Analisa, Cerpen, Sumiati Al Yasmine

Full Moon

0
(0)

Cerpen Sumiati Al Yasmine (Analisa, 11 September 2019)

Full Moon ilustrasi Alwie - Analisaw.jpg

Full Moon ilustrasi Alwie/Analisa 

Hush….semiribit angin berkelak kelok mempermainkan pucuk-pucuk pepohonan eboni yang berderet rapi di sepanjang jalan, jalanan begitu lenggang, sepi, gelap, mencekam. Sunyi seakan meraung-raung hendak menerkam, langit gulita, siluman-siluman bermata iblis bergelantungan di atas langit, kedua mata mereka memerah dengan endapan darah yang mengental, mendadak angin fohn membentuk ring of fire, di dalamnya bersembunyi siluman berkepala serigala, ia mengaum, ia kehilangan mangsanya yang bersembunyi di balik kabut malam, aku terperangah….

Untuk pertama kalinya kupijakkan kakiku ke rumah yang tak kuinginkan ini, rumah yang jauh dari keramaian, bahkan bangunannya sudah tua, ada bagian pondasi rumah yang mulai keropos, lihatlah pagar rumahnya benar-benar tak terurus, berkarat dan berjamuran, cat rumahnya sudah memudar bahkan mengelupas, bentuk jendela yang kuno lantaran terbuat dari kayu semakin memberikan kesan bahwa rumah ini sangatlah primitif, ukiran yang ada di atas pintu sangatlah menggangguku, betapa tidak mengganggu, ukiran tersebut membentuk gambar seekor ular yang menjulurkan lidahnya yang bersimbah darah, aku ingin muntah jika melihatnya. Entah apa alasan ayah memilih rumah tua ini untuk kami tempati, padahal rumah yang dulu masih begitu layak untuk dihuni, semenjak ibu tiada, ayah tak lagi nyaman tinggal di sana, rumah yang kami tinggalkan menyimpan banyak kenangan tentang ibu, mungkinkah kenangan itu selalu menyiksa ayah? Hal tersebut sepertinya menjadi alasan mendasar kenapa kami pindah ke rumah tua dan kumuh ini. Sial! Di rumah jelek inilah aku akan tinggal dalam jangka waktu yang lama.

Segala tentang rumah ini bernilai minus, di ruangan tamu banyak benda-benda aneh yang tak kusukai, ada gerabah dan kendi-kendi dengan motif perempuan bertaring, lihatlah beberapa guci kusam yang terletak di setiap sudut ruangan membuat penilaianku terhadap rumah ini bertambah miris, bahkan ada sebilah samurai bertengger di atas dinding ruangan yang tak jauh dari kamar, hal tersebut sangatlah mengganggu pemandanganku, ditambah lagi dengan lemari hias yang dipenuhi dengan keris-keris keramat kian membuatku merinding. Tempat tinggal macam apa ini, segalanya dipenuhi dengan benda-benda penuh misteri yang membuat tengkuk leherku bergidik.

Baca juga  Cinta Tak Pernah Salah

“Aku tak menyukai rumah ini.”

“Sayang, nantinya kau akan terbiasa tinggal di rumah ini, ayah yakin itu.”

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

1 Comment

  1. Baguss. By the way kalau kita ingin menerbitkan cerpen ke sini, gimana caranya ya?

Leave a Reply

error: Content is protected !!