Leukimia memiliki banyak gejala seperti darah sukar membeku, sering berdarah dan memar, rentan terkena infeksi, nyeri sendi dan tulang, anemia, sering mimisan, terjadinya peradangan gusi, mual, demam, menggigil, sakit kepala, nafsu makan menurun, mengalami penurunan berat badan secara drastis dan keringat berlebih di malam hari. Semua hal itu sering terjadi pada diri Bintang. Malang nian, andai saja ibu guru Zakia mengetahuinya lebih awal, tentunya ia akan menjadi teman yang baik untuk Bintang, menguatkannya agar ia tak merasa sendirian, ibu guru Zakia akan selalu ada untuk Bintang, tak akan pernah ia biarkan anak muridnya tersebut terkungkung dalam kesedihan, hingga ia tak mampu memaknai kebahagiaan dengan warnanya sendiri.
Keesokkan harinya selesai apel pagi di lapangan sekolah, semua siswa masuk ke dalam kelasnya masing-masing, Bintang tengah duduk di kursi belajarnya dengan tatapan sayu yang ambigu, kedua matanya yang indah kini terlihat pudar, lingkaran di bagian bawah matanya bertambah cekung dan menghitam pekat, rona bibirnya pucat pasi, segala kebahagiaan yang ia miliki kini telah tenggelam. Melihat anak muridnya yang tak lagi ceria seperti dulu membuat ketegaran ibu guru Zakia runtuh, bergegas ia peluk Bintang, tanpa ia sadari rintik airmatanya berjatuhan di lengan baju sekolah yang dikenakan oleh Bintang.
“Bintang maafkan ibu, ibu guru janji akan jadi teman yang baik untuk Bintang, jangan pernah merasa sendiri,” isak tangis ibu guru Zakia melesat, melerai dalam tembang kepiluan.
“Bintang seneng banget punya guru yang baik kayak ibu guru, Bintang pengen jadi guru yang baik hati kayak ibu guru Zakia,” ucapan Bintang begitu lembut, setiap kata-katanya mengalir apa adanya, ia tampak seperti bidadari kecil yang anggun dan polos.
“Bintang pengen dipeluk ayah sama ibu, seperti ibu guru Zakia memeluk Bintang, Bintang takut, Bu,” pada perhelatan detik kali ini, airmata Bintang turun menggempur di sekatan kedua matanya yang gersang, mendengar perkataan Bintang membuat tangis ibu guru Zakia bertambah mencuat, ia kembali memeluk tubuh Bintang dengan sangat erat, sebuah pelukan yang tak ingin ia lepaskan sampai kapan pun.
“Ibu guru akan selalu memeluk Bintang agar Bintang tidak merasa takut.” dengan lembut ibu guru Zakia menghapus bulir airmata Bintang, lantas ia tersenyum menawan di hadapan Bintang, sebuah senyuman yang menegaskan bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Leave a Reply