalkan kampung;
Kukayuh kapalku yang ringkih
menuju perburuan penuh dera.
Kukunyah kapur sirih
sebagai jampi penolak bala.
/
Belitong – Yogya
Jejak Imaji, 2018
/
Leave a Reply