Cerpen M Shoim Anwar (Media Indonesia, 19 Februari 2017)
ADA tahi lalat di dada istri Pak Lurah. Itu kabar yang tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah. Lembut tapi pasti. Mungkin orang-orang masih sungkan untuk mengatakannya secara terbuka. Mereka menyampaikan kabar itu dengan suara pelan, mendekatkan mulut ke telinga pendengar, sementara yang lain memasang telinga lebih dekat ke mulut orang yang sedang berbicara. Mereka manggut-manggut, tersenyum sambil membuat kode gerakan menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada sendiri, sebagai pertanda telah mengerti.
“Awas, ini rahasia. Jangan bilang siapa-siapa!” kata Bakrul memulai pembicaraan sambil mendekatkan telunjuknya ke mulut.
“Di sebelah mana?” aku mengorek.
“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.
“Besar?”
“Katanya sebesar biji randu.”
Mungkin karena keberadaannya sudah lebih jelas, akhirnya orang-orang saling memberi kode ketika berpapasan. Bila mereka sedang bergerombol, dan salah satu sudah memberi kode, yang lain mengacungkan jempolnya sebagai tanda mengerti. Bagi yang kurang yakin, pertanyaan akan langsung diteriakkan saat aku lewat.
Karena tak ingin diteriaki terus, aku mengacungkan jempol. Teriakan itu memicu yang lain untuk keluar rumah, lalu menuju pinggir jalan tempat aku lewat. Sebenarnya aku tak enak juga mendengar ejekan terhadap lurahku, meski waktu pemilihan aku tidak mencoblosnya. Maka, sebelum mereka berteriak, aku mengacungkan jempol terlebih dulu. Tapi karena niatnya mungkin mengejek, teriakan mereka pun bertambah santer.
Suara truk pengangkut material untuk pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah. Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu.
“Di luar sana juga ada omongan soal kedekatan istri Pak Lurah dengan bos proyek perumahan,” aku membuka pembicaraan dengan istri.
“Kedekatan yang gimana lagi?” istriku mendongak.
“Bos proyek itu sering datang saat Pak Lurah tidak ada di rumah. Katanya juga pernah keluar bareng.”
Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.
“Ada unsur politik juga kayaknya,” kataku pada istri.
“Mengapa istri diikut-ikutkan?” dia mendongak.
“Citra perempuan lebih sensitif untuk dimainkan.”
“Pak Lurah telah menceraikan istrinya yang pertama. Ini istri kedua. Andai tetap dengan Bu Lurah yang dulu, tak akan tersiar kabar kayak begini.”
“Bisa jadi berita itu datangnya dari suaminya yang dulu.”
“Lo, Bu Lurah yang sekarang itu masih perawan. Selisih umurnya katanya dua puluh tahun,” istriku menegaskan sambil menyambut Laela yang baru pulang sekolah.
Pak Lurah tak pernah berkomentar atas pembicaraan yang menyangkut istrinya. Kami memilih diam ketika dia lewat. Ini berbeda ketika yang lewat istrinya. Orang-orang mendehem, pura-pura batuk ketika ada istri Pak Lurah, tersenyum dan menyapa basa-basi. Tapi, dari arah belakang, mereka membuat isyarat gerakan gelembung di dada, kemudian menuding-nudingkan telunjuk ke dada sebelah kiri.
Jujur kukatakan, Pak Lurah juga sering menggunakan cara-cara kotor. Selama menjabat, tidak sedikit warga yang kehilangan sawah ladang dan berganti dengan perumahan mewah. Warga yang tinggal di tempat strategis, melalui perangkat desa Pak Bayan, dirayu untuk menjual tanahnya dengan harga yang lumayan mahal. Begitu tanah-tanah yang strategis itu terlepas dari pemiliknya, Pak Lurah semakin gencar membujuk yang lain dengan cara memanggilnya ke kantor kelurahan.
“Kalau tidak mau menjual, akan dipagari oleh pengembang perumahan,” begitulah kata-kata intimidasi yang sering dilontarkan Pak Bayan kepada warga.
“Lama-lama desa ini habis terjual,” kataku pada Pak Bayan.
“Habis gimana?” jawab Pak Bayan enteng.
“Bilang sama Pak Lurah,” aku melanjutkan, “mestinya kehidupan kami diperbaiki agar makmur. Diciptakan lapangan kerja baru. Bukan mengancam agar rakyat menjual tanahnya kayak kompeni.”
