Pertemanan yang Tidak Wajar

Oleh Dhaffina Al Zaskhia S (Pikiran Rakyat, 16 September 2018)

HARI ini ulat bulu, Mira, bermain bersama temannya di SD Metamorfosis. Mira adalah ulat bulu yang ramah. Saat bermain petak umpet, tiba-tiba ulat bulu tercantik, Diana, datang.

“Minggir, deh! Artis mau lewat!” sindir Diana.

Mira tidak suka dengan sikap Diana. Ia memberanikan diri menegur Diana. “Diana! Kamu itu bukan artis! Yang artis itu Bilal. Kamu jangan sombong!” tegur Mira.

Diana melirik tajam Mira. “Emang kenapa? Aku kan ulat bulu tercantik! Kalau begitu kita bertanding! Pada fase ke-4 jadi kupu-kupu, sayap mana yang paling cantik dan indah!” seru Diana.

Ulat akan membuat sayapnya sendiri untuk menjadi kupu-kupu. Saat menjadi kepompong, mereka membuat sayapnya. Mira menggigil. Bertanding dengan ratu desainer? Itu mengerikan!

Baca juga: Kesetiaan Kura-kura – Oleh Arrum Lestari (Suara Merdeka, 04 Desember 2016)

“Kamu yakin bakal bertanding, Mir?” tanya Citra ragu.

“Insyaallah bisa, Cit,” jawab Mira.

Akhirnya, Mira memilih duduk pada setangkai daun segar. Ia melampiaskan kesedihannya dengan cara berteriak.

“Hihihi, aneh sekali, aku cuma negur dia. Kok, jadi bertanding?” Mira memajukan bibirnya.

Tiba-tiba seorang gadis datang membawa Mira.

“Tolong!” Mira berteriak.

Mira dibawa ke kamar gadis itu. Gadis itu ingin menyakitinya dan….

“Tunggu!” teriak Mira.

Baca juga: Iri Hati Sang Merpati – Oleh Heru Prasetyo (Suara Merdeka, 06 Agustus 2017)

Anehnya, gadis itu mengerti. Gadis itu kaget.

“Kamu bisa bicara?” tanya gadis itu.

“Iya! Tolong jangan sakiti aku,” pinta Mira.

“Kamu telah memakan tanaman ayahku!” seru gadis itu.

“Maaf, kukira itu tanaman biasa yang dimakan ulat sepertiku,” kata Mira merasa bersalah.

“Aku akan memaafkanmu, tapi jangan diulangi lagi!” seru gadis itu.

“Namamu siapa?” tanya Mira.

Pages: 123