Wajah yang Berembun Pagi
/
di hari tua yang lalu
aku persembahkan malam
yang bergelantungan kesakitan
dari sehelai kata-kata mengutukku dalam luka
/
di saat pagi yang dini ini
aku diselimuti wajah yang berembun pagi
dan aku berharap tetap ada sampai senja tiba
sebab senja ialah perjalanan paling panjang menuju gemintang
/
Warung Kopi
/
di kota ini yang bertaburan warung kopi
aku menyelusup diksi di sekitar ini
dan sepeda motor yang berjajar rapi
serta mobil yang berwarna-warni
dan kesedihan mana yang akan hadir di sini?
/
kepadamu yang terluka dari jatuhnya asmara
ke sinilah bersimbah
lalu kopi mana yang bisa disenangi coba dibeli
atau hanya bisa mengamati
/
Tak Gampang Menjatuhkan Piring
/
Ma, ternyata tidak gampang menjatuhkan piring
yang selalu menemani di saat aku lapar
dan ia sampai suntuk dari sisa-sisa kelelahan
/
apalagi menjatuhkan piring ketika masih ada sebutir nasi
yang rela terjatuh dari bibirku, yang sebenarnya dari kenakalanku
apakah ia tidak menangis?
dan pecahannya akan dibuang pada tempat sampah
/
rasa kenyamananku sudah habis tak tersisa
kini aku ingin membeli dari uang saku sendiri
bagaimana tanggapan Mama?
atau bisa diceritakan sama tetangga?
barangkali ada tanggapan yang tidak sama.
/
Mengundang Kangen
/
hanya mengundang kangen kian pulang dari perantauan
mengirim air mata dari kejauhan
yang menggenang di atas raut wajahku
yang menyimpan mutiara di kedalamannya
/
ketika kau pulang jarang memberikan kabar
meskipun terjadi hujan di halaman sempatkan
berkabar walau sebulir takar
/
jika kau pulang lagi aku berharap
jangan sampai apa yang tak diharapkan terharap.
/
Tentang Air Sungai
/
jika tentang air sungai terkabar keruh
jangan berharap tak sampai pada samudera
karena samudera adalah tujuan utama yang
kuagungkan, terkabar keruh tak selamanya panjang hal itu
satu-satunya tujuan hanyalah padamu
Leave a Reply