“Kalau ada perumahan, pasti warga dapat kesempatan kerja.”
“Jadi kuli dan babu!” aku menyergah.
Aku yakin, warga asli sini kelak akan jadi buruh pembersih rumput dan tukang sapu di wilayah perumahan. Sambil duduk di tanah, mereka menatap rumah-rumah mewah, dengan badan kurus kurang gizi dan napas kembang kempis digerogoti usia, mereka akan menuding sambil berkata, “Itu dulu tanah milik saya. Batasnya dari sana hingga ke sana. Luaaas sekali….”
Semakin mendekati masa pendaftaran calon lurah, berita adanya tahi lalat di dada istri Pak Lurah semakin santer. Bumbu-bumbu pembicaraan makin banyak. Pembicaraan tidak hanya tertumpu pada tahi lalat di dada istri Pak Lurah, tapi meluas hingga sekujur tubuh istri Pak Lurah ditelanjangi.
Aku yakin Pak Lurah dan istrinya sudah mencium kasak-kusuk di sekitarnya. Mungkin untuk mengamankan pencalonannya kembali sebagai lurah, dia sengaja memilih diam dengan harapan pembicaraan itu akan menghilang dengan sendirinya. Tapi, dengan sikap diamnya itu, aku curiga jangan-jangan pembicaraan itu benar adanya. Kata-kata ‘diam pertanda setuju’ hadir dalam pikiranku. Memang, Pak Lurah dan istrinya serba salah. Apa pun yang dikatakannya dijamin tidak akan dapat meyakinkan tanpa bukti fisik.
“Apa tidak mungkin jika salah seorang ibu PKK diminta mendekati Bu Lurah?” kataku pada istri.
“Untuk apa?”
“Menanyakan kepastian ada tidaknya tahi lalat itu.”
“Terus kalau tidak ada mau apa?”
“Ya biar jelas dong,” jawabku pura-pura lega.
“Terus kalau benar-benar ada?” istriku mengejar lagi.
“Orang-orang akan puas,” aku bergaya manggut-manggut. “Akhirnya mereka kan berhenti ngrasani.”
“Ehmm, untuk apa!” istriku melengos.
Dari awal aku sudah punya pikiran bahwa pembicaraan itu punya maksud lebih besar. Tidak penting apakah di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya atau tidak. Di sebelah kiri atau kanan juga tak penting. Sebesar biji randu atau sebesar kelapa pun tak masalah. Yang sangat rawan adalah, bila benar-benar ada, kok sampai ada yang tahu? Siapa pun yang mengetahui tahi lalat di tempat rahasia itu pasti dia adalah orang yang punya hubungan khusus dengan istri Pak Lurah. Bila ditafsirkan lagi, perempuan itu sudah menjadi istri Pak Lurah saat menjalin hubungan khusus dengan orang tadi.
Siang yang terik. Truk-truk pengangkut material menderu-deru melewati kampung kami untuk menguruk sawah warga yang telah terbeli. Jalan makin rusak parah. Aku berjalan menyisir di tepi kanan. Dari arah berlawanan tampak mobil Jeep hitam berhenti. Sepertinya telah lama. Beberapa saat muncul Pak Bayan dari arah yang sama. Lelaki itu memacu motornya agak kencang. Kami berpapasan. Pak Bayan tak berkata apa-apa.
Jeep yang tadi berhenti tampak bergerak. Sepertinya gas ditancap sehingga melaju terguncang-guncang di jalan yang bergeronjal. Debu-debu membalutnya. Terasa ada yang aneh. Kendaraan itu melaju makin kencang di sisi kanan. Ternyata Jeep itu menggasakku. Spontan aku meloncat ke seberang parit. Aku tak tahu siapa pengendaranya. Cuk! Tubuhku terjatuh ke rumpun bambu. Duri-duri tajam menancap di sana-sini. Aku berdarah-darah.
Sampai di rumah aku masih tak habis pikir, setan keparat mana yang mengendarai Jeep tadi. Aku mengumpat-ngumpat sendiri. Dari arah depan terdengar suara Laela pulang dari sekolah. Dia setengah berlari menghampiri aku dan ibunya.
“Gambarku bagus, ya?” Laela menyodorkan buku gambarnya yang terbuka.
“Gambar apa ini?” aku bertanya sambil menerimanya.
