Cerpen Anggoro Kasih (Solo Pos, 27 Januari 2019)

Masih Adakah Kesetiaan ilustrasi Solo Pos
“Mencintai kelebihan itu hal biasa, jika kamu sudah tahu semua kurangku, dan kamu masih mencintaiku, itu baru cinta,” ucapnya di sela mengunyah beef steak pesanannya.
Ya, dia memang benar. Lagi pula dia memang selalu benar. Barangkali Sinta bisa menangkap pikiranku. Mungkin dia tahu kalau aku jatuh cinta padanya karena kelebihannya. Karena kulitnya yang bersih, parasnya yang berisi, rambutnya yang hitam dan senyumnya yang seperti bulan sabit. Sementara aku tidak atau belum menemukan kekurangan dari dirinya.
Ini adalah pertemuan kedua kami. Dan aku mengajaknya makan malam di salah satu kafe terkenal yang berada di tengah kota. Aku mengenal Sinta dari sosial media Instagram. Hampir semua foto yang ia unggah terlihat cantik. Aku pun terpikat, kuputuskan mengirim pesan hingga akhirnya kami bertemu. Saat itu aku heran mengenai diriku sendiri, apakah aku terlalu ganteng? Atau memesona? Karena semua terkesan begitu mudah.
Sebelum ini, pertemuan pertama kami berlangsung di taman kota. Selain mudah untuk dijangkau, kebetulan di sana sedang ada konser musik. Lagu-lagu yang dibawakan oleh band pengisi acara saat itu bertema cinta semua. Saat itu bulan Januari, langit malam lebih pekat karena mendung. Hujan pun turun. Perlahan. Tidak deras, hanya gerimis kecil. Orang-orang mulai menjauhi area depan panggung untuk mencari tempat berteduh. Termasuk kami.
Hujan pun turun
Helai demi helai
Membasuh bumi
Dari semua luka nestapanya
Suara band yang tidak aku ketahui namanya itu masih jelas terdengar. Kulihat dari tempat kami berteduh, di depan panggung masih tinggal beberapa orang. Mereka seolah tidak peduli dengan gerimis yang melanda.
“Balik ke sana saja yuk!” ajak Sinta tiba-tiba.
“Beneran?” aku sempat mempertanyakan keinginannya.
Leave a Reply