Oleh Octa Berlina (Suara Merdeka, 12 Maret 2017)
“Ayolah Peri Malam, kamu harus keluar rumah. Cuaca hari ini cerah, matahari bersinar terang, angin berembus lembut. Ayo kita berlari-larian di padang rumput, banyak bakung bermekaran dan kupu-kupu cantik mendatangi kita,” kata Peri Bunga mengajak Peri Malam.
“Uhh malas, aku ingin di rumah saja. Nanti sore baru aku akan keluar untuk memberi kerlip di langit malam,” jawab Peri Malam malas-malasan.
“Lihat, Malam! Serbuk bunga dandelion ini cantik sekali. Mereka sedang menuju ke tepian sungai untuk menancapkan benihnya,” kata Peri Air.
“Lagi pula, matahari pagi juga sangat baik untuk kesehatan kita. Tulang-tulang akan tumbuh sempurna, sayap semakin kuat, kulit menjadi segar dan sehat. Ayolah Malam!”
“Tidak, aku malas berpanas-panasan. Buat aku, tidak ada yang menarik selain kerlip bintang di langit,” kata Peri Malam.
“Ya, sudahlah. Ayo kawan-kawan, kita ajak peri-peri yang lain saja,” kata Peri Angin sambil berlalu meninggalkan Peri Malam.
***
DALAMperjalanan ke padang rumput, para peri bertemu dengan Ratu Peri.
“Oh, kalian berjalan-jalan juga. Bagus! Ini sangat baik untuk kesehatan kita. Dan lihat, bukankah alam begitu indah,” ucap Ratu dengan wajah berbinar-binar.
“Betul sekali Ratu, tapi kami merasa tidak lengkap, karena Peri Malam tidak mau ikut,” kata Peri Bunga.
“Kenapa? Apa dia sakit?” tanya Ratu.
“Bukan Ratu, Peri Malam malas berpanas-panasan,” sahut Peri Air.
Lalu satu per satu peri menceritakan percakapan dengan Peri Malam tadi.
Ratu mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian, dia mengeluarkan sesuatu dari kantong yang tergantung di pinggangnya.
“Ini bola kristal istimewa,” kata Ratu sambil menunjukkan sebuah bola yang sangat cantik. Bola itu penuh dengan kerlip dan berpendar-pendar tertimpa sinar matahari. Semua peri yang memandangnya sangat takjub.
“Peri Bunga, tolong antarkan bola ini kepada Peri Malam. Katakan saja ini hadiah dari aku,” Ratu menyerahkan bola itu kepada Peri Bunga.
“Dan kalian semua tidak perlu iri. Karena bola kristal ini nantinya akan kembali padaku. Hanya sebuah bola yang membantu aku melakukan pekerjaan-pekerjaan istimewa,” kata Ratu Peri lagi.
Setelah menerima bola dari Ratu, Peri Bunga segera melesat menuju rumah Peri Malam.
***
“PERI Malam! Aku membawakan sesuatu untukmu. Hadiah dari Ratu.”
Dengan tergesa Peri Bunga meneriakkan maksud kedatangannya. Dia ingin segera menyusul yang lain ke padang rumput.
Peri Mlam membuka pintu dengan malas. Dia masih mengenakan piyama.
“Peri Bunga, kenapa kamu kembali?”
“Ini, hadiah dari Ratu!” Peri Bunga menyodorkan bola kristal tepat di depan wajah Peri Malam.
Peri Malam yang masih setengah mengantuk langsung membuka mata lebar-lebar. Dia takjub sekali melihat bola kristal yang begitu indah di depannya.
“Dari Ratu? Untuk aku?” tanyanya masih tidak percaya.
“Iya betul. Sudah ya, aku ingin segera menyusul yang lain,” jawab Peri Bunga, lalu bergegas meninggalkan Peri Malam.
Peri Malam menutup pintu, lalu bergegas mandi dan berganti pakaian.
“Pagi ini begitu indah. Tidak perlu lelah berjalan, malahan aku dapat hadiah,” gumam Peri Malam.
Dia meletakkan bola kristal di depan jendela.
Baru saja diletakkan, tiba-tiba bola itu menggelinding keluar dari jendela. Peri Malam sangat terkejut dan segera mengejar bola kristal. Tapi bola itu terus saja menggelinding.
Di sebuah tanah lapang, bola itu berhenti. Peri Malam ikut berhenti karena kelelahan. Ketika sedang mengatur napas, dia mendengar gemericik air. Tak jauh dari situ, dilihatnya air sungai yang begitu segar mengalir jernih. Di tepiannya tampak benih-benih dandelion melambai-lambai tertiup angin. Lalu terdengar cicit burung murai yang merdu, menyanyikan lagu riang. Peri Malam terpesona untuk beberapa saat. Lalu, dia teringat kembali bola kristal pemberian Ratu.
Peri Malam menyapu pandangannya, bola itu tidak ada.
“Oh, di mana bolanya?” gumamnya sedih.
Lalu Peri Malam berjalan ke arah semak tempat terakhir melihat bola itu. Di balik semak, terdengar suara cekikik yang membuatnya penasaran. Peri Malam mengikuti arah suara itu. Keramaian itu ada di balik bukit.
Ketika sampai di puncak bukit, tampak banyak sekali bunga bakung yang mekar dengan indah. Dan oh lihat, kupu-kupu cantik beterbangan mendekatinya. Tiba-tiba Peri Malam merasa sangat bahagia. Rasa lelahnya langsung hilang, hatinya berubah menjadi ceria.
“Sudahlah, kalau bola kristal itu tidak ketemu, tidak apa-apa. Aku menemukan hal yang sama indahnya di sini. Nanti aku akan minta maaf kepada Ratu karena telah menghilangkan hadiah istimewanya. Kalau Ratu marah, aku terima,” gumam Peri Malam.
Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara yang dikenalnya.
“Peri Malam! Ayo bergabung, pesta bunga baru akan dimulai!” kata Peri Angin berteriak girang sambil melambaikan tangannya.
Peri Malam segera berlari ke arah keramaian itu. Tentu saja, dia akan ikut bergembira hari ini.
Di sudut keramaian, tampak Sang Ratu tersenyum senang melihat kedatangan Peri Malam. Bola kristal istimewa itu sudah kembali berada di kantongnya. (58)
Leave a Reply