Setta SS

Sebelum Tiba Giliran Saya

3
(1)

Oleh Setta SS (Kotasantri, 14 Februari 2009)

ADA banyak hal yang memaksa saya untuk lebih banyak merenung akhir-akhir ini. Bertanya dengan jujur, sejujur-jujurnya, tentang berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar saya.

Suatu hari, seorang kawan karib bercerita via email. Ia baru saja kecopetan dengan jumlah nominal hampir lima juta rupiah. Saya tertegun cukup lama membaca kisahnya. Membayangkan uang sejumlah itu lenyap dalam sekejap di perjalanan.

Pelajaran apa yang dapat saya ambil?

Hari-hari terus berlari. Sore itu, saya berpapasan dengan seorang teman, sebut saja si X, yang baru pulang kerja dengan motornya. Kami berbincang sebentar di pinggir jalan. Dan, dari mulutnya mengalirlah berita itu. Ia baru saja menengok si Y, teman kami, di sebuah tempat pijat tulang terkenal. Ternyata kemarin sore sekitar pukul lima, si Y kecelakaan. Motor yang dinaikinya terjungkal saat menghindari pengendara sepeda angin. Luka dalamnya cukup serius. Pangkal lengan kirinya turun beberapa centimeter dari posisi seharusnya.

Padahal tepat dua hari sebelumnya, si Y masih bermain ke rumah saya dengan keadaan fisik segar bugar. Kini, ia terbaring merintih dengan lengan kiri cedera parah.

Pelajaran apa yang dapat saya ambil?

Malam harinya, saat saya sedang mengajar anak-anak TPA di masjid, salah seorang murid saya melaporkan, “Anggi sakit. Tadi pagi tidak masuk sekolah.”

Ah, kemarin malam, Anggi masih ceria dengan senyum kecil khasnya. Sekarang wajah itu pucat karena demam yang merenggutnya.

Pelajaran apa yang dapat saya ambil?

Sehari berselang, tatkala saya belum berganti pakaian sepulang dari shalat Jumat, tetangga saya mengabarkan bahwa si X semalam apes. Motornya menabrak sebuah sedan. Tangan dan kakinya terluka. Lampu depan motornya hancur. Dan dia diharuskan membayar denda 800 ribu rupiah untuk biaya perbaikan sedan yang ditabraknya itu.

Baca juga  Well-Dying

Bukankah beberapa jam sebelumnya kami masih berbincang-bincang di pinggir jalan?

Pelajaran apa yang dapat saya ambil?

Dan sore itu juga, seorang adik kelas saya di SMP yang terpaut hampir sepuluh tahun bercerita. Pagi itu ia ikut mengantarkan jenazah Pak Z, guru Bahasa Inggrisnya. Pak Z adalah guru Bahasa Inggris saya juga dulu.

Innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’uuun.

Masih jelas dalam ingatan saya, beberapa waktu sebelumnya kami masih sempat bersenda gurau dalam acara pramuka di sebuah bumi perkemahan. Saat itu beliau tampak sehat tak kurang suatu apa.

Pelajaran apa yang dapat saya ambil?

Cukup lama saya merenung. Terlepas dari berbagai faktor yang menjadi perantara dan ketetapan-Nya. Saya menyimpulkan: saya harus bersegera mempersiapkan diri untuk menghadapi semua kenyataan di atas.

Saya harus sudah siap kehilangan uang sejumlah milik karib saya, jika suatu ketika diberi kesempatan untuk membawanya dalam suatu perjalanan. Saya harus sudah siap kecelakaan setiap kali bepergian dengan kendaraan, dan harus lebih berhati-hati dan selalu penuh konsentrasi. Saya harus sudah siap sakit, dan harus bisa memanfaatkan waktu sehat saya seoptimal mungkin. Dan, saya pun harus sudah siap menerima kedatangan Izrail setiap saat dengan selalu mengisi detik demi detik sisa umur saya dengan sebaik-baik amalan.

Ya, mumpung giliran saya belum tiba. (*)

 

 

Karang Kandri, 30 Juli 2005 02:45 p.m.

 

Loading

Average rating 3 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

3 Comments

  1. kita memang tidak tahu apa yang terjadi satu menit kemudian, bahkan satu detik..
    setuju.. belajar selalu berdamai dengan takdir apapun yang akan menyapa, membuat kita lebih siap dengan apapun yang akan terjadi

    thanks for sharing

  2. Semua itu terjadi atas Kuasa-Nya, kita hanya bisa meminta perlindungan Dari-Nya

  3. rafsyafai

    Sbg manusia hny bisa pasrah…walau jujur kerap hadir takut saat memikirkannya… kalau sdh mentok saya acap bcra sendiri : monggolah gusti…monggo, dulu lahir tak tau apa2 tak rasakan apapun smoga kelak itu juga yg saya rasakan… tp mbalik maning: lah sapa sih rika? Kanjeng nabi ben ngrasakna lara sing mbengkanane koh… akhirnya saya terjerembab lg pd kata…pasrah..

    Btw, kotasatri itu koran terbitan maanakah? Kalongan? 😀

Leave a Reply

error: Content is protected !!