Oleh Elisa D.S. (Lampung Post, 07 Juli 2019)
Ruangan kelas lima terlihat sunyi. Tak terdengar bisik-bisik ataupun senda gurau seperti biasanya. Semua siswa serius mengerjakan Penilaian Harian Matematika. Tiga puluh soal seputar operasi hitung pangkat dan akar pangkat tiga, volume kubus, balok serta luas permukaan kedua bangun ruang tersebut membuat mereka benar-benar memeras otak.
Tak terasa waktu berlalu cepat. Satu per satu mengumpulkan lembar jawaban ke Bu Santi. Sebagian besar terlihat senang karena berhasil menyelesaikan ulangan dengan mudah, namun ada juga beberapa orang siswa yang menekuk wajah. Di deretan bangku belakang, terlihat empat siswa yang terlibat diskusi kecil dengan tentang jawaban mereka masing-masing.
Sepuluh menit menjelang istirahat. Ruangan yang tadinya sedikit ramai, tiba-tiba hening saat Bu Santi berdiri di depan kelas. “Anak-anak, berhubung Tio yang menjadi ketua kelas mulai besok resmi pindah sekolah ke Jakarta, nanti sesudah istirahat kita adakan pemilihan ketua kelas baru. Menurut kalian, kira-kira siapa yang pantas untuk dicalonkan?”
“Gimana kalau Firdaus, Bu?” usul Zahra.
Sebagian siswa mengangguk setuju.
“Lisa, Bu … Lisa!” seru Faiha dari kursi belakang.
Kelas pun riuh kembali. Terdengar kasak-kusuk di sana-sini. Semua asyik membahas dua nama yang baru saja diajukan sebagai calon ketua kelas.
Bu Santi mengedarkan pandangan. “Baiklah, Firdaus dan Lisa terpilih menjadi kandidat ketua kelas. Sekarang, silakan istirahat dulu.”
Leave a Reply