Oleh Handoko Widagdo (Suara Merdeka, 03 Maret 2019)
SEJARAH biasanya ditulis dan dimaknai sepenuh kesungguhan. Sebab, sejarah adalah bukti akan kejadian, fakta, dari sebuah bangsa atau peristiwa masa lalu yang penting bagi kelangsungan masa kini dan masa depan. Tak jarang, demi kebenaran sejarah, manusia bertikai, bahkan berperang. Namun apa jadinya jika sejarah dijadikan bahan candaan? Bagaimana jika sejarah digubah sedemikian rupa, sehingga jadi alat untuk menyindir kebenarannya?
Buku karya Jonas Jonason ini sebuah candaan terhadap sejarah, khususnya sejarah Afrika Selatan dan Swedia. Jonas memasukkan tokoh-tokoh konyol dalam kronologi sejarah yang terbakukan. Tentu tokoh-tokoh itu nyelonong dalam kronologi sejarah yang disepakati para ahli sejarah, sehingga sejarah berjalan tak keruan. Tokoh-tokoh itu bisa berhubungan dengan tokoh-tokoh historis seperti Presiden PW Botha, Thabo Mbeki, dan Hu Jintao. Tokoh-tokoh itu bisa mengakali Mossad dan menembus sistem keamanan Swedia. Bahkan seenak hati bertemu Perdana Menteri dan Raja Swedia.
Jonas bukan sekadar ingin bercanda. Ia menggunakan candaan untuk mengkritik penulisan sejarah yang sering melupakan kemanusiaan. Tokoh-tokoh utama dunia, seperti para presiden negara besar, dia rundung sesuka hati. Ajaran agama (Kristen) dia tafsirkan sekenanya, sehingga menjadi lucu. Jonas menampilkan kelucuan tak sekadar untuk membuat pembaca tersenyum atau tertawa. Kelucuan itu, jika kita baca secara mendalam, akan membuat kita tahu: dia sedang menggugat sejarah dunia yang melupakan kemanusiaan. Para tokoh dunia pandai berucap: mereka memperhatikan kemanusiaan. Namun tindakan mereka sering bertentangan dengan ucapan itu.
Jonas mengawali cerita dengan mengambil sejarah 1980; Afrika Selatan membangun enam bom nuklir. Jonas mencandai fakta itu dengan menambahkan satu bom nuklir yang tak direncanakan; bom nuklir ketujuh yang terbuat secara tak sengaja.
Baiklah, kita lihat lebih dulu alur cerita novel kocak ini. Novel ini terbagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama mengambil kisah di Afrika Selatan. Bagian kedua di Swedia. Kisah di Afrika Selatan bermula dari Nombeko Mayeki, perempuan kulit hitam pengangkut tinja dari jamban umum di Kota Soweto. Saat hendak ke perpustakaan di pusat kota, ia tertabrak mobil yang dikendarai seorang lelaki mabuk. Lelaki itu insinyur yang mengepalai tim pembuat bom nuklir. Nombeko divonis tujuh tahun bekerja pada sang insinyur.
'-'
Bu sriii Queen Of sastra
Isa Wihanda
Penasaran sama bukunya, kpengin tahu isinya.