Eko Triono

Bandit dalam Kepentingan Cerita

0
(0)

Cerpen Eko Triono (Media Indonesia, 29 Mei 2016)

Bandit dalam Kepentingan Cerita ilustrasi Pata Areadi

Bandit dalam Kepentingan Cerita ilustrasi Pata Areadi

KEJADIAN ini melibatkan Karta Biter dan rangkaian muslihat bandit narkoba, tepatnya di kawasan LP Pulau Nusakambangan, Cilacap, pada akhir Januari 2012.

Itu ialah masa di mana kabar hukuman mati atas Michael JC diproduksi dan diberitakan berulang-ulang ke segenap penjuru. Kabar itu berakhir dengan catatan Michael JC benar-benar sudah mampus; dibungkus peti, dikuburkan di area khusus, setelah dipenuhi permintaan terakhirnya.

Permintaan itu disiarkan luas oleh televisi yang haus liputan langsung, meski hasilnya hanya variasi narasi atas sepotong foto colongan. Sisanya, duga-analisis. Michael JC ingin bertemu dengan keluarganya, asal Australia.

Mereka berkumpul di restoran yang dirahasiakan. Yang diketahui, berdasarkan foto colongan, menunya udang galah bakar dan kepiting empuk. Untuk itulah Anton Balak memanggil Musrin. Foto lalu disodorkan pada Musrin kamis sore di meja pimpinan redaksi. Indikasi pertama, itu di kawasan Jalan Laut Kidul. Itu menu yang familier, Musrin menjelaskan.

Musrin berangkat dari Jakarta ke Cilacap menggunakan kereta eksekutif. Ia turun di Kroya pada dini hari. Dalam 17 jam sebelum hukuman dilaksanakan, ia harus menemukan tempat pertemuan Michael JC, serta mencari tahu siapa yang hadir, selain keluarga. Redaksi perlu sudut pandang baru. Keluarga Michael JC yang hadir nampak dalam foto colongan. Foto itu berbayar. Asalnya dari petugas LP ceroboh—yang mudah disumpal duit, tanpa paham masalah akan menimpuknya kemudian.

***

Enam jam sebelum kedatangan Musrin, Karta Biter berada dalam keadaan dingin di ruang ikan tuna. Napasnya beserbuk embun. Dengan mata yang semerah trah keluarga Karta, ia mengawasi ikan-ikan tuna besar ditimbang dan dibekukan. Anak buahnya yang bersenjata berjaga di dalam dan di luar.

Yang di luar, berjaga dalam kamuflase tukang parkir, tukang pecah es, dan nelayan-nelayan kelelahan. Gedung ini terletak di sisi kanan pelabuhan, barat kilang minyak Pertamina. Dikenal sebagai perusahaan pengekspor ikan dan udang, papan identitasnya bertuliskan: Mina Jaya.

Hanya tujuh orang yang tahu tentang heroin-heroin yang disumpalkan ke dalam daging ikan tuna. Dan, ini hanya cabang. Asal barang dari dalam dan luar. Yang dari luar, dimasukkan ke rongga mesin diesel, produk impor untuk nelayan di negara kelautan ini.

Barang lalu dikirim lagi ke berbagai kota di Indonesia melalui jalur perdagangan ikan. Dengan tujuh orang itu, mudah bagi Karta Biter mengenali dan mengendalikan kemungkinan pengkhianat. “Kita memaafkan pembunuh, tapi tidak pengkhianat,” kata Karta Biter di jamuan bersama Michael JC setahun lalu.

Baca juga  Kiu yang Mencekik

Jamuan berlangsung sederhana di prostitusi Kompleks Slarang. Malam minggu itu, ada tiga ‘barang’ baru di bawah 25 tahun. Satu datang dari Wonosobo dan dua gusuran dari Baturaden, Purwokerto.

“Aku merasa enggak akan bisa keliaran begini lagi,” Michael JC curhat dalam bahasa Inggris, “pengadilan menolak PK. Tekanan luar lebih kuat. Uang kita enggak mampu membendung.”

Karta Biter menyalakan korek buat rokok Michael JC.

“Selama kerbau-kerbau kere itu masih dalam ikatan kita, tentu masih ada jalan ke luar, JC.”

Kerbau yang dimaksud ialah penjaga LP.

