Cerpen, Eko Setyawan, Minggu Pagi

Bulan Pemakan Ternak

0
(0)

Cerpen Eko Setyawan (Minggu Pagi, 16 Agustus 2018)

Bulan Pemakan Ternak ilustrasi Minggu Pagi.jpg

Bulan Pemakan Ternak ilustrasi Minggu Pagi 

Aku tak pernah tahu mengapa beberapa ternak yang kami punya tiba-tiba hilang. Satu per satu berkurang, hilang tak tersisa. Semua lenyap begitu saja. Kambing, sapi, juga kerbau-kerbau jantan yang begitu gemuk.

Semakin hari, selalu saja ada ternak-ternak yang menghilang. Tapi bapak tak pernah merasa khawatir. Begitu juga tetangga-tetangga. Padahal ternak-ternak itu begitu kusayangi. Aku tak mengerti apa yang mereka pikirkan. Setiap kali aku bermain di sekitar kandang, selalu saja ada hewan yang berkurang ketika kuhitung. Di kandang belakang rumahku, atau pun juga di kandang tetangga. Apa hanya aku yang selalu merasa kehilangan?

Ketika kucoba menanyakan ini kepada bapak, jawabannya begitu tak mengenakkan. Jawabannya selalu membuatku kebinggungan. Entah mengapa, tak ada jawaban yang membuatku mengerti. Pengertian hanyalah serupa angin berhembus, nyata tetapi tidak dapat ditangkap.

“Kenapa semakin hari kambing-kambing kita selalu berkurang Pak?” Tanyaku suatu ketika.

“Rupanya kau menyadarinya juga ya? Kukira kau tak pernah peduli dengan ternak-ternak itu,” jawab bapak yang menurutku diucapkan dengan tidak ikhlas.

“Akulah yang membantu bapak mencari rumput, menggembala kambing-kambing itu, aku juga yang memandikan kambing-kambing itu ketika baunya sudah tidak enak lagi. Tentu saja aku sangat peduli dengan kambing-kambing itu, Pak.”

“Kau memang rajin, Nak, tetapi kau belum mengerti dengan apa yang terjadi pada ternak-ternak kita, juga ternak-ternak tetangga. Kau tahu kan, semua ternak-ternak tetangga kita semakin hari semakin berkurang.”

“Apa ternak-ternak kita dicuri orang?” Rasa penasaranku berubah menjadi rasa curiga.

Tetapi tak ada jawaban ketika aku bertanya demikian. Aku berpikir bahwa ternak-ternak itu memang dicuri. Ada maling yang mencuri setiap harinya. Tapi kenapa warga desa tidak merasa kehilangan. Mereka biasa-biasa saja. Seperti tak ada masalah ketika ternak-ternak mereka menghilang.

Baca juga  Surat Menteri dan Mimpi Pengarang Tua

***

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!