Cerpen Dinar Rahayu (Media Indonesia, 24 Januari 2016)
SEPERTI mimpi buruk yang masih berlangsung walaupun seseorang sudah terjaga, barangkali seperti itulah rasanya melakukan perjalanan dengan Mesin Pelipat Ruang dan Waktu. Cempasuchitl terbangun dengan mimpi buruk yang masih tergantung di kepalanya ketika pintu mesin melontarkan dirinya keluar seperti katup WC yang terlalu banyak menampung kotoran dan akhirnya mbludak. Penjaga sigap menangkap tubuh Cempasuchitl bersama air dan lendir-lendir yang terbentuk sebagai efek samping perjalanan.
“Selamat pagi Pak, selamat datang di pelabuhan Kota Cahaya,” begitu sapa nona penjaga pod sambil memberikan handuk pada Cempasuchitl. “Silakan menyegarkan diri dulu, kalau ada apa-apa panggil saya saja.”
Si Nona harum segar, rupanya ia memercikkan parfum yang diambil dari kelenjar kadal cahaya. Mimpi buruk dan lendir sisa perjalanan masih menggenangi Cempasuchitl. Ia meneguk air seolah tak bertemu air selama ribuan tahun dan kemudian menenggak obat antipusing.
Ia sudah tiba di planet Cahaya. Planet kelima dalam galaksi Illuminata Perpetualis. Sistem bintang ini terdiri dari 15 planet yang mengelilingi satu bintang kecil, sebagai pusat administrasi sistem. Tiap-tiap planet dan bintang itu dihubungkan dengan Mesin Pelipat Ruang dan Waktu sehingga para penghuni bisa hilir mudik tanpa harus menjadi terlalu tua ketika sampai di tujuan. Ia sendiri tinggal di Planet Kata-Kata. Bekerja sebagai Pelayan Super Komputer di pusat sistem. Bersama-sama puluhan juta pelayan lain, ia mengurus tetek bengek administrasi yang mengatur segala aspek kehidupan para penghuni demi kelanjutan sistem bintang itu. Kali ini ia harus ke planet Cahaya, menuju ibu kotanya, Kota Cahaya, untuk menghadiri pameran pembangkit energi yang konon lebih bersih dan lebih efisien.
Jarak dari pelabuhan ke pusat kota sekitar 679 tsuk. Tak praktis memasang Mesin Pelipat Ruang dan Waktu untuk jarak nanggung seperti itu, karenanya kini Cempasuchitl sedang berada dalam balon super cepat. Memandangi hologram katalog paket wisata ke berbagai planet sambil menghabiskan teh tai ulat pohon cahaya yang dikenal dapat menyegarkan badan, dan ulat bakar yang renyah. Ia mendengarkan berita sekilas-sekilas: “Panen buah cahaya di pedesaan di seluruh penjuru planet Cahaya, kecelakaan di jalur 303 di lintasan Mesin Pelipat Ruang dan Waktu.
Cempasuchitl punya pacar, tinggal di salah satu bulan Kota Cahaya, Lili-Pol namanya. Lili-Pol punya teleskop besar yang bisa dipakai melihat galaksi-galaksi yang jauh, ia sedang memperjuangkan temuannya, sebuah planet aneh yang merupakan planet ketiga dari bintang pusat galaksi itu. Begini ciri-ciri salah satu penghuni planet itu menurut Lili-Pol: ada makhluk yang berjalan dengan dua kaki, memiliki dua tangan, mereka selalu terbentur bangunan bertingkat karena berjalan merunduk-runduk menekan-nekan tombol yang ukurannya jauh lebih kecil dari jemari mereka, sering salah masuk toilet, dan pagi-pagi memakan sesuatu yang keluar dari pantat makhluk yang suka mengeluarkan bunyi ‘kotek-kotek,’ berparuh dan bersayap.
Badan Ramalan Bintang Illuminata Perpetualis belum bisa menerima temuan Lili-Pol karena ide bahwa ada planet lain yang ditempati makhluk seperti itu adalah hal yang menggelikan. Tapi Lili-Pol tidak menyerah. Badan Ramalan Bintang pun tidak keberatan dengan kegiatannya, asalkan ia bisa mengumpulkan bukti-bukti lebih lanjut.
Ingatan Cempasuchitl pada Lili-Pol membuatnya terperanjat. Ia baru ingat hari ini seharusnya ia akan mengajak Lili-Pol jalan-jalan melihat Pohon Kata-Kata bersemi di pinggiran Kota Kata-Kata, tapi Pusat Administrasi memberinya tugas mendadak ke Planet Cahaya ini.
Ia pun segera mengibaskan tangannya. Layar holografik terbentang di depannya. Ia memikirkan Lili-Pol dan dengan segera sensor panggilan menampilkan gambar Lili-Pol, juga nomor telepon rumahnya. Cempasuchitl mengangguk, segera mesin pemanggil menyambungkannya dengan telepon Lili-Pol. Sial! Ternyata si Nona tak ada di rumah. Mesin itu melakukan pencarian dan mendapatkan Lili-Pol sedang di jalur cepat menuju Planet Kata-Kata. Di jalur 303.
