Oleh Dini Indah Lestari (Suara Merdeka, 31 Maret 2019)

Sendok dan Garpu ilustrasi Suara Merdeka
Sendok dan garpu tersusun rapi di tempatnya, di atas meja sebuah warung bakso. Warung bakso Pak Darman tak pernah sepi, apalagi di saat hujan seperti ini. Banyak pengunjung yang datang untuk makan bakso dan menghangatkan tubuh.
“Hey, lihatlah! Semua orang menggunakan sendok untuk makan,” ujar lalat yang terbang di sekitar mereka.
“Kalian terlihat akur, apakah kalian pernah bertengkar?” tanya lalat.
“Tidak,” jawab sendok dan garpu berbarengan.
“Apa yang lebih penting, sendok atau garpu?” tanya lalat lagi.
“Tentu saja aku,” ujar sendok.
“Tidak, aku lebih penting,” balas garpu kemudian.
“Bagaimana mungkin kamu yang lebih penting? Tentu aku yang lebih penting,” ujar sendok lagi pada garpu.
“Tetap saja aku lebih penting,” garpu tak mau kalah.
“Hey, apa yang kalian ributkan?” tanya botol kecap yang kebingungan.
“Sendok merasa lebih hebat daripada aku,” jawab garpu dengan marah.
“Memang aku lebih baik penting dari pada garpu,” ucap sendok sinis.
“Apa yang kalian ributkan ini, kalian sama pentingnya. Lihatlah ibu yang sedang menikmati bakso di ujung sana! Ia tak akan bisa memotong bakso bila tidak ada garpu, begitu pula bila tidak ada sendok.”
Sendok dan garpu pun melihat kepada ibu di ujung meja. Ibu tersebut menusuk bakso dengan garpu dan memotongnya dengan sendok lalu memasukkannya ke dalam mulut.
Kemudian digulungnya mi yang terdapat dalam mangkok dan memotongnya dengan sendok agar tidak terlalu panjang.
“Lihatlah, kalian saling melengkapi,” ujar botol kecap.
Sendok tersenyum tulus. “Terima kasih,” ucap sendok dan garpu berbarengan, lalu keduanya berpelukan. Menyadari bahwa mereka sama pentingnya bagi kehidupan manusia.
Sementara lalat sudah pergi, tak tahu terbang ke mana. (49)
Leave a Reply