Setta SS

Sebatas Rencana

0
(0)

Oleh Setta SS (Kotasantri, 24 Juli 2009)

PERNAHKAH Anda membaca lembar persembahan di sebuah skripsi, tesis atau karya prestisius lainnya? Semisal ini: karya kecil ini kupersembahkan untuk yang terkasih, tersayang dan tercinta….

Seorang teman saya menuliskan di lembar persembahan tesisnya nama ayah dan ibunya, kakak, adik-adiknya, juga nama keponakan semata wayangnya. Dan tak ketinggalan, kekasih hatiku X. X adalah nama lengkap kekasih hatinya (baca: pacarnya) saat itu.

Tetapi tahukah Anda, dua setengah tahun kemudian teman saya itu menikah dengan siapa? Tepat sekali, ia menikah dengan orang lain yang bahkan baru dikenalnya di tempat kerjanya sekarang. Begitulah takdir berbicara.

***

Sabtu pagi itu, selepas rutinitas Shubuh, saya bergegas mandi. Mengisi botol bekas air mineral dengan air dari galon. Memakai deker di kedua lutut. Memasukkan sepasang sepatu Diadora biru tua, sepasang kaos kaki putih ukuran sedang—untuk menyangga lakop (pelindung tulang kering) di kedua betis, dan sepasang kaos kaki putih ukuran panjang selutut, ke dalam tas.

Sabtu pagi jam enam sampai jam delapan adalah jadwal rutin saya latihan futsal bersama teman-teman. Saya sangat menyukai olah raga yang satu ini selain sepakbola. Oleh karena itu, Sabtu pagi senantiasa saya nantikan kehadirannya dengan sepenuh motivasi.

Pellé, tempat kami rutin ‘mencari keringat’ itu cukup jauh jaraknya dari tempat tinggal saya. Jika ditempuh dengan sepeda motor tidak sampai 20 menit perjalanan, namun jika naik angkot satu jam belum tentu tiba. Selain tidak dilewati rute angkutan umum dan harus naik angkot terlebih dahulu dua kali sebelum ditempuh dengan jalan kaki, jam setengah enam pagi di Yogyakarta angkutan umum belum beroperasi.

Baca juga  Tentang Rasa Malu Kita

Malam sebelumnya, seorang teman sudah berjanji akan menjemput saya. Tetapi hingga tiga puluh menit lewat dari pukul enam pagi, ia belum juga menampakkan batang hidungnya. SMS yang saya kirim pending. Beberapa teman yang lain ponsel mereka aktif saat dihubungi, namun tak seorang pun yang mengangkatnya. Bah! Saya pun malas ke pangkalan taksi karena harus jalan kaki cukup jauh dan kocek yang tipis. Saya tidak jadi berangkat ke Pellé Sabtu pagi itu.

Maaf, tadi pagi ketiduran lagi setelah shalat Shubuh….

Pesan pendek itu masuk ke ponsel saya di sore hari. Saya masih dongkol dan tak berminat menanggapinya.

Kun fayakun!

Maka terkuncilah kemungkinan kejadian yang kita impikan jauh-jauh hari menjadi nihil adanya. Tak seorang pun kuasa menolaknya.

***

Dalam rangka menyambut kedatangan tim sepakbola papan atas Benua Biru, Manchester United, ke Jakarta untuk sebuah laga bertajuk Asia Tour 2009 Manchester United melawan tim Indonesia All-Star 20 Juli 2009 silam, hampir tiga bulan penuh sebelum kick-off kedua tim yang dijadwalkan berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, pihak panitia penyelenggara dan sponsor memanfaatkan berbagai media massa dan elektronik—termasuk di beberapa portal online khusus olahraga, untuk mempromosikannya secara eksklusif.

Namun euphoria ribuan fans yang akan menyaksikan laga tersebut pudar dalam sekedipan mata saja, hanya menyisakan puing-puing kekecewaan di dada mereka dan beberapa pihak yang berkepentingan. Hanya berselang beberapa saat setelah bom bunuh diri meledak di Hotel Ritz-Carlton, 17 Juli 2009, kesepakatan hitam di atas putih pun langsung dibatalkan sepihak oleh manajemen Manchester United lewat situs resmi mereka karena alasan keamanan. Batal. Titik.

Ya, persis seperti kata pepatah lama, man proposes, but God disposes. Setiap orang berhak merencanakan—bahkan wajib bagi sebagian kalangan, tetapi hanyalah sebatas rencana. Tidak lebih. (*)

Baca juga  Sebelum Tiba Giliran Saya

.

.

Yogyakarta, rewritten 31 Oktober 2009 03:44 WIB

.

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

1 Comment

  1. Aba Mardjani

    Tiga rencana, tiga-tiganya batal.

Leave a Reply

error: Content is protected !!