Fyodor Dostoyevsky

Seorang Petani

5
(1)

“Baik lah, saya akan pergi sekarang,” ujarku, memandanginya dengan tersipu.

“Larilah, Nak. Aku akan mengawasimu,” sahutnya.

Lalu ia menambahkan, “Janganlah mencemaskan apa pun. Semuanya akan baik-baik saja.”

Aku pergi dan berlalu, berbalik melihat ke arahnya setiap beberapa meter. Sambil berjalan pulang, Marey berdiri tegak di dekat kudanya dan mengawasiku. Ia mengangguk kepadaku setiap kali aku berbalik memandangnya. Aku merasa sedikit malu pada diriku sendiri, tetapi aku masih agak ketakutan sampai aku tiba di rumah. Di sana, kengerian yang sebelumnya kurasakan sepenuhnya hilang saat kulihat anjingku berlari ke arahku.

Dengan anjingku di sisiku, aku tidak lagi merasa ketakutan. Sekarang, aku berpaling ke belakang untuk melihat Marey terakhir kali. Aku tidak bisa lagi melihat wajahnya dengan jelas. Namun, entah bagaimana aku yakin bahwa ia masih mengangguk dan tersenyum lembut kepadaku. Aku melambai ke arahnya dan ia membalas lambaian tanganku.

Kejadian itu sudah lama berlalu, tetapi tiba-tiba saja semua itu kembali kuingat seluruhnya. Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku bisa mengingat setiap detailnya. Untuk beberapa menit berikutnya, pikiranku kembali ke saat-saat di masa kanak-kanakku itu.

Ketika aku pulang ke rumah hari itu, aku tidak menceritakan apa pun tentang “petualanganku”. Lagi pula, kejadian itu tidak benar-benar bisa disebut petualangan dan dengan cepat aku sudah melupakan semua hal tentang Marey. Kapan pun aku kebetulan bertemu dengannya, aku bahkan tidak bercakap-cakap dengannya. Kami tidak lagi membicarakan tentang serigala atau hal-hal lain.

Sekarang, dua puluh tahun kemudian, aku berada di dalam penjara Siberia. Betapa anehnya bahwa aku tiba-tiba saja teringat kejadian hari itu dengan sangat jelas! Tidak satu detail pun yang terlupakan. Tentu saja ini berarti kenangan tentang hal itu selama ini tersembunyi di dalam benakku tanpa kusadari. Kenangan itu kembali kuingat karena aku memang ingin mengingatnya kembali. Sekarang aku yakin bahwa aku tidak akan pernah bisa melupakan kelembutan dan senyum petani itu, juga caranya menganggukkan kepalanya kepadaku.

Loading

2 Comments

  1. Farahdiba afriani

    Cuma begitu saja ? Ini cerpen mengesalkan…seperti tulisan tidak selesai, keburu pergi untuk keperluan lain.

  2. Saya suka sekali dengan Dostoevsky. Dia bisa menggambarkan sebuah perasaan sulit yang dihadapi oleh manusia dengan sangat rapih. Di tengah kemuraman hidup, ia bisa membuka sebuah celah dalam perasaan sial, bahwa kemalangan apapun dalam hidup, ternyata bisa dinikmati; dengan cara apapun itu. Terlebih di cerita Petani ini, Dostoevsky menggambarkan perasaan seorang manusia yang naik turun, melihat keadaan lingkungannya hanya karena sebuah pengalaman yang tiba-tiba jadi berharga. Sehingga lingkungannya berubah seiring pemahaman yang berubah dari manusia.

Leave a Reply

error: Content is protected !!