“Orang.”
Anak perempuanku, kelas dua sekolah dasar, menggambar orang dengan rambut sepundak. Wajah dan tubuhnya diberi warna cokelat kekuningan. Bibirnya dibuat merah menyala.
“Ini orang laki apa perempuan?”
“Perempuan,” ia menunjuk ke gambarnya. Dada gambar itu memang dibuat kayak ada belahannya dengan disanggah angka tiga menghadap ke atas.
“Terus titik besar berwarna hitam ini apa?”
“Itu tahi lalat,” jawab anakku enteng.
“Tahi lalat apa?”
“Tahi lalat di dada istri Pak Lurah.”
“Haaa…??!!!” aku heran dan terhenyak. Istriku juga tampak terbengong-bengong. Kami saling memandang. Tak bicara apa-apa. Entah bagaimana ceritanya Laela tiba-tiba menunjukkan gambar perempuan yang bertahi lalat di dadanya. Persis gunjingan yang hari-hari ini kami dengar.
“Ini tahi lalat di dada istri Pak Lurah…” kembali anakku menuding gambar yang telah dibuatnya. Kami hanya tersenyum. Kecut dan heran.
2017
catatan:
Di daerah Jawa, istilah kepala desa lazim disebut lurah
M Shoim Anwar, cerpenis dan peneliti sastra. Hasil risetnya tentang jejak Soeharto dalam sastra Indonesia memperoleh banyak apresiasi di kalangan akademisi sastra. Buku fiksi terkininya Kutunggu di Jarwal (2014).
Redaksi menerima kiriman naskah cerpen, ketik sebanyak 9.000 karakter, karya orisinal dan belum pernah diterbitkan di media massa lain. Kirim e-mail ke [email protected] dan [email protected]
else
cerpen ini mengandung kisah moral pada lingkungan masyarakat, tepatnya dengan seorang pemimpin yang mana jati diri dan seluk beluk bakal menjadi seorang pemimpin atau disebut lurah sangatlah penting menjadi bahan pertimbangan bagi tiap-tiap masyarakat yang akan memilihnya.
DIAN DIKATIKA .
Cerpen yang berjudul Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar, memiliki beberapa paragraf. Pada cerpen ini menceritakan tentang beberapa hal; yang pertama yakni mengenai tahi lalat di dada istri lurah & yang kedua yakni istri lurah yang memiliki hubungan khusus dengan orang lain. Menurut pemikiran saya bahwa saat ingin menjabat sebagai pejabat desa harus yang amanah & tidak berdusta kepada masyarakatnya karena itu merupakan kegiatan tercela yang tidak mencerminkan sebagai seorang pemimpin. Jika, ingin mempertahankan jabatan yang dimiliki pun harus memiliki riwayat memimpin yang terbuka & tidak ada dusta. Agar desa tersebut berkembang lebih baik lagi. Saat menjadi istri pejabat desa pun juga wajib mencerminkan perilaku terpuji, karena istri pejabat/pemimpin juga menjadi contoh perilaku masyarakatnya. Perbuatan tercela istri lurah tersebut tidak layak untuk di contoh. karena, ia adalah perempuan penghianat. Disebut penghianat karena, ia telah memiliki hubungan khusus dengan lelaki lain & melakukan hal kotor disaat suaminya tidak ada di rumah. Menjadi masyarakat pun harus pintar & tidak perlu membicarakan keburukan pemimpin, karena pemimpin pun manusia yang tidak luput dari kesalahan. Jadilah masyarakat yang cerdas yakni tidak perlu membicarakan / menyebarkan berita tidak penting pada khalayak umum (Penyebaran berita tahi lalat di dada bu lurah) ini tidaklah penting untuk di bicarakan. Ada hal lain yang lebih penting untuk di bicarakan misalnya; pemilihan lurah baru yang bisa jujur & terbuka kepada masyarakat.
