Alim Musthafa, Analisa, Cerpen

Perempuan yang Muncul Saat Hujan

0
(0)

Cerpen Alim Musthafa (Analisa, 04 Agustus 2019)

Perempuan yang Muncul Saat Hujan ilustrasi Renjaya Siahaan - Anlisaw.jpg

Perempuan yang Muncul Saat Hujan ilustrasi Renjaya Siahaan/Analisa

Sejak musim hujan, gadis itu selalu terlihat di pinggir pasar. Duduk tepat di sisi kanan pintu masuk, beralaskan tikar rakara berlapis plastik dengan jeriken-jeriken berjajar rapi di hadapannya. Jeriken-jeriken itu ada yang berukuran kecil, ada yang berukuran tanggung, ada juga yang berukuran besar. Semua tampak terisi penuh air. Setiap kali ada orang lewat, gadis itu tak malu menawarkan.

“Hujan, Pak. Hujan, Bu. Murah!”

Aneh. Bagaimana di musim hujan ada orang yang menjual hujan? Apakah sudah tidak ada yang bisa dijual, hingga harus menjual hujan? Aku terdiam. Mencerna alasan demi alasan. Sementara teman-teman sesama tukang becak sedang ribut berbantah-bantahan.

“Apa pun alasannya, menjual hujan bukanlah pekerjaan hina,” kataku pada teman-teman.

“Bahkan kupikir itu lebih baik daripada menjual diri. Seperti seorang artis yang selalu tampil terhormat di depan layar. Sebenarnya menyimpan perilaku bejat di kenyataan.”

Masalahnya, adakah yang sudi membeli hujan di musim hujan yang sudah melimpah dengan hujan ini?

Tak kusangka, menjual hujan ternyata cukup laris, meski tak selaris tubuh para artis. Tidak hanya bapak-bapak atau ibu-ibu yang membelinya, tapi juga anak-anak muda yang masih belum lulus kuliah. Anak-anak muda itu biasa datang dengan pakaian modis dan rapi. Mengajak gadis itu mengobrol sebentar, kemudian memilih pergi setelah tahu gadis itu tak peduli.

Aku tak heran dengan bapak-bapak atau ibu-ibu yang suka membeli hujan. Mungkin mereka memang mengalami krisis air. Daerah yang mereka tinggali masih terdampak kekeringan akibat curah hujan yang sangat rendah, seperti yang mendera beberapa daerah di pulau garam ini. Padahal musim hujan sudah berlangsung kurang lebih tiga bulan.

Baca juga  Crown Supermall

Aku masih tak habis mengerti, untuk apa anak-anak muda itu membeli hujan? Bukankah kebutuhan mereka saat ini hanya pergi ke kampus? Mengikuti materi kuliah, dan membeli pengganjal perut jika kebetulan merasa lapar? Apakah membeli hujan hanyalah cara mereka untuk mendekati dan mendapat simpati gadis itu?

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!