Cerpen Alim Musthafa (Denpost, 09 Juni 2019)

Rumah Pelangi ilustrasi Mustapa/Denpost
RUMAH itu terbuat dari anyaman bilah-bilah bambu. Teronggok di pinggir hutan yang jauh dari rumah-rumah penduduk. Tak ada aliran listrik yang bisa menjangkau dan memberinya penerangan. Tapi ia tak pernah benar-benar gelap. Di malam hari, ia bahkan menyala begitu rupa, memendarkan cahaya warna-warni. Karena itulah penduduk setempat menyebutnya Rumah Pelangi.
Namun, rumah itu bukanlah objek wisata yang layak dikunjungi. Di sana hanya akan ditemui keganjilan-keganjilan yang begitu ngeri. Akan terdengar canda-tawa dan obrolan antara perempuan dan lelaki. Padahal rumah itu tak berpenghuni selain sesosok makhluk yang masih diselimuti misteri. Sesosok halus yang tak pernah keluar kecuali saat hujan jatuh bersama selaras pelangi.
Tidak ada yang tahu pasti kapan dan bagaimana rumah misterius itu berdiri. Tahu-tahu, pada suatu pagi yang buta, setahun yang lalu, rumah itu sudah teronggok di sana. Di antara semak-semak belukar yang diselimuti kabut tipis, saat burung-burung berkicau merdu di dahan-dahan pohon kekar. Keberadaan rumah itu sontak membuat warga yang biasa keluar-masuk hutan terkejut. Namun mereka hanya mengintipnya dari jauh. Sebab mereka takut kalau-kalau rumah itu milik hantu. Hantu yang tak segan-segan menangkap siapa saja yang berani mengganggu.
Tersiar kabar kemudian bahwa penghuni rumah itu adalah seorang perempuan cantik. Kabar itu sontak membuat para lelaki kampung penasaran. Diam-diam mereka suka keluar rumah hanya untuk membuktikan perempuan itu menampakkan diri. Tapi, begitu sampai di dekat hutan, mereka hanya melihat sebuah rumah yang tertutup rapat. Sementara suasana di sekitar rumah itu seperti diselimuti kekuatan mistis hingga tampak angker bila mendekat.
Namun, tidak semua lelaki gagal membuktikan keberadaan perempuan misterius itu. Ada beberapa lelaki pilihan yang berhasil melihatnya duduk di ambang pintu, diam tertunduk dengan rambut terurai ke depan menutupi wajah dan tangan memeluk lututnya sendiri seperti kesepian. Tapi para lelaki itu rupanya hanya berani mengintip. Padahal kalau saja mau mendekat, mereka akan tahu perempuan itu adalah perempuan yang mereka kenal selama itu. Perempuan yang pernah hidup di tengah-tengah mereka, tapi kemudian menghilang sebelum akhirnya mereka berhasil menindih tubuhnya di tengah malam buta.
Bambang Heru
Bagus Bagus Bagus