Muhammad Bagus Bagaskoro Angkasa
Muhammad Bagus Bagaskoro Angkasa/175200021/Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 B
Ada tahi lalat di dada istri Pak Lurah itu kabar yang tersebar di tempat kami, Mereka menyampaikan kabar itu dengan suara pelan, mendekatkan mulut ke telinga pendengar, sementara yang lain memasang telinga lebih dekat ke mulut orang yang sedang berbicara. Mereka manggut-manggut, tersenyum sambil membuat kode gerakan menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada sendiri, sebagai pertanda telah mengerti. Teriakan itu memicu yang lain untuk keluar rumah, lalu menuju pinggir jalan tempat aku lewat. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu. Begitu tanah-tanah yang strategis itu terlepas dari pemiliknya, Pak Lurah semakin gencar membujuk yang lain dengan cara memanggilnya ke kantor kelurahan. Semakin mendekati masa pendaftaran calon lurah, berita adanya tahi lalat di dada istri Pak Lurah semakin santer. Pembicaraan tidak hanya tertumpu pada tahi lalat di dada istri Pak Lurah, tapi meluas hingga sekujur tubuh istri Pak Lurah ditelanjangi. Siapa pun yang mengetahui tahi lalat di tempat rahasia itu pasti dia adalah orang yang punya hubungan khusus dengan istri Pak Lurah.
Warga yang tinggal di tempat strategis, melalui perangkat desa Pak Bayan, dirayu untuk menjual tanahnya dengan harga yang lumayan mahal. Begitu tanah-tanah yang strategis itu terlepas dari pemiliknya, Pak Lurah semakin gencar membujuk yang lain dengan cara memanggilnya ke kantor kelurahan. Sambil duduk di tanah, mereka menatap rumah-rumah mewah, dengan badan kurus kurang gizi dan napas kembang kempis digerogoti usia, mereka akan menuding sambil berkata, “Itu dulu tanah milik saya. Semakin mendekati masa pendaftaran calon lurah, berita adanya tahi lalat di dada istri Pak Lurah semakin santer. Pembicaraan tidak hanya tertumpu pada tahi lalat di dada istri Pak Lurah, tapi meluas hingga sekujur tubuh istri Pak Lurah ditelanjangi. Aku yakin Pak Lurah dan istrinya sudah mencium kasak-kusuk di sekitarnya. Mungkin untuk mengamankan pencalonannya kembali sebagai lurah, dia sengaja memilih diam dengan harapan pembicaraan itu akan menghilang dengan sendirinya. Tidak penting apakah di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya atau tidak. Yang sangat rawan adalah, bila benar-benar ada, kok sampai ada yang tahu? Siapa pun yang mengetahui tahi lalat di tempat rahasia itu pasti dia adalah orang yang punya hubungan khusus dengan istri Pak Lurah. Bila ditafsirkan lagi, perempuan itu sudah menjadi istri Pak Lurah saat menjalin hubungan khusus dengan orang tadi.
Sambil duduk di tanah, mereka menatap rumah-rumah mewah, dengan badan kurus kurang gizi dan napas kembang kempis digerogoti usia, mereka akan menuding sambil berkata, “Itu dulu tanah milik saya. Semakin mendekati masa pendaftaran calon lurah, berita adanya tahi lalat di dada istri Pak Lurah semakin santer. Pembicaraan tidak hanya tertumpu pada tahi lalat di dada istri Pak Lurah, tapi meluas hingga sekujur tubuh istri Pak Lurah ditelanjangi. Aku yakin Pak Lurah dan istrinya sudah mencium kasak-kusuk di sekitarnya. Mungkin untuk mengamankan pencalonannya kembali sebagai lurah, dia sengaja memilih diam dengan harapan pembicaraan itu akan menghilang dengan sendirinya. Tapi, dengan sikap diamnya itu, aku curiga jangan-jangan pembicaraan itu benar adanya. Dari awal aku sudah punya pikiran bahwa pembicaraan itu punya maksud lebih besar. Tidak penting apakah di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya atau tidak. Siapa pun yang mengetahui tahi lalat di tempat rahasia itu pasti dia adalah orang yang punya hubungan khusus dengan istri Pak Lurah. Bila ditafsirkan lagi, perempuan itu sudah menjadi istri Pak Lurah saat menjalin hubungan khusus dengan orang tadi.
