Cerpen, R Giryadi

Tangan Ibu

5
(1)

Aku mendorong pintu rumah pelan sekali. Angin dari pintu butulan mengempas wajahku. Cahaya matahari menelusup dari genting kaca, memantul pada lantai yang berkilat, menjadikan ruang tamu bercahaya remang-remang. Dalam rumah terasa hening sekali. Tak biasanya seperti ini. Biasanya ibu mendengarkan uyonuyon dari radio transistor yang dibiarkan menyala seharian.

“Ibu..?” ucapku, memecah keheningan.

Aku berjalan menuju dapur yang pintu butulan-nya tidak tertutup. Aku celingukan ke kebun, siapa tahu ibu sedang bersih-bersih kebun. Tetapi, hanya lanjaran-lanjaran kacang dan pohon-pohon singkong yang kudapati.

Di dekat kranji—lemari tempat menaruh makanan—teronggok karung, yang di dalamnya ada kelapa, nangka muda, kacang panjang, terong, gambas, dan labu siam. Di meja makan dapur, juga sudah siap sambal kacang dan jadah yang sedang dijerang di tampah, kecap, dan minyak goreng. Sungguh, sebenarnya ibu telah merindukan kepulangan kami.

“Ibu..?” teriakku dengan nada terukur untuk tidak mengejutkan ibu.

Saya membuka pintu kamar ibu. Tak ada. Tetapi, tempat tidur yang biasa tertata rapi terkesan acak-acakan. Istriku masuk dengan menggendong Adam yang terbangun. Di luar suara burung perkutut bertekukur tak berhenti. Seperti sebuah firasat.

Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar. Saya dan istri segera menghambur keluar. Dua mobil datang beriringan. Di belakang mobil beberapa sepeda motor mengiringi. Tetangga yang tak jauh dari rumah ibu juga keluar rumah dan berjalan menuju rumah ibu.

“Oh…Nak Ardi ya?” sapa seseorang yang kukenal sebagai RT.

“Ibumu…ibumu..!”

Aku masih tertegun. Beberapa orang mengangkat tubuh ibu, masuk dalam rumah. Beberapa yang lain segera menyiapkan meja besar dan tikar pandan. Ibu terbujur kaku di atasnya.

Baca juga  Harimau Luka

“Sepertinya ibumu kepayahan. Beberapa hari ini, dia menyiapkan barang bawaan untuk Mas Ardi, kalau sewaktu-waktu datang,” kata tetangga sebelah.

“Untung saja saya pas mau nempil bumbon pada ibumu. Loh..kok saya tahu ibumu tiduran sambil mengerang kesakitan..”

Loading

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!