Analisa, Cerpen, Sumiati Al Yasmine

Full Moon

0
(0)

Usai makan malam, aku bergegas masuk ke dalam kamar, menyelesaikan tugas yang paling aku sukai yakni membuat gambar ibu di buku gambar kesayanganku. Malam yang pekat menghantarkanku pada kesunyian yang meranggas, aku tertidur sembari memeluk gambar ibu….

Aku tersentak saat terbangun dari tidur, kamarku mendadak remang-remang, udara di sekelilingku terasa pengab, serasa ada yang mengetuk-ngetuk jendela kamarku, lampu di kamarku padam lalu hidup lagi begitu seterusnya, kudengar suara bergemuruh dari arah pintu kamarku, aku bergegas berlari, yang ada di dalam pikiranku hanya satu yakni ayah, aku ingin bersama ayah. Aku terus melangkah, ketika melewati dapur kulihat bibi Lastri telah tergeletak di atas lantai dengan bersimbah darah di sekujur tubuhnya, kepalanya telah terpisah dari tubuhnya. Aku berteriak penuh kegamangan, saat sosok bayangan hitam menghampiriku hendak membunuhku, aku terus berlari, degub jantungku berdetak tak karuan, keringatku mengucur bagaikan gerimis yang turun di tepian tundra.

“Ayah…! Ayah….!”

“Ayah di mana? Ayah….!!!”

Kedua simpul kakiku menggeletar, ketika berlari ke arah ruangan tamu kulihat mang Oman telah sekarat, kepala dan dadanya telah remuk redam di cengkeram bayangan hitam, seakan aku tak bisa menjerit lagi, jendela ruangan tamu telah porak poranda, hancur berkeping-keping, kulihat reranting perdu yang berasal dari pohon gandaria bergerak-gerak dengan liar bagai lidah siluman lalu menyeret tubuh mang Oman kemudian melilitnya, dalam sekejap mata tubuh itu telah terbenam ke dalam tanah. Panik! Aku berlari sekuat tenaga, tubuhku bergemetar, saking ketakutannya airmataku merintik, ku tutup mulutku dengan kedua tanganku, aku takut suara isakan tangisanku akan terdengar. Aku terus mencari ayah, langkahku semakin gesit saat kulihat pohon gandaria berubah menjadi monster yang menakutkan, akar-akar yang tadinya menghujam ke bawah tanah kini berham­buran keluar hendak memburuku, aku terus berlari, aku tak tahu sampai kapan aku mampu bertahan.

Baca juga  Alya

“Ayah…Ayah….!”

“Ayah…Ayah….!”

Aku mengendap-ngendap di balik lemari, jangan sampai keberadaanku diketahui oleh monster yang ingin menghabisiku, aku memutuskan bersembunyi di dalam lemari untuk melindungi diriku, dari kejauhan aku melihat ayah, aku ingin berteriak memanggil namanya, hal yang tak terduga terjadi, dari dalam perut monster itu keluar siluman-siluman berkepala serigala, mereka mencabik tubuh ayah dengan sadis, ayah meronta kesakitan, aku menjerit dan menghampiri ayah.

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

1 Comment

  1. Baguss. By the way kalau kita ingin menerbitkan cerpen ke sini, gimana caranya ya?

Leave a Reply

error: Content is protected !!