Oleh Elisa DS (Kompas, 21 April 2019)

Dinding-dinding Bercerita ilustrasi Regina Primalita/Kompas
LILIS dan keluarganya menikmati liburan akhir pekan di Yogyakarta. Pagi ini, setelah sarapan, mereka mengobrol santai di lobi hotel.
“Ayah, ke Borobudur, yuk. Kebetulan aku ada tugas untuk membuat makalah cagar budaya,” usul Mbak Farah.
“Ide yang bagus. Selain keindahan bagunannya, Borobudur juga memiliki beragam informasi. Kamu bisa menyimaknya dalam dinding-dinding yang bercerita,” tanggap Ayah.
Lilis melongo. “Dinding kok bisa bercerita? Maksudnya bagaimana, Ayah?”
“Lihat saja nanti.” Ayah mengedipkan matanya.
Setelah berbenah, Lilis, Mbak Farah, bersama ayah dan ibu mereka meluncur dengan mobil menuju ke Kabupaten Magelang. Lilis senang sekali karena sudah lama ia ingin menyaksikan secara langsung Candi Borobudur, situs warisan dunia yang jaraknya kurang lebih 40 kilometer dari Kota Yogyakarta.
Kurang lebih satu jam, ayah sudah memarkirkan mobil di pelataran parkir Candi Borobudur. Setelah itu, keempatnya berbaur dengan wisatawan lainnya berjalan kaki menuju candi.
“Mana dinding-dinding yang bisa bercerita itu, Ayah?” tanya Lilis begitu mereka sampai di muka candi.
“Ini dia.” Ayah menunjuk ke dinding candi. “Gambar timbul seperti ini dinamakan relief. Pada setiap tingkatan Candi Borobudur, kita bisa menjumpai pahatan relief-relief yang membentuk suatu cerita.”
Lilis manggut-manggut. Tangannya menelusuri relief yang berkisah seputar panen padi dan jagung. “Wow, ukiran padinya detail sekali,” tuturnya kagum.
Pahatan timbul pada dinding Borobudur menampilkan beragam gambar seperti aneka hewan, tumbuhan, sosok pertapa, rakyat jelata, juga bangsawan. Salah satu relief terkenal adalah pahatan yang menggambarkan sebuah kapal kayu bercadik khas Nusantara yang menunjukkan kebudayaan bahari di masa purbakala.
Lilis terlihat bersemangat melihat relief-relief di dinding candi. Sementara itu Mbak Farah sibuk mencatat dan sesekali memotret obyek tertentu untuk keperluan pembuatan makalahnya.
Pages: 12
Leave a Reply