Abu Teuming, Cerpen, Malut Post

Gempa di Ujung Tahajud

0
(0)

Cerpen Abu Teuming (Malut Post, 06 Oktober 2018)

Gempa di Ujung Tahajud ilustrasi Istimewa

Gempa di Ujung Tahajud ilustrasi Istimewa 

SALWA memperlihatkan riak wajah buram saat pertama kali menginjak kaki di lembaga pendidikan pesantren Budi di bawah kaki gunung Geurutee Lamno, kabupaten Aceh Jaya. Ia memang gadis anggun yang antusias mempelajari agama sejak usia enam tahun. Menjadi sosok wanita muslimah berpengatahuan agama sudah menjadi mimpinya. Namun gadis lugu berkulit cerah itu dikenal sebagai wanita manja yang tidak pernah hidup berjauhan dengan orangtua. Sejak dilahirkan sampai berusia empat belas tahun Salwa tiada hari tanpa melihat wajah sang bunda dan ayahnya. Tapi hari ini ia seakan kehilangan orangtua yang selalu memberikan segenap perhatian padanya.

“Salwa, jangan bersedih nak, engkau di pesantren ini akan mengenal agama dan justru lebih dekat dengan bunda dan ayah lewat agama”, ucap bunda Salwa memotivasi anak gadis semata wayang sembari menyeka air mata yang membasahi pipi gadis bermata bening itu.

Dalam diam Salwa menganggu-nganguk kepala. Seakan ia mengisyaratkan akan tetap tegar bertahan di taman syurga pesantren Budi. Orangtua Salwa pun kembali ke kediamannya di Meuredu kabupaten Pidie Jaya. Walau berat Salwa tetap akan menjalani hari-harinya tanpa orang tua. Ia akan tekun mengkaji agama sebagaimana pesan bunda.

Gadis berpostur semampai itu sangat rajin mengulang pelajaran. Hidupanya kini telah disibukkan dengan belajar dan mendekatkan diri pada Rabb. Meski sudah setahun Salwa mondok, ia belum bisa hidup tanpa bunda. Suara dan wajah bundanya selalu melintas di benaknya. Namun ia berusaha menahan gelora rindu yang membara ingin berjumpa orangtua. Koleganya tak pernah henti menuntun Salwa agar semangat hidup walau tiada seatap dengan orangtua.

Baca juga  Hawa Panas

Disela-sela kebosanan hidup jauh dari orangtua, muncul sosok pemuda berdarah biru keturunan Portugis yang sudah lama bermukim di Aceh Jaya sejak portugis melebarkan sayap-sayap perdagangannya di tanah rencong. Ustadz Fata, begitu orang memanggilnya. Fata memang sosok guru pengajian yang sangat dekat dengan pimpinan pesantren dan dipercayai mengomandoi manajemen pesantren ketika Abu tiada di kediaman.

Kini Salwa gadis asal Pidie Jaya menjadi murid andalan Fata. Ia kerap memenangkan perlombaan dan selalu monoreh prestasi unggul. Salwa seperti menaruh rasa pada Fata yang selalu membimbingnya siang malam. Kehadiran Fata bak obat penawar rindu Salwa pada orangtua. Salwa seakan mendapatkan energi baru untuk betah berlama-lamaan di pesantren. Saraf-sarafnya yang malas seperti kesetrum semangat jihad. Tidak pernah Salwa absen menghadiri pengajian selama Fata menjadi guru kelasnya.

Fata ustadz yang paling dikagumi banyak santriwati. Tidak ada wanita yang tiada ingin menjadi pendamping Fata bila melihatnya. Wajahnya yang adem seakan menambah rambu-rambu cinta Salwa pada Fata. Tetapi cinta suci ini disimpan dalam-dalam olehnya. Ia sadar, tidak sepantasnya wanita menyampaikan rasa pada lelaki sekaliber Fata. Tanpa ia sadari, ternyata Fata sudah memesan pada pimpinan agar menjadi guru kelas Salwa. Fata ingin menengenal Salwa lebih dekat lewat pengajian yang dibimbingnya.

Kini Fata sudah memperlihatkan rasa cintanya pada Salwa yang telah berusia dua puluh empat tahun. Usia yang sudah matang untuk dinikahi. Melalui pimpinan pesantren Fata menyampaikan keinginannya untuk meng-khitbah Salwa. Abu merasa bahagia, murid emasnya akan mempersunting muridnya pula yang perempuan. Tanpa berfikir panjang Abu menyampaikan niat Fata.

Pagi itu cahaya mentari meredup. Salwa yang sedang membersihkan asrama diminta menghadap Abu. Gadis yang sudah enam tahun mondok itu tersipu malu di hadapan guru besarnya. Sang guru yang didampingi isterinya berkata “Ustadz Fata hendak meng-khitbahmu dalam waktu dekat.”

Baca juga  Perempuan Kemarau Pembawa Rantang

Salwa terdiam lesu. Dalam hatinya seakan berbunga-bunga mendengar berita yang menggemparkan hati. Dalam diamnya Salwa teringat do’a yang selalu dimohon agar Allah menjadikan Fata sebagai imamnya.

“Engkau tidak perlu menjawabnya sekarang, sampaikan niat pemuda itu pada orangtuamu,” pesan Abu pada Salwa.

Ia kembali ke kamar dengan membawa perasaaan bahagia. Belum pernah Salwa merasakan indahnya dunia seperti saat ini. Dengan hati gembira Salwa menghubungi orangtua. Bunda dan abah Salwa ternyata sudah lama menanti anak gadisnya berbicara tentang sosok lelaki misterius yang akan mendampinginya. Ketulusan cinta dua insan itu segera dipadukan.

Salwa kembali ke kampung halaman di Pidie Jaya. Ia akan mempersiapkan hari peminangannya yang sudah disepakati oleh kedua keluarga yang saling berjauhan. Esok hari rombongan keluarga Fata akan datang dari Aceh Jaya ke Pidie Jaya. Orang-orang terlihat sibuk mempersiapkan resepsi peminangan Salwa dengan Fata. Malam penantian tiba. Fata telah berjanji akan menuniakan tahajud bersamaan walau ditempat berbeda dan jauh. Fata mengirim pesan “Salwa, mari kita tahajud dan mendo’akan agar Allah meridhai hubungan kita sampai akhir hayat”.

Salwa merasa terharu. Sungguh inilah harapan yang didambakannya sejak mengenal Fata. Mereka menunaikan tahajud yang diselip untaian do’a di penghujung malam. Fata kembali mengirim pesan;

“Salwa, pagi ini rombongan dari Aceh Jaya akan menuju Pidie Jaya pukul delapan pas. Dengan cinta yang tulus ku meminangmu. Siapkan dirimu duhai gadis pujaanku.”

Salwa berlinang air mata haru membaca isi pesan Fata. Sebentar lagi Salwa akan menjadi permaisuri Fata. Sanak famili Salwa mempersiapkan tempat berlangsunya resepsi pinangan. Segala makanan telah disiapkan untuk menjamu rombongan istimewa.

Mendekati pukul delapan pagi, hari minggu 26 Desember 2004 tiba-tiba bumi berayun kencang. Getaran bumi mulai terasa kuat. Beberapa kali hentakan membuat suasan mulai panik. Seluruh tanah Aceh bergetar dahsyat. Tidak lama kemudia terdengar suara letupan keras tiga kali berturut-turut dari arah laut samudera hindia. Suasana yang tadinya bahagia mulai resah. Orang-orang mulai berlarian meninggalkan rumah. Beberapa banguan mulai roboh dengan getaran gempa maha dahsyat.

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!