Malam itu, ia memutuskan tinggal di rumah, menemani istrinya yang tidur pulas. Ia mendekat dan mengelus kepalanya. Sukimin sungguh tidak tega melihat Atun yang nelangsa. Tapi bagaimana lagi, ngidam ini membuatnya sudah tidak bisa berfikir rasional lagi. Ia termenung. Memanjat harap. Matanya tergenang.
Malam itu, Sukimin menghabiskan waktu dengan istrinya. Ia tertidur di sampingnya. Memeluk erat calon anaknya. Sambil mengelusnya.
“Tenang sayang, besok akan datang hujan.” Suara Sukimin lirih merayap di antara telingan Atun yang lelap.
Esok hari, dia akan pergi menjalani ritual memanggil hujan. Lagi.
***
Pagi-pagi sekali Sukimin bersiap. Atun masih merengek, kali ini kian melengking. Tapi Sukimin harus pergi. Dia tidak punya pilihan.
Dia harus menuju rumah seseorang. Sesuai saran Kang Marto tempo hari, Sukimin harus mencari seseorang bernama Pojhian.
Dia beranjak. Keluar rumah. Ditatapnya langit dalam-dalam. Kali ini, Sukimin seperti menantang langit. Matanya merobek udara, kemudian lenyap dalam tempias cahaya yang panas.
Sukimin masih berdiri halaman rumahnya. Diamatinya jalan aspal yang baru saja selesai dibangun, diiringi deru kendaraan. Terdengar suara klakson motor dan mobil berebut jalan, dan mengudara bersama dengus knalpot. Lalu truk menggerung, pelan-pelan meninggalkan bercak kehitaman di udara. Dia masih berdiri di halaman rumahnya, dilemparkan pandangannya ke arah kampus dan gedung-gedung, dihimpit rumah-rumah yang saling sikut. Semua tergambar jelas dari pandangannya.
Sukimin melangkahkan kaki. Berjalan meninggalkan halaman rumah. Entah mengapa kakinya kini begitu berat. Dia merasa seperti tengah melakukan sesuatu yang sia-sia, tapi seketika wajah Atun mengambang di pikirannya
Udara makin panas. Terik mengguyur langkah Sukimin.
Jejak Imaji, 2018
Angga T Sanjaya, alumni Univ Ahmad Dahlan ini lahir di Wonosari, Gunungkidul pada 7 Juni 1991. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana UNY. Mengajar di SMP Muhammadiyah 1 Gamping. Kini tinggal di Yogyakarta. Bergiat di komunitas “Jejak Imaji”.
Leave a Reply