Oleh Irfan Hawary (Lampung Post, 01 Juli 2018)
Pada waktu yang terik di sebuah hutan, seorang pemuda bernama Samun terbangun dengan sakit kepala tidak tertahankan. Hingga dunia terasa berputar di sekelilingnya.
Samun hanya bisa terdiam karena sakit kepalanya. Untung saja seorang tabib yang bernama Jaka yang sedang mencari tumbuhan obat menemukannya.
“Kisanak kenapa denganmu?” kata Jaka mendekati Samun.
Samun mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya, tapi kepalanya begitu sakit. Ia tidak mengingat apa-apa.
Dengan sigap Jaka membawa Samun pergi dari hutan dan membawanya menuju rumah Jaka untuk diobati.
Jaka yakin bahwa ada orang yang melukai kepala Samun. Membuat Samun kehilangan ingatan.
***
Selama lima hari, Samun diobati. Akhirnya bisa berjalan-jalan ke pasar. Ia memang belum sembuh benar, tetapi Jaka membolehkan Samun untuk ikut.
Saat mereka berada di pasar, dua orang yang tidak dikenal menunjuk-menunjuk Samun.
“Ada apa dengan kalian? Apa kalian mengenalnya?” ucap Jaka pada dua orang itu, “Samun ini kehilangan ingatannya,” ujar Jaka.
Dua orang yang semenjak tadi tegang, kini terlihat lebih santai mendengar itu.
“Oh iya kami saudaranya, selama ini kami mencarinya,” ucap pria yang pertama.
Samun hanya diam. Ia mengingat wajah mereka. Tetapi lupa siapa nama mereka atau bahkan punya hubungan apa dengan dua orang di hadapannya. Seperti Samun yang hanya mengingat namanya saja.
“Bolehkah kami membawanya pulang?” tanya pria yang kedua.
Jaka merasa bersyukur karena saudara Samun segera menemukannya. Tidak ada selintas pikiran pun bahwa dua orang pria itu adalah penjahat.
***
Samun diajak dua orang yang mengaku saudara, untuk bertemu Kakaknya yang bernama Haman di sebuah rumah. Tidak jauh berbeda dengan dua orang tadi Haman terbelalak saat melihat Samun.
“Kamu masih hidup?” kata Haman kaget.
“Ya, tentu saja,” ujar Samun heran dengan pertanyaan Haman.
Mengetahui Samun hilang ingatan membuat Haman bergembira. Haman mendadak punya ide yang bagus. Haman berpura-pura bahwa ia adalah kakak Samun yang baik yang selama ini mencarinya.
Padahal sebenarnya Haman adalah seorang penjahat, sama seperti dua orang yang mengaku saudara Samun, mereka berdua adalah anak buah Haman.
Haman punya rencana besar untuk memanfaatkan Samun.
***
Malam ini, Haman mengajak Samun keluar rumah dengan anak buah Haman. Tanpa disadarinya mereka semua sedang merampok.
“Ayo cepat ambil seluruh hartanya!” perintah Haman.
Samun hanya diam saja. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Sedangkan Haman dan dua anak buahnya bergerak cepat. Mengikat pemilik rumah lalu memasukan barang-barang berharga pemilik rumah pada karung.
Samun merasa bahwa apa yang dilakukan mereka salah. Meskipun Haman telah meyakinkannya bahwa Samun sering merampok bersama.
“Kak, apa kita memang sering melakukannya?” tanya Samun bertanya kembali.
“Tentu saja! kita sudah melakukannya puluhan kali,” jawab Haman meyakinkan.
Tetapi jawaban Haman tidak mengingatkan Samun apa pun!
“Aku akan ke ruangan lain, Kak! Siapa tahu di ruangan lain ada barang berharga,” ungkap Samun.
Tapi Samun tidak mencari barang berharga. Ia hanya duduk dan berusaha mengingat-ingat.
Ingatan tentang kejadian-kejadian yang telah Samun alami datang begitu cepat. Membuat kepalanya seolah dipukul-pukul. Samun terduduk dan berkeringat dingin.
“Hei Samun apa yang kamu lakukan? Kita harus cepat sebelum pagi tiba!” ucap Haman mengejutkannya.
Samun memegang daun pintu agar tidak pingsan.
Ini tidak mungkin. Kata Samun dalam hati. Ia ingat jelas. Bahwa Haman dan anak buahnya adalah penjahat yang selalu merampok harta benda penduduk. Hingga satu waktu, Samun berusaha untuk menghentikan perampokan Haman dan anak buahnya. Sayangnya, Samun hanya sendiri. Ia tidak mampu mengalahkan Haman dan kedua anak buahnya. Kepalanya dipukul. Setelah itu ia tidak sadarkan diri lalu dibuang ke hutan.
Tentu saja Samun tidak berteriak. Ia sadar bahwa saat ini Haman memanfaatkanya. Samun harus melakukan sesuatu.
“Sebentar, Kak, kepalaku pusing,” ucap Samun kembali beristirahat.
“Kak, tadi aku menemukan benda berharga, tapi membutuhkan bantuanmu dan dua saudara kita untuk membawanya,” kata Samun.
“Benda itu ada di ruangan ini!” kata Samun menunjukkan sebuah ruangan.
Tanpa curiga Haman beserta dua anak buahnya masuk ke dalam ruangan yang ditunjukkan Samun.
Saat Haman dan anak buahnya sudah berada di dalam ruangan. Samun dengan segera mengunci pintu itu dari luar.
“Apa yang kamu lakukan? Buka pintunya Samun!” teriak Haman saat ia sadar bahwa ia dijebak.
Haman dan anak buahnya berteriak dan menggedor-gedor pintu. Tapi mereka tidak bisa keluar.
Samun segera membebaskan pemilik rumah dan melaporkan perampokan itu pada prajurit kerajaan. Haman dan dua anak buahnya akhirnya ditangkap dan di penjara.
Untung saja Samun berpikir dahulu sebelum bertindak. Ia tidak mau berbuat jahat sekalipun orang terdekat yang menyuruhnya.
Kini ia sadar keberanian saja tidak cukup untuk mengalahkan kejahatan. Tapi juga dengan kecerdasan. n
Leave a Reply