Cerpen Herumawan PA (Rakyat Sultra, 24 September 2018)

Dari Balik Jendela ilustrasi Rakyat Sultra
Dari balik jendela yang kini sudah diburamkan pekatnya kabut asap, aku tertegun sedih. Kabut asap sudah merenggut kebahagiaanku, seorang bocah sepuluh tahun yang tak bisa lagi bermain gembira bersama teman-teman sebaya di luar rumah.
Tampak ayah mendekatiku. Lalu ia menggandengku menjauhi jendela. Sekilas kuperhatikan penampilan ayah lain dari biasanya. Seragam pemadam kebakaran ia kenakan lengkap. Tak lupa tas ransel besar dipanggulnya.
“Ayah mau ke mana?”
“Ayah mau usir kabut asapnya pergi jauh dari kota ini. Biar kamu bisa main di luar bersama teman-temanmu,” Ayah menjawab sambil memangku tubuhku di atas kursi ruang tamu.
Baca juga: Toa -Cerpen Herumawan PA (Kedaulatan Rakyat, 02 September 2018)
“Betul itu, Yah. Cium bau asapnya saja sudah bisa bikin aku batuk.”
“Iya, tapi tak selamanya bau asap itu bikin batuk, malah ada yang enak baunya.”
“Benarkah itu? Tak mungkin, Yah,” aku membantahnya.
“Apakah asap sate itu tidak membuatmu enak ketika kamu hirup?”
Aku lalu mengangguk pelan. Ayah membelai rambutku sambil tersenyum.
“Lalu bau asap yang apalagi, Yah?”
Ayah terdiam sejenak. Lalu beberapa menit kemudian ia membuka mulut. Meneruskan perkataannya.
Baca juga: Pulsa – Cerpen Herumawan PA (Minggu Pagi No. 22 Th 71 Minggu V Agustus 2018)
“Ada asap yang baunya wangi.”
“Tidak mungkin asap bisa wangi,” aku kembali membantahnya.
Ayah menurunkan dari pangkuannya lalu beranjak menuju lemari dapur, mengambil sesuatu.
Kemudian ayah memberikanku benda sejenis batu putih pipih kecil yang kutahu itu kemenyan dan kotak kecil korek api.
“Coba bakar ini.”
Leave a Reply