Cerpen M Ikhwanus S (Kedaulatan Rakyat, 31 Maret 2019)

Pesta Ular ilustrasi Joko Santoso/Kedaulatan Rakyat
KOTA Terra telah berdusel barangkali tumplek menjadi satu para penggemar tarian ular. Kecuali aku. Terjijik menyaksikan pusar berliukan sanca. Tetapi, calon senat dari Partai Kelinci itu benar-benar cerdas menarik undangan.
Beberapa waktu lalu, tidak ada rencana pertunjukan tarian ular. Hanyalah pamflet atau spanduk melintang mengotori jalan, bahwa, Tuan Alejandro sang penyair pujaanku itu akan hadir dalam acara pesta rakyat.
Tetapi, semenjak tumitku mendekati panggung hingga kemeng, sang tokoh pencipta puisi bertemakan masakan itu tak kunjung menampakkan wujud. Aku hanya disuguhi dentuman gendang penggetar jantung. Bunyinya melengking. Bass-nya kutebak disetel maksimal. Nyaris, menjebolkan kupingku. Namun, rela saja aku demi sang idola. Kamera HP standby sejak diriku berhasil menyingkirkan emak-emak pinggir panggung hingga aku khawatir hujan akan lebih merintik membasahi kamera. Selalu siaga, kalau-kalau Tuan Alejandro akan tiba-tiba muncul dari bawah panggung atau malah ternyata tak terduga menyelinap di antara keramaian massa.
“Lama sekali, yah?” desirku.
Langit kota Terra semakin bertaburan rintik. Decak waswas ikut selaras jingkrak warga yang begitu antusias menonton penari ular yang kini jumlahnya mencapai puluhan orang. Kuterka, warga kota Terra juga tengah menunggu hadirnya pujangga kelas kakap yang karyanya merajai rubrik koran itu. Nyaris, para penyair pemula tidak ia beri ruang. Begitu pula rak-rak toko buku, semua dipenuhi karangannya. Penyair yang baru akan melambungkan namanya saja seolah ia gencet, ia larang berjualan kecuali hanya ia semata di kancah negeri litera.
Tetapi, aku tidak memperdulikan. Gegara syairnya yang berjudul Mengawini Mentimun tersebut, aku jadi menggilai sastra. Begitu apik ia menyulam kata. Hingga akhirnya, terdengar dari penyiar mobil keliling; sesuai jadwal, ia akan hadir di pesta rakyat itu.
Tiga jam berlalu tanpa pasti. Beberapa pengunjung yang mungkin saja cukup dikenyangi liukan ular, pulang dengan langkah lemas. Aku masih tertahan. Aku tahu pasti, Tuan Alejandro termasuk manusia terdisiplin di dunia. Pernah ia diundang membaca puisi di malam anugerah sastra di Pendopo Taurika pukul sepuluh malam tepat. Lima menit sebelum acara, pria bertubuh cengking itu sudah siap sedia. Tetapi… kenapa tidak terjadi pada malam itu? getunku.
Pages: 12
Leave a Reply