Didalam kehidupan nyata tersebut bahwa kita dalam memilih pemimpin tersebut haruslah memilih pemimpin yang amanah dan tidak boleh mempentingkan suatu urusan pribadi yang dibawa ke ranah publik Kepemimpinan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kemajuan dalam melayani masyarakat karena berhasil tidaknya tersebut sangat bergantung pada kepemimpinan dan kepribadian pemimpin dalam organisasi tersebut.Kalimat pemimpin mengandung makna, dan kalimat ini mengandung kalimat yang membentuk, menginstruksikan atau mengatur, menginstruksikan, dan menunjukkan atau mempengaruhi. Dalam cerpen ini istri kepala desa memiliki tahi lalat di kepalanya, dan berita menyebar ke sekitar kami. Mereka membisikkan pesan, mendekatkan mulut ke telinga pendengar, sementara yang lain mendekatkan telinga ke telinga pendengar yang mana bahwa istrinya tersebut telah memanfaatkan jabatan yang dimiliki oleh sang pak lurah tersebut selain itu dalam pembicaraan tersebut tidak hanya tertumpu pada tahi lalat di dada istri Pak Lurah, tapi meluas hingga sekujur tubuh istri Pak Lurah ditelanjangi dalam permasalahan lain di masyarakat yang tinggal di lokasi strategis dibujuk untuk menjual tanahnya dengan harga yang cukup mahal. Begitu tanah strategis dibebaskan dari pemiliknya, lurah semakin meyakinkan orang lain untuk memanggilnya ke kantor kelurahan. Mereka duduk di tanah, menatap rumah besar, tubuh kurus mereka yang kekurangan gizi dan nafas yang telah ditelan seiring bertambahnya usia yang ini membuat warga semakin menderita dalam kebijakan seorang pemimpin yang hanya mementingkan pribadinya diatas golongan yang ada.
Pembicaraan tidak hanya terfokus pada tahi lalat di dada istri kepala desa, tetapi juga meluas ke telanjang. tubuh istri kepala desa. Saya yakin kepala desa dan dia istrinya mencium rumor yang beredar di sekitarnya. Mungkin untuk memastikan bahwa dia dicalonkan kembali sebagai kepala desa, dia sengaja memilih untuk diam, berharap pembicaraan itu akan menghilang dengan sendirinya. Mereka duduk di tanah, menatap rumah besar, tubuh kurus mereka yang kekurangan gizi dan nafas yang telah ditelan seiring bertambahnya usia, mereka akan menunjuk jari mereka dan berkata, “Itu tanah saya. Atas pendaftaran kepala desa yang Dekat dengan Harapan Sebelum haid, kabar tahi lalat pada istri kepala desa semakin marak. Saya yakin kepala desa dan dia istrinya mencium rumor yang beredar di sekitarnya. Mungkin untuk memastikan bahwa dia dicalonkan kembali menjadi kepala desa, dia sengaja memilih untuk diam, berharap percakapan itu akan hilang pada Namun, dalam keheningan itu, saya curiga percakapan itu mungkin benar. Dari awal, saya pikir dialog itu lebih bermakna. Karena bahwa amanah rakyat tersebut telah menjadi sebuah janji seorang pemimpin. Bahwa dalam agama Islam amanah tersebut sangat sekali harus diterapkan untuk dilaksanakan seorang pemimpin Tidak hanya perlu untuk menentukan siapa yang berkuasa, tetapi juga untuk menentukan apakah ajaran Islam itu lurus. Oleh karena itu, sebagai orang percaya, kita harus secara selektif mengidentifikasi pemimpin agar pilihan mereka tidak salah. Tugas menjaga dan mengatur kekuasaan, hak dan kewajiban pemimpin. Ini karena kekuasaan yang telah diserahkan kepadanya merupakan tanggung jawab yang harus ia lakukan dengan benar.
FITA DWI ANJELINA .
MENDALAMI SISI MENARIK CERPEN “TAHI LALAT”
Karya sastra merupakan sebuah imajinasi penulis, pengalaman pribadi, atau hasil dari pengamatan fenomena yang sedang terjadi, kemudian mereka rangkai menjadi sebuah karya sastra yang indah dan penuh dengan makna. Karya sastra tidak hanya sebuah rangkaian kalimat indah tanpa makna, justru kita dapat menemukan sebuah makna yang tak terduga dalam sebuah karya sastra. Karya sastra juga dapat dijadikan sebuah kritik sosial dengan memainkan kalimat-kalimat yang indah dan sarat akan makna tersurat di dalamnya.
Seperti yang saya temukan dalam makna karya sastra cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar. Cerpen tersebut menggambarkan tentang sosok pejabat desa dengan permainan politiknya yang mengintimidasi warga dan memaksa mereka supaya menjual lahnnya untuk dijadikan perumahan. Berdasarkan makna secara umum dari cerpen tersebut kita dapat mengetahui bahwa salah satu tujuan penulis yakni untuk mengkritik sebuah fenomena yang sering terjadi di sekelilingnya yang dibalut dengan sebuah teka-teki yang terdapat dalam judul “Tahi Lalat” tentunya akan membuat pembaca tertarik dan penasaran. Mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” karya M. Shoim Anwar tersebut.
