Cernak, Elisa DS, Lampung Post

Berbeda Pilihan

2
(1)

Faiha, Zahra, dan Dita beriringan keluar kelas. Ketiga sahabat tersebut menuju kursi beton yang ada di bawah pohon cemara.

“Aku mendukung Lisa. Sudah pintar, baik hati pula.” Faiha membuka obrolan.

“Kamu ini aneh, masa milih Lisa. Perempuan nggak cocok kalau jadi ketua kelas. Menurutku, Firdaus yang lebih pantas karena dia pernah menjadi ketua kelas setahun silam,” sanggah Zahra.

“Ya nggak bisa gitu, dong. Masa mentang-mentang Firdaus mantan ketua kelas, sekarang dia harus dipilih lagi. Lagipula, perempuan pun bisa jadi pemimpin selama dia mampu menjalankan tugas. Presiden aja ada yang dari kaum hawa, kok.” Faiha tak mau kalah.

Zahra mengerutkan alis. “Pokoknya aku nggak mau milih Lisa. Aku dukung Firdaus.”

“Ya sudah, terserah kamu,” sahut Faiha sedikit ketus.

“Kalian ini kenapa, sih? Biasanya selalu kompak, sekarang malah ribut sendiri gara-gara beda pilihan,” lerai Dita.

Faiha dan Zahra saling duduk membelakangi Dita sambil menekuk wajah.

“Coba, kalian lihat itu,” tunjuk Dita ke bangsal.

Kedua bocah kelas lima yang sedang bersitegang tersebut melihat ke arah yang ditunjuk Dita dengan muka masam.

“Dua orang calon ketua kelas yang kalian dukung mati-matian, saat ini sedang tertawa-tawa main bulutangkis. Artinya apa? Kedua kandidat pemimpin kita sama-sama orang baik, pintar, dan bertanggung jawab. Firdaus dan Lisa tahu kalau sehabis ini satu kelas memberikan suara untuk memilih yang terbaik di antara mereka, tapi mereka tak terlihat bermusuhan, saling dengki atau menjatuhkan, bahkan kompak bermain bersama. Apa kalian nggak malu?” tegur Dita seraya berkacak pinggang.

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!