Cernak, Kak Ian, Padang Ekspres

Ingin Menjadi Lionel Messi

0
(0)

Oleh Kak Ian (Padang Ekspres, 24 Juni 2018)

Ingin Menjadi Lionel Messi ilustrasi Google.jpg

Ingin Menjadi Lionel Messi ilustrasi Google

SORE itu Bilal pulang dengan wajah dilipat tiga. Tidak biasanya ia pulang bermain dengan wajah seperti itu. Padahal ia pulang bersama Kak Rocky. Bunda yang melihat Bilal seperti itu menjadi penasaran.

Akhirnya Bunda pun menanyakan pada Kak Rocky. Saat itu Kak Rocky duduk di bangku kelas VIII. Sedangkan Bilal masih duduk di kelas IV. Tentu sebagai kakak seharusnya Kak Rocky melindungi adiknya, Bilal. Tapi sore itu Bilal pulang dengan wajah cemberut.

“Ada apa sih, kak? Itu wajah adikmu seperti orang kesal saja?” tanya Bunda pada Kak Rocky penasaran.

“Begini Bunda. Tadi aku dan teman-teman sekelasku mengajak bertanding futsal. Tapi Bilal mau ikut serta. Padahal semua yang ikut itu teman-teman sekelasku. Akhirnya aku memberitahukan Bilal kalau pertandingan futsal itu bukan untuk usianya. Sayangnya, Bilal malah merajuk mulai dari sejak aku main sampai pulang bermain futsal,” Kak Rocky pun menjelaskannya pada Bunda.

Sedangkan Bilal yang sejak tadi pulang bersama Kak Rocky sudah masuk ke kamarnya. Tapi diam-diam ia menguping pembicaraan Bunda dan Kak Rocky. Sebenarnya ia tidak mau menguping karena itu tidak baik. Namun ia sedang kesal pada Kak Rocky akhirnya dilakukannya juga. Itu pun ia lakukan karena ingin tahu apa yang dikatakan Kak Rocky pada Bunda.

Usai mendapatkan penjelasan dari Kak Rocky kemudian Bunda menghampiri Bilal di kamar. Bilal yang tahu Bunda menuju kamarnya ia pura-pura merajuk. Ia masih kesal dengan apa yang dilakukan Kak Rocky pada dirinya. Kenapa saat itu ia tidak boleh main futsal bersama teman-teman Kak Rocky. Padahal ia ingin sekali seperti Lionel Messi. Pemain sepak bola Piala Dunia yang terkenal itu. Apalagi ia sering melihat pemain sepak bola idolanya itu berlaga di lapangan hijau, terlebih saat Piala Dunia berlangsung. Ia pun menonton pula pertandingan itu. Tapi ia tidak sendirian melainkan di dampingi ayah dan Kak Rocky.

Baca juga  Lus Senang Berlari

“Sayang, boleh Bunda masuk?” tanya Bunda dari balik pintu kamar memberitahukan pada Bilal.

“Iya, Bunda! Masuk saja,” jawab Bilal menghampiri lalu membukakan pintu untuk Bunda.

“Kamu masih kesal ya sama Kak Rocky?” tanya Bunda.

“Tidak lagi Bunda. Apa yang Kak Rocky bilang pada Bunda ada benarnya juga. Padahal sebelum Kak Rocky dan teman-temannya bertanding mereka sudah lebih dulu mengajak aku berlatih bermain bola. Aku dilatih bagaimana mengocek, mengoper sampai cara menahan bola dari lawan seperti idolaku yang pintar melakukan itu semua,” Bilal akhirnya menyadari kekeliruannya itu.

“Memangnya kalau Bunda boleh tahu idola kamu siapa, sayang?” tanya Bunda penasaran.

“Lionel Messi, Bunda. Maka dari itu aku sangat suka bermain bola. Tidak apa-apakan, Bunda?” Bilal meyakinkan Bunda.

“Boleh saja dong, Sayang. Tapi belajar harus yang nomor satu ya.”

“Siap, Bunda!”

Bunda yang mendengarkan Bilal pun tersenyum. Bunda pun bangga pada Bilal atas kejujurannya itu.

“Oya, bunda, aku minta maaf ya?” lanjut Bilal.

“Minta maaf apalagi? Bunda kan sudah tahu apa yang kamu jelaskan tadi,” lanjut Bunda.

“Tapi sebelum Bunda menghampiriku. Aku tadi menguping dari balik pintu. Maaf ya Bunda,” dengan gigi putihnya yang berderet Bilal terkekeh kecil.

Lagi-lagi membuat bunda tersenyum sambil mengusap rambut Bilal.

“Oh, lain kali tidak boleh begitu lagi ya, sayang!”

“Siap, Bunda. Terima kasih ya Bundaku sayang,” pungkas Bilal sambil memeluk bunda.

“Kalau begitu yuk ke meja makan. Bunda sudah buatkan kacang hijau kesukaan kamu. Enak lho sore-sore makan kacang hijau,” Bunda memberitahukan Bilal kalau sudah menyiapkan kacang hijau.

Sore itu wajah Bilal kembali ceria seperti wajahnya yang kemerahan seperti tomat. Apalagi melihat tubuhnya yang bongsor itu. Siapa saja yang melihat ke arahnya mungkin gemas akan mencubitnya.

Baca juga  Hadiah dari Nenek

Keesokan harinya sepulang sekolah wajah Bilal begitu lebih ceria. Entah apa yang membuat ia ceria hari itu hanya dirinya yang tahu.

Ternyata Bilal hari itu mendapatkan kabar gembira. Karena cita-citanya menjadi pemain sepak bola yang handal tercapai. Ia ditunjuk menjadi kapten futsal di acara “Turnamen Pertandingan Futsal Tingkat SD se-Kecamatan.”

Bilal pun bahagia menerima kepercayaan dari sekolahnya itu. Tidak lain menjadi kapten futsal nantinya. Itu pun karena Bilal kemarin berlatih pada teman-teman sekelas Kak Rocky. Ia jadi tahu bagaimana cara mengocek, mengoper dan menahan bola dari lawan. Lalu dilanjutkan berlatih di rumahnya secara rutin.

“Assalamualaikum…, Bundaaa, aku senang deh sekarang! Aku di sekolah ditunjuk sebagai kapten futsal untuk. Turnamen Pertandingan Futsal Tingkat SD se-Kecamatan,” Bilal tetiba memeluk Bunda yang sedang menyiapkan makan siang.

“Oh, hebat dong anak Bunda satu ini! Benarkan kata Bunda apapun jika kamu ingin sesuatu bila dilakukan dengan sungguhsungguh pasti akan berbuah manis. Seperti saat ini,” tukas Bunda. “Tapi ganti seragamnya dulu dong kalau mau jadi Lionel Messi,” lanjut Bunda menggoda Bilal.

Bilal tertawa kecil. Akhirnya ia pun menuju ke kamarnya untuk mengganti seragam sekolah.

“Siap Bunda! Lionel Messi akan lakukan perintah, Bunda,” jawab Bilal mantap.

Bilal pun langsung masuk ke kamar untuk mengganti seragam sekolahnya itu. Di dalam kamar pun ia beberapa kali berucap syukur dan berkhayal layaknya Lionel Messi di tengah lapangan hijau sedang menggolkan gawang lawan. Bilal jadi tersenyum-senyum sendiri. (***)

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!