Cerpen Daruz Armedian (Kedaulatan Rakyat, 18 November 2018)
ALANGKAH menyedihkan menjadi pohon ini. Ia tumbuh menjadi tua hanya untuk berakhir di mulut api, atau menjadi bahan bangunan, atau menjadi properti-properti. Padahal, jauh-jauh hari, orang-orang tua sudah menamainya “Pohon Tuhan”. Selain untuk dijadikan sesembahan, pohon itu diharapkan agar jangan sampai ditebang. Sebab, siapa yang berani membunuh Tuhan? Tetapi, kau mengatakan, Tuhan tidak bisa menjadi pohon. Tuhan mutlak ada di langit, dan sulit bagi kita melihatnya. Apa benar Tuhan ada di langit? Kau membalas, bukan, maksudku bukan seperti itu. Tuhan ada di langit adalah kiasan saja, bahwa Ia selalu berada di tingkat teratas. Seperti raja, seperti pengatur semua cerita. Jadi, hanya orang bodoh saja yang menganggap pohon sebagai Tuhan, sebagai sesembahan.
Maka, kau menebangnya. Kau, bersama orang-orang seumuranmu di kampung Maranti, menebang pohon ini. Kau menggunakan jasa tubuhku yang terbuat dari besi untuk menumbangkan pohon ini. Betapa juga sungguh sangat menyedihkan menjadi gergaji. Lahir dan ditakdirkan hanya untuk menyakiti.
***
Baca juga: Keris Lancip Putri Nglirip – Cerpen Daruz Armedian (Media Indonesia, 04 November 2018)
Aku adalah pohon yang kau tebang itu. Mula-mula, kau kumpulkan seluruh warga, lalu kau beri tahu mereka, bahwa aku adalah pohon yang menyesatkan. Banyak orang tua menyembahku dan itu tidaklah dianjurkan di dalam agamamu. Kau beri tahu mereka bahwa aku bukanlah Tuhan, aku hanya pohon yang berbahaya, yang tua, yang sudah keropos dan kalau rubuh, akan menimpa siapa saja yang kebetulan ada di dekatku.
Beberapa warga tidak setuju perkataanmu. Kebanyakan yang tidak setuju itu dari golongan orang tua. Mereka meyakini bahwa akulah pembawa berkah, akulah yang mengirimkan malati jika tidak diberi sesaji. Jangankan untuk menebang, menyentuh saja mereka tidak berani. Mereka begitu menghormatiku. Mereka meninggikanku. Mereka tidak peduli aturan agamamu, yang mengatakan bahwa hanya Tuhan yang wajib dihormati dan ditinggikan.
Pages: 12
Dwi Fitriani
Gimana sih maksud cerpen ini? Membenarkan manusia menyembah pohon? Pohon memang melindungi manusia untuk menjaga kelestarian alam, tapi kalau sudah disembah, dianggap jadi Tuhan ya salah..
Risah
Namanya juga fiksi, Kak…
Harus dimaknai dengan dua cara, yang tersurat dan tersirat. Kalau enggak yaaa bakalan ‘sumbu pendek’.
Vita NR
Menempatkan agama sebagai lembaga yg semestinya bersinergi dengan alam.
Hacepe
Endingnya kok?????
Seolah2 pohon BS memberi pertolongan.
Salah kaprahhhh