Fabel, Ferry Fansuri, Kedaulatan Rakyat

Tandu untuk Toby

0
(0)

Oleh Ferry Fansuri (Kedaulatan Rakyat, 01 April 2018)

Tandu untuk Toby ilustrasi Jos - Kedaulatan Rakyat.jpg

Tandu untuk Toby ilustrasi Jos/Kedaulatan Rakyat

DI kawasan wisata pasar terapung Bangkok, hiduplah kawanan monyet yang menjadi daya tarik wisata setempat. Para turis seringkali datang untuk melihat monyet-monyet ini dan kerap memberikan makanan macam soda, kripik. atau makanan siap saji. Kawanan monyet itu dipimpin salah satu tetua dan selalu berkelompok. Kehadiran wisatawan ke tengah mereka temyata ada untung dan ruginya. Makanan gratis tapi apa yang dimakan tidak sehat.

Sore menjelang malam, sang tetua monyet mengumpulkan semua monyet untuk diberi nasihat.

“Sekarang kita ada di tengah-tengah manusia dan itu anugerah yang patut kita syukuri,” seru sang tetua.

Tapi ingat makanan yang metonpah di sekitar kita belum tentu cocok dan sehat buat kita. Jadi jangan sembarangan memakan yang dilempar ke kita. Harus bisa menyaring makanan-makanan itu dan tidak seenaknya memasukkan ke dalam mulut,” ujar sang tetua sekali lagi.

Tapi semua hal tersebut tidak didengar oleh Toby, monyet pemalas yang doyan makan dan cuek. Toby memang dikenal dalam kawanan monyet itu sebagai monyet yang tidak suka bergerak dan malas.

Jika teman sepermainannya suka sekai berayun-ayun dan dahan satu ke dahan lainnya, tidak untuk Toby.

Toby lebih suka untuk duduk di depan tempat wisata itu dan memunguti makanan dan minuman yang dilempar para turis. Mulai kacang, soda, biskuit, sisa hamburger, dan makanan berkalori tinggi. Toby begitu lahap dan tanpa henti untuk memakan semuanya.

Para turis melihat kelakuan Toby begitu gembira bahkan sering melempar makanan dan minuman. Mereka begitu senang dan takjub bahwa Toby bisa memakan itu semua tanpa sisa. Hal tersebut dilakukan terus-menerus hingga tanpa disadari oleh Toby, tubuhnya membengkak dua kali lipat dan sebelumnya. Begitu gemuk, montok, dan berat. Terlihat dari perut Toby semakin hari semakin membengkak.

Baca juga  Assa Si Angsa Pemalas

Sang tetua sudah memperingatkan Toby agar tidak terus-menerus menerima makanan dan turis itu.

“Toby, lihat tubuhmu itu. Apa tidak merasa berat untuk di bawa ke mana-mana?” Sang tetua bertanya.

“Aku suka dan senang seperti ini, jangan ganggu aku. Sana kau pergi,” Toby mengibas-ngibaskan tangan untuk mengusir sang tetua pergi jauh dari hadapannya.

Toby dengan acuhnya melanjutkan makan bahkan lebih rakus dari sebelumnya. Apa pun di hadapannya tak tersisa. Dari hari ke hari, perut Toby bertambah besar. Toby terlihat seperti tak bisa bergerak, perutnya mulai turun ke jalan aspal. Perutnya sampai mengerus dan menyeret jika Toby bergerak. Toby layaknya gumpalan daging yang bergerak

Akhimya Toby tidak bisa bergerak sama sekali.

“Totong… tolong aku!”

Toby berteriak-teriak memanggil teman-temannya.

Sang tetua dan kawanan monyet itu berdatangan dan melihat Toby yang sudah tergetetak tak berdaya sambil memegangi perut buncitnya itu.

“Toby… Toby… sudah kubilang, kamu tidak mendengarkan,” Sang tetua geleng-geleng kepala.

Sang tetua memerintahkan para monyet untuk membuat suatu tandu untuk memindahkan Toby. Kejadian unik dan langka itu jadi tontonan para turis. Mereka tertawa terbahak-bahak karena melihat ada monyet digotong monyet. ***

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!