Cerpen Alim Musthafa (Rakyat Sultra, 03 Desember 2018)

Gadis Berpayung Ungu ilustrasi Rakyat Sultra
Gadis itu suka berkeliaran di kota ini. Berjalan sendirian, menyusuri jalan-jalan, dan menerobos kerumunan orang-orang yang lalu-lalang. Anehnya, ia selalu berlindung di balik payung ungu padahal tidak sedang musim hujan, dan kalau pun terik panas, ada banyak bangunan beratap lebar juga pohon-pohon rindang yang membuat suasana tetap teduh.
Namun, sampai detik ini, aku belum juga berhasil mendekati gadis berpayung ungu itu. Setiap kali aku melangkah ke arahnya, tiba-tiba ia sudah menjauh, berjalan menuju ujung jalan, tepatnya ke arah gang yang lengang. Dan kalau sudah begitu, aku tak berani lagi mengejarnya sebab ujung-ujungnya ia akan menghilang di kelok jalan.
Orang-orang juga tak mau peduli. Setiap kali aku bertanya mengenai gadis berpayung ungu itu, mereka hanya menoleh sebentar lalu pergi lagi. Kalau pun menjawab, mereka hanya bilang, tidak tahu. Lantas, aku pun mengira ia datang dari masa lalu. Sengaja berkeliaran di kota ini untuk sesuatu yang dianggapnya penting, mungkin untuk bertemu seseorang, atau mencari barang hilang, atau bahkan untuk berwisata kenangan.
Sudah tiga bulan berlalu sejak aku menjadi kuli angkut dan gadis berpayung ungu itu tetap menjadi misteri. Dan karena itulah rasa penasaranku makin menjadi-jadi. Setiap kali aku mengangkut barang dan kebetulan melihat gadis itu melintas, aku selalu mengejarnya setelah kutinggalkan barang sembarangan. Begitu kembali ke tempat barang, kadang kudapati barang sudah tekor, atau bahkan raib semua tanpa sisa.
Di tengah pasar yang ramai, aku tak pernah menemukan kembali barang yang hilang itu. Oleh karenanya satu-satunya cara yang bisa kulakukan hanyalah mengganti rugi. Ini tentu memangkas banyak penghasilanku. Tapi, untung saja dalam sehari ada banyak orang yang memakai jasaku hingga ketika dalam keadaan apes begitu, aku tidak pulang ke rumah kecuali tetap membawa uang dan oleh-oleh untuk seseorang yang kutinggalkan.
Leave a Reply