Maka dengan ini kukirimkan surat doa untuk-Mu, Tuhan. Kuanggap sebagai jeritan hamba kepada-Mu, sang Khalik. Janganlah Engkau menganggap aku menggugat. Bukan juga tidak bersabar menerima takdir. Sembah puji syukurku pada-Mu setiap tarikan nafasku. Atas semua yang terjadi setiap detik. Tetapi tidak untuk yang satu ini. Aku tidak mensyukuri kelainan. Sebab Engkau pun mengutuknya. Lalu bagaimana cara menamai keadaanku. Nasibkah?
Tuhan, mengapa hasrat ini berada padaku bila Engkau membencinya? Mungkin tepatnya aku menanyakan peristiwa itu. Mengapa Engkau mengizinkan lelaki yang menjadi suami ibuku melakukan padaku. Saban waktu yang diinginkan lelaki itu berubah serigala berbulu domba. Sejak kepergian perempuan yang menyimpan surgaku di telapak kakinya untuk menjadi TKW, aku adalah mangsa baginya. Boneka yang bisa ia mainkan kapan saja.
Baca juga: Perempuan Bermata Sayu di Pelabuhan Bajoe – Cerpen Justang Zealotous (Fajar, 08 Juli 2018)
Tuhanku, walau kutahu Engkau Maha Melihat, Maha Mengetahui. Tak mengapalah aku menceritakan semua kesah dan kisahku. Sebab pada siapa aku mengadu selain dirimu. Bila ini kuceritakan pada sesamaku manusia akan menjadi aib. Pun di negeriku orang-orang sudah tak ada waktu untuk mendengarkan orang lain. Pada sibuk dengan dunia maya. Mengomentari dengan tanda jempol setiap masalah. Bahkan pemberitaan pelecehan seks terhadap anak marak diperbincangkan tetap di-like.
Hal ini tak mungkin kuceritakan pada ibu yang jauh di rantau orang. Telah banyak pil derita yang telah ditelan ibu. Cukuplah kerumitan ekonomi mendera fisik dan jiwanya. Aku tidak ingin menambah beban dukaku kepadanya. Alangkah hancurnya jiwa ibu jika mengetahui hal yang terjaid atas diriku.
Baca juga: Addatuatta Matinroe ri Salemo – Cerpen Andi Makkasau (Fajar, 05 Agustus 2018)
Adakah sama lukaku dengan luka ibu di negeri sana? Saat ibu mati-matian kerja hanya untuk membiayai hidup aku. Sementara hidup aku terpelanting ke dasar kebiadapan seorang yang seharusnya melindungiku. Ini bukan salah ibu yang meninggalkan aku selama lima tahun menjadi TKW. Kini kupahami betapa susahnya mencari uang di negeri orang.
Derita ini bermula ketika sebulan kepergian ibu. Saat itu aku baru duduk di SMP. Kuingat betul malam bulan setengah. Tanaman jagung di kebun belakang rumah sedang berisi. Hanya saja babi kerap merusak tanaman. Sebab itu semalam-malam aku ikut menemani lelaki itu di awal malam. Tiba-tiba saja ia menunggangiku di tengah kebun jagung itu. Segalanya terjadi begitu saja.
Leave a Reply