“Kakak. Alenia sudah menunggu kakak. Tapi, kakak cuma melihat Alenia dari jauh. Apa kakak sudah lupa?”
Tunggu sebentar. Saya semakin yakin bahwa saya pernah melihatnya di suatu tempat. Ya, saya yakin pernah bertemu gadis kecil ini. Suaranya saya kenali, Alenia, nama yang tak asing di telinga saya. Saya terus berupaya untuk mengingat gadis kecil ini. Astaga. Dalam keadaan begini ternyata pekerjaan mengingat sangat susah dilakukan. Menyebalkan!
“Kakak.” Suara Alenia menggema dalam kepala saya. Berulang-ulang.
Baca juga: Pencuri Kesunyian – Cerpen Agus Salim (Media Indonesia, 02 September 2018)
Saya mendadak seperti orang linglung. Berupaya mengingat terlalu keras membuat kepala saya pusing. Badan saya menjadi berat, seperti ada gada raksasa yang menghantam dan memaksa tubuh saya untuk rebah. Samar-samar pandangan saya mulai gelap, sebelum semua menjadi gelap total saya masih sempat melihat Alenia tersenyum, lalu kembali membalikkan badannya dan tetap duduk seperti sebelumnya.
“Kakak….” suara Alenia tetap menggema dalam kepala saya.
***
Saya terbangun di suatu tempat. Dan suara gadis kecil itu tetap saja terbayang dalam kepala saya.
“Kakak… Kakak….”
Senyumnya, matanya, rambutnya. Semuanya tetap saja terbawa. Berarti ini bukan mimpi. Saya memang pernah bertemu dengan gadis kecil itu. Tapi, sekarang saya di mana? Apa ini justru mimpi? Atau ini surga? Apa ini mimpi tentang surga?
Belakangan saya tahu bahwa saya berada di rumah sakit. Entah apa yang terjadi dengan saya. Mungkin saat itu karena terlalu kaget, dan terlalu keras mengingat membuat saya pingsan. Tapi, itu masih kemungkinan, bisa saja salah.
Baca juga: KAU SEDANG MEMBACA APA – Cerpen Tjak S Parlan (Media Indonesia, 09 September 2018)
Kepala saya tetap pusing, badan saya tetap terasa berat. Saya hanya bisa tiduran dan saya lihat banyak alat-alat aneh dan jarum infus sudah tertancap di tangan kiri saya. Saya mendengar langkah kaki pelan. Ternyata seorang dokter dan perawat masuk ke kamar saya. Kebetulan, saya akan tanyakan banyak hal pada mereka.
Tapi aneh, suara saya sungguh berat untuk keluar. Apa sakit saya sebegitu parahnya? Saya hanya bisa mendengar samar-samar dokter itu berbicara dengan seorang perawat. Ia semacam menunjukan selembar kertas yang entah apa isinya. Seorang lagi masuk dan saya ingat siapa dia: Ibu saya. Semacam ada perdebatan kecil yang tidak jelas terdengar dalam telinga saya. Kemudian ibu saya menangis, sang dokter memegang pundaknya, perawat ikut-ikutan memegang tangannya. Suasana berubah mellow dan saya ingat ini seperti drama kesukaan saya. Ada apa ini sebenarnya? Entah mengapa dalam keadaan seperti ini saya justru teringat gadis kecil bernama Alenia itu.
“Kakak… Kakak…,” suaranya tetap saja bergema dalam kepala saya, membuat saya tenang.
Why
Kutidak mengerti:(
mila
seseorang mungkin bisa menjelaskan ini. Saya tak faham euy
lingvanjava
Mungkin begini mksudnya..
Laki2 tuh knal dn sayang ma Alenia yg jantungnya brmasalah.
Laki2 tuh kecelakaan minggu lalu dan koma selama seminggu, sbelum koma brwasiat mndonorkan jantungnya pada Alenia.
Nah cerita ini trjadi dlm keadaan koma mnjelang laki2 itu mninggal.
Mungkin begitu, itu cuma asumsiku aja, wong aku bkn pengarange. 🙂
Hacepe
Bingung juga ternyata.
Tp hd lumayan nyambung dg penjelasan kang/ mbak? linvanjaya