“Tapi talinya minta naik terus, lama-lama mengancam, nyekik kita.”

Tuang minuman lagi.

Ada perempuan mau masuk dan menggesekkan perut, sudah kebelet dia. Dihardik sama anak buah JC. Mata-mata selalu ada, sudah semestinya waspada.

“Jangan khawatir JC, kami berpengalaman soal itu.”

Karta Biter mengupas kacang, lalu melanjutkan, “Aku sendiri, kecilku jadi gembala kerbau. Kerbau-kerbau itu nurut bukan karena ukuran tali yang dicocok, tapi karena jiwa mereka merasa tak bisa lari lagi dari ikatan yang kita buat.”

“Harusnya kamu jadi motivator,” Michael JC menepuk punggung Karta Biter.

“Tapi kayaknya lebih asyik jadi nabi.”

Ketawa ramai. Udara berasap terguncang. Yang datang di ruang khusus itu hanya yang diundang. Dua di antaranya polisi yang menyamar dan melindungi.

***

Tidak sulit bagi Musrin menemukan restoran yang dimaksud dalam foto colongan. Detail meja, kursi, nomor, latar tirai, lantai, piring, dan sendok, membuatnya gampang mengenali. Cukup waktu saat dia mengirim data-data pada redaksi. Mursin menggali dari pelayan dan pihak resto. Bukan rahasia kalau uang dan ancaman masih jadi alat tukar terbaik di negeri bekas jajahan; di mana mental diperbudak dan memperbudak melekat berabad-abad.

Dengan cara begini, Musrin sering memandang jijik diri sendiri. Dia lagi duduk di anjungan Teluk Penyu, memandang ombak tanpa kepribadian. Pulau Nusakambangan kukuh di kejauhan.

Teringat sesuatu, dia bangkit. Ambil motor dan menuju Jalan Kakap. Dia ke rumah Sri Asih. Di tempat Sri Asih, Musrin akan ketemu dengan Karta Biter.

Jalanan macet. Aparat tentara dan kepolisian berjaga ketat. Awak media sibuk. Hasil hukuman mati atas Michael JC yang dieksekusi sekitar dini hari tadi, di tempat yang dirahasiakan, diumumkan.

Baca juga  Seperangkat Alat Teror

Televisi tempat Musrin bekerja menampilkan informasi tentang restoran dan orang-orang yang diduga datang ke dalam pertemuan keluarga Michael JC lengkap dengan analisis para komentator, yang kerjanya memang berkomentar.

Karir Karta Biter dalam bisnis ini tidak terlalu rumit untuk diceritakan. Sebagai bagian dari keturunan Karta yang terkenal, dia menempuh hidup di luar jalur politik, kekuasaan, dan bisnis tanah, serta perdagangan mistik. Dikeluarkan dari sekolah, dia dimasukkan ke pesantren di Kebumen. Sebentar di sana, dia minggat ke Jawa Timur ikut truk semen Gresik. Tidak jelas bagaimana, beberapa tahun kemudian, saat Lebaran, dia pulang kampung dan berkata kerja di Jakarta. Di perempatan, di gardu sepi, dan di tempat nongkrong dia mengenalkan ganja dan sabu. Tidak peduli pada usia berapa yang mau.

Keterampilannya mengesankan Hesba Codet. Dia lantas dihubungkan pada jaringan kendali LP Nusakambangan hingga berjenjang menemui Michael JC. Kesetiaan dan kemampuannya membuat Michael JC memercayakan distribusi heroin padanya lewat usaha ikan tuna: Mina Jaya.

Michael JC dan rekannya ditangkap di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, empat tahun lalu, 14 Oktober. Namun, mereka masih mampu mengendalikan bisnis dari balik kurungan.

“Bahkan kalau kami benar-benar dihukum mati,” seloroh Michael JC, “arwah kami masih bisa mengatur kalian!”

Kali ini Michael JC sudah mati, pikir Karta Biter. Dia mesti mengukuhkan jaringan dengan yang lain, termasuk sisa yang ada di tahanan. Di balik jeruji besi dan hukum, transaksi justru lebih aman. Rekannya, Moksapati, pernah bilang; dulu, waktu masih sekolah, di kompleks perumahan tentara, dia sering nyabu dan nyimeng. Tidak ada yang berani periksa. Namun sayang, anak kolonel itu pindah padahal dia cantik. Cinta Moksapati Siswoyo kini terkunyah.

