Oleh Lina Herlina (Solopos, 18 Agustus 2019)
Salim sedang bermain bersama Kiki, adiknya. Tiba-tiba ada suara memanggilnya.
“Salim… Saliim… main yuk!” seru Robi.
Salim melambaikan tangannya dari balik tirai. Robi melewati gerbang rumah mendekati Salim.
“Salim, main bola yuk,” ajak Robi.
“Maaf Rob, aku enggak bisa, aku diminta ibu menjaga adik. Ibu sedang ada arisan RT,” kata Salim.
“Bawa saja adikmu ke rumah Bu RT, aku juga tadi diminta ibu menjaga adik, tapi aku enggak mau, adikku nakal,” ungkap Robi.
“Ah, tidak, aku senang kok menjaga adik. Aku bisa baca di rumah dan adik hanya perlu ditunggu. Dia sibuk sendiri main mainannya,” kata Salim.
Kiki terlihat sedang mendorong-dorong mobil-mobilan plastik. Mulutnya monyong mengeluarkan suara tidak jelas. Sementara Salim dan Robi membincangkan sepak bola yang semakin ramai dimainkan teman-temannya di lapangan baru. Saat itulah Kiki memegang celananya.
“Pi…pis,” kata Kiki yang usianya belum genap 2 tahun.
“Apa, Dik, Adik mau pisang?” kata Salim melihat Kiki memegang gambar pisang.
“Sebentar, ya, Kakak ambilkan.”
Salim pergi ke dapur membawa pisang. Untungnya di belakang masih ada biji pisang ambon. Kiki memang sangat senang pisang. Waktu Salim memberikan pisang, Kiki tersenyum.
Tapi tidak lama kemudian Kiki kembali memegang celananya.
“Ya, kamu pipis, Dik, yaa Adik, kalau mau pipis bilang dong!” kata Salim.
“Eh, tadi bukannya adikmu bilang pis…pis…, kayanya maksudnya tadi mau pipis, bukan mau pisang, hahaha.” Robi tertawa.
“Wah, jangan-jangan iya, ya,” kata Salim sambil membuka celana adiknya. Salim kemudian menutup pipis Kiki dengan lap.
“Biar nanti saja ibu yang membersihkan,” pikirnya.
“Sini, Kiki, Kak Salim pakaikan celana.” Salim mendekati Kiki, tapi Kiki malah terus melangkah memainkan mobil-mobilan.
“Kiki, pakai celana dulu,” seru Salim, “Duuh, gimana ini, jangan maju terus dong, diam dulu.”
Robi ingin tertawa melihat Salim mengejar-ngejar adiknya yang tidak memakai celana. Namun Robi berusaha diam. Robi juga pernah mengalami kejadian seperti itu, namun Robi menyerah.
“Horee, akhirnya dapat kaki kamu,” sahut Salim. “Sebentar ya,” lanjutnya.
Salim merasa lega berhasil memakaikan celana kepada adiknya. Tapi tiba-tiba Robi menunjuk celana Kiki.
“Terbalik, hahaha,” seru Robi.
“Ya Allah, sudah susah memakaikannya, tapi terbalik,” seru Salim sambil menutup wajahnya.
“Assalamualaikum,” suara salam Ibu terdengar mendekat. “Wah, ada tamu rupanya,” lanjut Ibu melihat Robi.
“Waalaikumsalam, eh iya Bu,” jawab Robi.
“Sal, gimana adikmu baik-baik saja, kan?” tanya Ibu.
“Hehe, iya baik Bu, cuma tadi adek pipis dan Salim sudah berusaha memakaikan celana, sambil ngejar-ngejar, tahunya, malah terbalik,” Salim menggaruk-garuk kepalanya.
“Makasih ya Salim, ibu paham sekali, memakaikan celana pada Adek memang harus dengan perjuangan hehe. Kamu hebat,” kata Ibu.
“Ini oleh-oleh untukmu, kasih juga temanmu, ya,” lanjut Ibu memberikan kue.
“Horeee, terima kasih, Bu,” sahut Salim.
Salim membuka makanan yang dibawa Ibu. Bersama Robi, Salim menghabiskan makanannya.
“Akhirnya perjuanganku, selesai Rob,” sahut Salim sambil tertawa.
Nyi Heni
Sederhana ciri khas cerita anak