Cerpen, Mashdar Zainal

Perempuan Itu Pernah Cantik

3.7
(3)

Cerpen Mashdar Zainal (Jawa Pos, 28 Juli 2019)

Perempuan Itu Pernah Cantik ilustrasi Budiono - Jawa Posw.jpg

Perempuan Itu Pernah Cantik ilustrasi Budiono/Jawa Pos

PEREMPUAN itu selalu berkata dalam hati, “Aku pernah cantik.”

Di masa silam, sebelum menikah, ia tak pernah membayangkan akan berjibaku dengan tumpukan baju kotor, detergen bubuk yang membuat kulit mengelupas, serta tali jemuran kendur yang terpancang dari batang pohon mangga ke pohon jambu. Ia tak pernah membayangkan akan berjalan di atas tanah becek sisa hujan. Sambil menjinjing bak besar berisi pakaian basah yang beratnya mohon ampun. Dengan sandal jepit kedodoran yang berbunyi telepak-telepok dan memuncratkan lumpur ke betis belakangnya yang dulu pernah begitu ramping.

Kalau sedang jengkel, ia akan menyeret bak cuci berisi pakaian basah itu dari kamar mandi sampai ke bawah pohon mangga. Tak peduli bak plastik itu akan retak atau terbelah dua. Suatu kali itu pernah terjadi. Menyeret bak cuci itu sampai terbelah hingga cucian-cucian yang sudah dibilas itu berbaur dengan tanah. Ia tak memunguti baju-baju yang kembali menjadi kotor itu, alih-alih mengilas-ilasnya di tempat lantaran jengkel. Membuat baju-baju itu berlepotan tanah.

Kejengkelan dan rasa lelah yang sangat membuatnya jadi begitu. Namun, pada akhirnya ia memungutinya juga. Memindahkannya ke bak lain, lantas membilasnya lagi sampai bersih. Itu ia lakukan sambil menangis. Selalu menangis. Wajahnya suram. Dan anak-anak rambut menutupi keningnya yang basah. Ia menyekanya dengan tangan beraroma detergen.

Tak seorang pun mengetahui kemurungan itu, kecuali gadis kecil berusia 4 tahun yang selalu mendekatinya dan bertanya, tapi tidak dengan nada bertanya, “Mama menangis? Mama menangis ya?”

***

Baca juga  Kyai Sepuh

Perempuan itu pernah cantik. Di masa silam, sebelum menikah, ia tak pernah membayangkan akan berdiri di depan kompor, sambil melemparkan ikan asin ke dalam wajan yang telah digenangi minyak panas berwarna kehitaman. Mengeluarkan suara jesss… Minyak-minyak itu muncrat ke dinding dapur, lantai, dan dasternya. Dan setelah selesai memasak, ia akan membersihkannya. Semuanya. Aroma ikan asin menguar memenuhi udara. Menempel di dasternya. Di rambutnya. Di sekujur tubuhnya.

Loading

Average rating 3.7 / 5. Vote count: 3

No votes so far! Be the first to rate this post.

4 Comments

  1. Jackals

    ….PEREMPUAN itu selalu berkata dalam hati, “Aku pernah cantik.”…
    Terus utk kondisi sekarang dibanding dg masa dimana perempuan kita ini pernah cantik,…. jd kesimpulannya apa??
    Apa dia nyesel atw bersyukur sih dg kondisinya sekarang?? 😉

  2. Sukaaaak. Jadi ngebayangin ibuku.
    Ibu sesekali bilang, “dulu badan ibu ramping, putih, cantik”

  3. dodi goyon

    terkadang , ketika sekarang kita mengalami suatu kesusahan, ada pikiran yang menggoda untuk mengandai masa lalu yang lebih baik agar bisa segera menggantikan keadaan sekarang.

  4. Di saat ibuku mencuci semua pakaianku di situlah aku merasa sangat tidak berguna karena saya sudah di beri tangan untuk melakukan sesuatu tetapi tidak saya lakukan dengan baik saya mersa sangat durhaka betapa lelahnya ibuku mencuci setumpuk pakaianku tanpa rasa mengeluh.

Leave a Reply

error: Content is protected !!