Ngomong cinta, Karta Biter jadi teringat Sri Asih. Dia sudah jadi janda dengan anak satu, tiga tahun. Lebih dari itu, Karta Biter merasa lebih leluasa tanpa intaian terus-menerus dari tangan-tangan gaib Michael JC.

Untuk diketahui, suami Sri Asih tenggelam dalam kapal jukung pencari ikan tuna. Kapal itu ketemu, tapi awak kapalnya semua sudah terapung membusuk. Karta Biter sudah coba melamar. Belum pulang dari sana, Musrin datang ke rumah Sri Asih. Musrin ialah adik dari Sri Asih, tapi beda ayah.

***

Keluar dari rumah Sri Asih, Karta Biter disergap tiga orang tak dikenal. Mereka mencegat motor ninjanya di pertigaan Kali Mambu, dimasukkan ke dalam mobil dengan kepala dibungkus kain hitam.

Baca juga  Rusuk Seratus Tahun

Sampai saat itu, Karta Biter menduga mereka polisi. Ia merasa mengantuk setelah suntikan di lengan kirinya. Pemberontakan tubuh dan pikirannya kini menjadi sia-sia. Dia tak tahu mau dibawa ke mana.

Pengetahuannya tetap belum cukup meski sudah dua hari berlalu sejak sergapan itu. Keadaannya kini lebih mirip bebek pesakitan yang dicabuti bulunya satu per satu sebelum dipanggang. Merah darah di kulit; marah di dada menjerit! Namun sial, kain gelap mengunci mata. Sampai sakit, sampai pejal korneanya.

“Mengapa mengkhianati JC?”

Penusuk daging ikan tuna menghunjam ke paha. Mengucur darah dan menjerit Karta Biter sampai lelah.

Dia terus bersikukuh, “Aku tidak mengkhianati JC!”

“Pembunuh dapat dimaafkan, tapi tidak dengan pengkhianat.”

Ujung besi penusuk di-gepruk dengan godam. Slap! Kian menusukkan sakit, menghantam tulang. Ish, nyerinya bukan kepalang. Karta Biter menjeritkan suara menjelang ajal.

“Untuk apa kamu ketemu dengan wartawan televisi di tempat Sri Asih?”

Crapp!

“Aku hanya ingin melamar Sri Asih!”

Lalu merambat lirih, menambat rintih. Sampai hening beberapa lama, tapi tak dapat dia menerka ini hari apa, jam berapa.

Dia hanya mencium aroma kopi dari depan. Kemudian terdengar desis ular. Langkah-langkah tergesa terdengar ke luar ruangan. Tinggal terdengar suara dua langkah kaki aktif.

“Kamu tahu kan anak gembala kerbau, tanganku ada di mana-mana?”

Karta Biter seperti mengenal.

“Tidak perlu ragu, akan kubuka tutup matamu.”

“JC?”

“Kematian adalah pembebasan. Kamu mau merasakannya?”

Michael JC lalu menyiram secangkir kopi panas ke mata Karta Biter, yang dalam keadaan digantung kedua tangannya.

Di dalam cerita, di dalam berita, JC telah ditembak mati, tetapi di dalam kenyataan dia meninggalkan peti kosong untuk tubuh yang lain. Kerbau-kerbau peliharaannya bukan hanya berjaga di pintu LP, melainkan juga di beberapa pintu hukum, dan  pintu kekuasaan. Dia hanya memerlukan sedikit drama dan operasi plastik. (*)

 

 

2016

Eko Triono, lahir di Cilacap 1989. Menulis prosa dan esai. Buku terkininya, Agama Apa yang Pantas bagi Pohon-pohon? (2016)

 

Redaksi menerima kiriman naskah cerpen, ketik sebanyak 9.000 karakter, karya orisinal dan belum pernah diterbitkan di media massa lain. Kirim e-mail ke cerpenmi@mediaindonesia.com dan cerpenmi@yahoo.co.id

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

1 Comment

  1. Aloysius Kris

    .. larut aku bung dlm logika liarmu.. jika mimpi basahku berdarah2.. kau yg bertanggung jawab ya bung hahaha..
    Salam hormat dari kelas Sigmund Freud-mu

Leave a Reply

error: Content is protected !!