“Tuan penyair, di manakah dirimu berada?”
Mata lelahku mengeliling jauh pada tiap jengkal gerombolan manusia mirip Paspampres mencari dan menanti hadirnya. Untuknya, satu novel bergenre thriller, urung kubaca demi meluangkan waktu sekadar bisa bersalaman atau berselfi dari kejauhan. Hingga kakiku telah mati rasa. Urat sepertinya terputus akibat berdiri menahan tubuh. Alhasil, aku melambaikan tangan.
Pelan, sembari tetap menoleh ke belakang. Barangkali, pria berpeci hitam itu akan muncul dan aku bisa segera membalikkan punggung lantas kembali balik ke panggung. Realitanya, satu hari kemudian, sebuah status di facebook mengabarkan; Tuan Alejandro tidak jadi berkampanye di kota Terra akibat takut ular. Usut punya usut, ternyata, ketua panitia disogok mendadak oleh Tuan Robusta, sang juragan kopi yang juga berdapil kota Terra yang semula acara tari perut biasa, malah dibubuhi liukan ular. Otomatis, mendadak sepihak penyair menjadi caleg itu tergidik-gidik. Mana mungkin ia berkampanye bersama hewan menyeramkan. Lebih baik meringkuk kembali ke hotel. Dan infonya, dari balik kaca, Tuan Alejandro menggumpalkan tangan bulat-bulat melihat Tuan Robusta saingannya, mendepak kesempatannya untuk promosi diri pada rakyat kota Terra. Tetapi, Tuan Alejandro tak berciut akal. Ia gegas mengontak sang ajudan. Satu amplop lembaran Uero, kemudian dikempitkan pada ketiak panitia. Lalu, beberapa menit kemudian, ular sanca raksasa terlepas menaiki pentas menyaploki kaki Tuan Robusta. Menggelimpang. Tubuh Tuan kopi itu seakan kehilangan darah. Kejang-kejang. Dan matilah ia.
Pasuruan 2019
M Ikhwanus S, lahir di Pasuruan, 14 September 1989. Kini tinggal di Surabaya. Melahirkan novel bertajuk Palestina. Selain sibuk mengarang cerpen dan membaca buku, ia juga bekerja sebagai customer service di sebuah perusahaan swasta.
Pages: 12
Leave a Reply