Cerpen Andi Wanua Tangke (Fajar, 06 Januari 2019)

Misteri Ruang Kerja ilustrasi Fajar
SEJAK masih di SMA, gadis Tini, lengkapnya Titin Tiningsih, banyak yang meramalkan akan bersuamikan lelaki penting. Lelaki yang memiliki pengaruh dan kekuasaan, tentu saja juga uang. Ramalan itu mungkin didasari karena Tini luwes dalam bergaul, bersifat pemurah, berwajah cantik alami, dan paling penting gadis desa ini memiliki otak di atas rata-rata, sangat cerdas. Kecerdasannya itu selain dapat dibuktikan dengan angka-angka rapornya yang tinggi, juga lumayan dalam berbahasa Inggris. Keunggulannya yang terakhir ini membuatnya sering dipanggil oleh Pak Bupati bila ada tamu yang datang dari luar negeri. Tentu untuk menjembatani komunikasi antara bupati dengan tamu-tamu asingnya itu. Pak Bupati memang hanya menguasai dua bahasa, yakni bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Meski demikian, dalam bercakap-cakap dengan tamunya yang diterjemahkan Tini, kadang juga Pak Bupati menyelipkan bahasa Inggris, misalnya dua kata yang dihafalnya di luar kepala; yes dan no.
Suatu hari Tini dipanggil khusus oleh Pak Bupati di ruang kerjanya. Saat itu dia merasa heran, meski perasaan itu tak diungkapkannya ke ajudan bupati yang menjemputnya di rumahnya di pagi hari itu. Sebelum sampai di kantor bupati, gadis yang juga memiliki hobi membaca novel dan mengarang ini, minta diantar ke rumah guru wali kelasnya. Dia ingin menyampaikan bahwa hari ini tidak sempat mengikuti pelajaran sekolah seperti biasa lantaran dia dipanggil oleh Pak Bupati. Tini tidak menjelaskan alasan mengapa dia dipanggil oleh Pak Bupati, karena dia sendiri memang tidak paham mengapa tiba-tibadipanggil penguasa tertinggi di kabupaten tempat tinggalnya itu. Ajudan bupati yang menjemputnya juga tidak paham, dia hanya diperintahkan menjemput Tini. Titik!
Baca juga: Pemburu Gelap – Cerpen Khairul Fatah (Fajar, 02 Desember 2018)
Ketika ajudan bupati memarkir kendaraannya di parkiran kantor bupati, Tini tak tahan lagi bertanya kepada sang ajudan yang masih muda itu.
“Pak, ada apa ya Pak Bupati memanggil saya?” Tini memandang wajah ajudan bupati sambil menggigit lembutbibirnya. Kelihatanlahwajahnya yang lugu dan manis.
“Saya hanya disuruh, Dek. Saya ini, meski namanya ajudan, nama jabatan yang keren didengar, tapi sama saja pesuruh, ya tak lebih dari itu. Jangan berpikir macam-macam. Setahu saya, Pak Bupati itu orangnya baik,” jawab sang ajudan.
“Atau datang lagi tamu dari luar negeri?”
Rina Dewita
Jadi Tini hilangnya kemana y pak