“Di jalur 303!” kalimat itu terlontar dari mulut Chempasuchitl bersama teh dan beberapa kunyahan ulat bakar.
“Kecelakaan di jalur 303!!!!” begitu ia langsung berteriak pada mesin hologram yang segera mengedipkan tanda merah menandakan ia bersuara terlalu bising. Mesin hologram segera menampilkan seluruh berita mengenai kecelakaan di jalur 303. Sekitar 2.000 penumpang Mesin Pelipat Ruang dan Waktu tergulung dalam pusaran dimensi ketika mesin itu macet di jalur 303. Masing-masing atom dari para penumpang itu kini tersebar secara acak di masa lalu, masa kini, dan masa datang. Kini badan transportasi sedang mendata siapa saja para penumpang itu, ciri-ciri mereka, dan diharapkan anggota keluarga atau sanak saudara mendatangi markas transportasi terdekat untuk membawa sejumput rambut, secuil kulit atau apa pun sehingga pengurusan penyusunan ulang tubuh para penumpang dapat terlaksana secara tepat.
Mesin Pelipat Ruang dan Waktu meniadakan kematian. Tapi kabar yang diterima kadang-kadang sama menyakitkannya. Misalnya begini: “tiga puluh persen atom ayah Anda tersebar di masa lalu, lima puluh persen di masa depan, dan kurang dari sepuluh persen tersebar di masa kini, sisanya tercecer di antara dinding mesin.” Itu bukanlah berita kematian, tapi sama peliknya untuk dihadapi dan dikabarkan. Kalaupun selamat, ada satu masalah lagi; kenangan, ingatan, pengalaman para penumpang kadang saling tertukar, tertinggal, bercampur, menempel di rentang jalur mesin itu. Kecepatan menelikung jarak antara planet rupanya mengabaikan hal-hal tersebut, walau di Illuminata Perpetualis jarang terjadi kecelakaan seperti itu.
Chempasuchitl melihat ke sekeliling. Seluruh penumpang di balon udara kini terpaku pada satu berita itu dan ketika balon mulai mendarat dan tangga digelar, semua penumpang turun perlahan sambil terus menatap layar hologram dan mendengarkan berita. Di seluruh layar hologram di pelabuhan, bandar balon udara, kota dan taman kota, kini terpampang berita kecelakaan di jalur 303.
Chempasuchitl menghadiri pameran dengan pikiran entah ke mana. Terbayang wajah Lili- Pol. Mesin Pelipat Ruang dan Waktu memang dilengkapi jaring-jaring pengaman, tapi apakah Lili-Pol akan menjadi salah satu penumpang yang atom-atomnya terserak sedemikian rupa sehingga jaring-jaring pengaman mesin tak sanggup lagi menjeratnya, dan kini atom-atom itu tersebar di semesta ini. Tertarik satu gravitasi bintang dan terhempas oleh ledakan bintang yang lain?
Tiga hari hitungan perputaran Planet Cahaya berlalu semenjak kejadian itu. Chempasuchitl memperpanjang waktu tinggalnya di Kota Cahaya. Di depannya duduk Lili-Pol, tak kurang suatu apapun. Lili-Pol mengingat Chempasuchitl, mengingat banyak hal yang terjadi dalam hidupnya, tapi ia tidak tahu bagaimana dalam cintanya pada Chempasuchitl. Lili Pol tidak linglung tidak lupa, hanya ingatan tentang hal itu terserak entah di mana. Barangkali juga tertukar.
Chempasuchitl—dibantu Badan Transportasi dan Badan Rekaman Illuminata Perpetualis—sudah menggali semua data yang ada, mencari ingatan-ingatan dan kenangan yang saling tertukar itu. Di berbagai media sudah ditulis siapa yang memiliki ingatan duduk bersama di pantai Kota Cahaya, menghadap laut dan memandangi kadal-kadal cahaya memakan buah dari Pohon Cahaya yang tercelup di laut dangkal, ingatan malam-malam saat mereka duduk berdua menatap langit, melihat Pohon Kata-Kata melejitkan buah kata-kata ke udara, membuat serangkaian kalimat di langit Planet Kata-Kata. Masalahnya, berjuta atau barangkali bermiliar-miliar penduduk menikmati saat-saat seperti itu, memilah mana kenangan khusus milik Lili-Pol itulah yang tersulit. Tapi seperti warga galaksi Iluminta Perpetulis lainnya yang gigih dan tekun, Chempasuchitl tidak pernah menyerah. Sampai cerita ini ditulis, ia masih terus mencari, di berbagai pusat data ingatan, di kedalaman mata Lili-Pol. (*)
Bandung, 2016
Dinar Rahayu. Lahir di Bandung, 9 Oktober 1971. Menyelesaikan studi di Jurusan Kimia ITB. Novelnya Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch (2002). Karya-karya ramai diperbincangkan di kalangan peneliti sastra. Januari 2015, Dinar menghadiri Festival Sastra Winternachten, Belanda.
Redaksi menerima kiriman naskah cerpen, ketik sebanyak 9.000 karakter, karya orisinal dan belum pernah diterbitkan di media massa lain. Kirim e-mail ke [email protected] dan [email protected]
Leave a Reply