Dari makna yang terkandung di dalam cerpen tersebut sudah menunjukkan adanya permainan politikdi dalamnya. Seperti kisah pak lurah sebelum menyalonkan sebagai kepala desa dia menjanjikan berbagai kemakmuran untuk desa mereka, tetapi setelah berhasil menjadi kepala desa justru dia mengingkari semua janjinya. Sebuah hal yang sudah lumrah dan sering kita jumpai dalam kehidupan zaman sekarang.
Hal yang lebih menarik lagi dalam cerpen tersebut yakni adanya sebuah simbol Tahi lalat yang terdapat di dada istri pak lurah yang dijadikan judul dari cerpen tersebut. Sungguh membuat pembaca penasaran dan ingin mengetahui makna tahi lalat dalam cerpen tersebut. Menurut saya makna dari simbol tahi lalat dalam cerpen tersebut yakni menyimbolkan sebuah aib yang sengaja ditutupi karena letak tahi lalat tersebut berada di dada istri pak lurah, sebuah area yang semestinya tertutup dan tak lazim untuk dipertontonkan. Tetapi dalam cerpen tersbut juga terdapat pesan moral di mana sebuah keburukan walautun ditutupi sedemikian rupa pasti akan tercium juga. Seperti yang digambarkan dalam cerpen tersebut bahwa aib dari pak lurah yang disimbolkan pada tahi lalat yang berada pada dada istrinya tersebut menjadi konsumsi publik atau perbincangan masyarakat.
Jika diaktualisasikan dengan kehidupan sekarang, dapat kita lihat bagaimana para calon pejabat yang berlomba-lomba menebarkan janji manis pada masyarakat saat akan mencalonkan diri menjadi pejabat negara, tetapi setelah mereka berhasil mendapatkan jabatan tersbut mereka mengabaikan dan lupa akan janji-janji yang pernah mereka obral pada masyarakat dan berusaha menutupi aib-aib kecurangan yang telah mereka perbuat. Hal tersebut hampir sama dengan makna cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar.
jiwayangkosong
Saya mengkritisi dari berbagai perspektif sehingga bisa menjadi referensi bagi pembaca yang lain, kunjungi blog saya: https://puisikosongsaya.wordpress.com/2021/04/10/tahi-lalat/
Anita Eka Syalina
Nama: Anita Eka Syalina
Nim : 175200075
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 A
Karya sastra merupakan kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan,seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan lirik. Karya sastra itu sendiri berisi mengenai pengalaman yang biasanya dialami oleh pengarang itu sendiri. Karya sastra tersebut merupakan hasil dari kreativitas dan imajinasi pengarang. Sebagai seorang pengamat dan pemerhati bahasa kita berkewajiban untuk menelaah hasil kreativitas pengarang tersebut dengan bebagai pendekatan.
Judul Cerpen
TAHI LALAT
Ada tahi lalat di dada istri Pak Lurah. Itu kabar yang tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah. Lembut tapi pasti. Mungkin orang-orang masih sungkan untuk mengatakannya secara terbuka. Mereka menyampaikan kabar itu dengan suara pelan, mendekatkan mulut ke telinga pendengar, sementara yang lain memasang telinga lebih dekat ke mulut orang yang sedang berbicara. Mereka manggut-manggut, tersenyum sambil membuat kode gerakan menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada sendiri, sebagai pertanda telah mengerti.
“Awas, ini rahasia. Jangan bilang siapa-siapa!” kata Bakrul memulai pembicaraan sambil mendekatkan telunjuknya ke mulut.
“Di sebelah mana?” aku mengorek.
“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.
“Besar?”
“Katanya sebesar biji randu.”
Mungkin karena keberadaannya sudah lebih jelas, akhirnya orang-orang saling memberi kode ketika berpapasan. Bila mereka sedang bergerombol, dan salah satu sudah memberi kode, yang lain mengacungkan jempolnya sebagai tanda mengerti. Bagi yang kurang yakin, pertanyaan akan langsung diteriakkan saat aku lewat.
