Oleh Setta SS (Eramuslim, 3 Februari 2009)
“Masa lalu kita adalah sejarah yang tidak bisa kita ubah. Tetapi, jangan sampai kita terkukung oleh masa lalu kita hingga merasa tidak mungkin berubah.” (Anonim)
***
SEBELUMNYA aku ucapkan terima kasih banyak atas waktu dan perkenannya membaca tulisanku ini. Semoga kau dalam keadaan sehat dan senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Amin.
Sebagai renungan, mengutip dari apa yang pernah kau tulis sendiri untukku beberapa waktu lalu: “Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan. Kau tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupanmu sampai kau melupakan kegagalan dan rasa sakit hatimu. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Akan tetapi, seringkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup itu sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan untuk kita.”
Harapan-harapan masa laluku kepadamu dan janji-janji kita dulu untuk mencapai pernikahan, ternyata hanyalah sebatas impian. Sejujurnya aku akui, begitu banyak kenanganku bersamamu. File-file dan foto-fotomu di notebook dan PC-ku. Biarlah itu semua menjadi kenangan dalam hidupku. Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk setiap hamba-Nya.
Satu minggu sejak pengakuanmu yang menyatakan bahwa kau mencintai wanita lain, sejak itu pula aku merasa kehilangan kendali. Aku terpuruk sekali. Tidak pernah terbayangkan kata-kata itu terucap dari orang yang sangat aku cintai dan sangat aku percayai. Tidak mungkin! Tapi itulah kenyataannya.
“Pergiliran roda kehidupan kadang tidak bisa ditolak. Hadapi kenyataan dan berserah diri kepada-Nya adalah jalan terbaik.” Aku coba merenungi apa yang pernah dikatakan oleh pimpinan Wisata Hati itu.
Memang tidak gampang menerima kenyataan. Tapi kalau aku pikirkan dengan lebih mendalam, diterima atau tidak suatu kejadian buruk, ia sudah terjadi dan kita tidak bisa memutar ulang waktu. Apalagi yang bisa kita lakukan selain mengembalikan setiap kejadian itu kepada Sang Penguasa kejadian itu sendiri? Lalui saja dengan ikhlas. Betapapun beratnya penderitaan dan peliknya sebuah persoalan, pasti ia akan berujung juga. Hal itulah yang coba aku lakukan saat itu.
Dan seiring berjalannya waktu, perjalanan Ramadhan, hikmah-hikmah yang indah, dan pengalaman-pengalaman berharga yang kudapat, cobaan dan ujian hati yang kualami semakin membuatku lebih mengerti akan arti kehidupan ini. Bersikap ikhlas dan sabar akan membuat segala kekecewaan tidak menyesakkan dada lagi.
Masa lalu kita adalah sejarah yang tidak bisa kita ubah. Tetapi, jangan sampai kita terkukung oleh masa lalu kita hingga merasa tidak mungkin berubah.
Apa yang aku alami di masa lalu adalah satu tamparan pedih. Namun, sesungguhnya di balik itu semua sangat berarti untuk jiwa ini. Disadarkan akan arti cinta sejati. Bahwa cinta sebelum pernikahan adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan diagung-agungkan! Alhamdulillah, Dia masih memberikan hidayah-Nya dengan cara seperti ini.
Insya Allah aku akan segera meyempurnakan separuh agamaku. Menikah dengan seorang laki-laki shaleh yang akan aku cintai sepenuh hati. Seorang yang mencurahkan ketulusan kasih sayangnya, mau menerima diriku seutuhnya, dan siap hidup berjuang bersama dijalan-Nya dalam suka dan duka. Aku tidak tahu siapa dia. Jika waktunya telah tiba nanti, semuanya akan terang benderang. Anugerah terindah itu pasti akan datang.
Sesungguhnya tiada sesuatu yang lebih indah di dunia ini selain jalinan persaudaraan. Oleh karena itu, kau tidak usah bersikap antipati terhadapku. Dan aku ingin komunikasi di antara kita dan keluarga yang sudah terbangun selama ini tetap baik, terlepas dari status hubungan kita sekarang. Forget it! Aku hanya ingin tetap menjalin silaturahim. Hanya sebatas itu. Bukankah menjaga silaturahim itu salah satu tiket masuk surga?
Mohon maaf untuk semua salah dan khilafku. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang selalu memperbaiki diri dan senantiasa berlomba dalam kebaikan. Semoga. (*)
Yogyakarta, 31 Januari 2009 16:47 WIB
Ditulis ulang dari kisah nyata seorang Sahabat.
Leave a Reply