Karena tak ingin diteriaki terus, aku mengacungkan jempol. Teriakan itu memicu yang lain untuk keluar rumah, lalu menuju pinggir jalan tempat aku lewat. Sebenarnya aku tak enak juga mendengar ejekan terhadap lurahku, meski waktu pemilihan aku tidak mencoblosnya. Maka, sebelum mereka berteriak, aku mengacungkan jempol terlebih dulu. Tapi karena niatnya mungkin mengejek, teriakan mereka pun bertambah santer.
Suara truk pengangkut material untuk pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah. Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu.
“Di luar sana juga ada omongan soal kedekatan istri Pak Lurah dengan bos proyek perumahan,” aku membuka pembicaraan dengan istri. “Kedekatan yang gimana lagi?” istriku mendongak. “Bos proyek itu sering datang saat Pak Lurah tidak ada di rumah. Katanya juga pernah keluar bareng.”
Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.
Kritikan Cerpen diatas:
Karya sastra yang tergolong kedalam prosa yaitu Cerpen. Cerpen yang saya kritik disini yaitu Cerpen yang berjudul Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah Karya M. Shoim Anwar. Cerpen tersebut mengangkat judul Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah, tetapi dalam cerpen tersebut pengarang lebih mengarahkan ceritanya tentang masa kepemimpinan Pak Lurah dalam menjabat sebagai Lurah di desanya. Sedangkan hanya beberapa cuplikan atau kutipan yang menyangkut tentang kabar berita tahi lalat di dada istri Pak Lurah.
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini adalah sebagai berikut:
Penokohan
Tokoh sederhana dalam cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah yaitu istri pak lurah,bakrul,pak Bayan,Laela dan para warga karena mereka tidak menunjukkan adanya perkembangan watak dan hanya memliki satu sifat yang tetap.
Karakter Aku dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini adalah seseorang yang rasa ingin tahunya banyak tentang isttri pak lurah dan juga orang yang paham dengan politik desanya, karakter Pak Lurah digambarkan dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah adalah seorang pemimpin yang tak patut untuk dicontoh sebagai pemimpin desa karena tidak memperdulikan warganya dengan baik dan juga apa yang sudah dijanjikan olehnya tempo hari waktu kampanye juga tidak ditepati dan ada juga karakter pendukung seperti istri dari tokoh aku dan juga anak dari tokoh aku yang bernama Laela.
Alur
a. Alur maju (konvensional progresif) adalah teknik pengaluran dimana jalan peristiwa dimulai dari melukiskan keadaan hingga penyelesaian.
b. Alur mundur (Flash back, sorot balik, regresif), adalah teknik pengaluran dan menetapkan peristiwa dimulai dari penyelesaian kemudian ke titik puncak sampai melukiskan keadaan.
c Alur tarik balik (back tracking), yaitu teknik pengaluran dimana jalan cerita peristiwanya tetap maju, hanya pada tahap-tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.
Latar
Latar dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini di desa.
Amanat/pesan
Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurahini adalah jadilah pemimpin yang bisa mengayomi warganya dengan baik, bukan malah menjadi orang yang bisanya mengancam warganya, dan tepati janji mu karna janji adalah hutang.
Cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah karya M. Shoim Anwar merupakan hasil karya sastra yang menggambarkan realitas kehidupan seorang Lurah dengan warga desanya. Shoim Anwar sebagai pengarang cerpen ini menggugah pembaca dengan menyajikan kehidupan seorang Lurah yang menyalah gunakan jabatannya itu untuk memperdaya masyarakat sekitar da membuat warganya menjadi sengsara.
Perhatikan kutipan berikut:
“Di sebelah mana tahi lalatnya?” aku mencoba mengorek kejelasan.
“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.
“Katanya sebesar biji randu.”
“Ooo…,” aku manggut-manggut.
Bagi yang kurang yakin, pertanyaan yang dilontarkan pun langsung diteriakkan saat aku lewat di wilayah mereka.
“Di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya ya?” pertanyaan di teriakkan salah seorang warga. Kali ini aku mencoba menahan diri, tanpa memberi jawaban atau kode.
“Di sebelah kiri ya?” teriakkan itu di lanjutkan.
“Sebesar biji randu ya?”
Pada kutipan di atas, dalam kehidupan bermasyarakat memang terkadang ada orang yang suka mencari kekurangan dari orang lain. Dari berita yang kurang baik apalagi dari orang-orang ternama yang ada di desa tersebut pastinya akan menjadi bahan pembicaraan yang sangat menarik untuk dibicarakan. Berita yang belum tentu ada benarnya itu akan cepat menyebar dari mulut ke telinga orang-orang di sekitarnya tanpa pandang bulu. Seperti itulah realita kehidupan masa kini yang sering mencari-cari kekurangan dari orang lain.
Perhatikan kutipan berikut:
“Suara truk pengangkut material untuk pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah. Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu.”
Pada kutipan di atas, sejak dibangunnya perumahan di desa tersebut, banyak warga yang tersiksa oleh proyek pembangunan itu. Bukan hanya jalan yang semakin rusak, tetapi juga debu-debu berterbangan kemana pun dan membuat sesak di dada. Pejabat desa pun enggan untuk peduli kepada nasib warganya yang semakin mengenaskan itu. Justru para pejabat desa sudah tidak memperdulikan warganya, dan lebih mementingkan proyeknya itu berjalan dengan lancar. Pejabat desa itu lebih mementingkan pemilik pengembangan perumahan saja.
Perhatikan kutipan berikut:
“Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.”
Pada kutipan di atas, dalam dunia politik memang seperti itu adanya, janji-janji yang disampaikan waktu pemilihan tidak akan pernah ditepati, mungkin karena sudah menjadi orang yang terpilih dan hidupnya sudah enak lantas melupakan janji-janjinya kepada warganya. Jadilah seorang pemimpin yang bertanggung jawab, yang menepati janjinya kepada warga, bukan hanya omong kosong belaka yang ada.
Kelemahan dalam cerpen tersebut, akhir ceritanya masih menggantung karena menceritakan tentang anak dari tokoh utama yang menggambar dibuku gambarnya tentang seorang wanita yang mempunyai tahi lalat di dadanya. Ceritanya seperti dilanjutkan ke part selanjutnya, dan bahasanya agak rumit
Kelebihan dalam cerpen tersebut, mengulas tentang penjabat yang rata-rata jika sudah menjadi pemimpin lupa akan janji-janjinya saat pilkada. Dan menyindir para penjabat yang seenaknya sendiri terhadap warga dan lingkungannya.
Kaitannya dengan kehidupan sekarang adalah pemimpin yang hanya manis di mulut saja. Awalnya dia menjanjikan akan membangun desa atau kota tapi itu hanya bohong belaka.
RAHMA YUNITA NAWANG SARI .
M SHOIM ANWAR
Tahi Lalat
Pada cerpen dengan berjudul “Tahi Lalat” menjelaskan bagaimana kehidupan diperdesaan yang mash suka membicarakan kisah yang sedang dilalui mulai dari urusan kepala daerah atau Pak Lurah hingga soal urusan tanah. Gambaran cerita diatas menjelaskan bahwa meskipun masij menjabat menjadi lurah masih suka main kotor dan bermain politik dengan uang, gamabaran cerita seperti jalanan desa tersebut tidak dibangun dengan layak, banyak juga tanah-tanah yang dijual melalui ancaman serta janji-janji yang diucapkan pada waktu kampanye tidak ada satupun terlaksana.
Disini dapat dilihat bahwa hanya sebagai lurah saja dia berani untuk bermain politik dengan uang, apalagi kalau menjadi gubener,walikota ataupun wakil rakyat. Masih jadi lurah saja sudah berani untuk bermain politik dengan uang. Pada cerpen tersebut juga mendapatkan gambaran bahwa sannya ketika lelaki memiliki segalanya wanitalah yang menjadi penggodanya. Cerpen tersebut menjelaskan bagaimana lika liku yang sering terjadi dilingkungan sekitar kita. Tanpa dipungkiri memang hal tersebut terjadi dan dapat kita lihat secara nyata.
Pada penulisan cerpen diatas menggunakan bahasa yang dapat dipahami, jadi para pembaca dapat mudah memahami alur-alur cerita pasa cerpen tersebut, penggunaan tata bahasanya juga sudah baik serta pemilihan kalimatnya. Sehingga orang awam pun ketika membaca juga mudah mengerti serta pemilihan alurnya juga bagus.
Riska Nur Cahyani
Cerpen diatas menurut saya yaitu lumayan mudah dipahami, karena bahasa yang digunakan tidak terlalu tinggi, namun butuh pemahaman mengenai Simbol Tahi Lalat yang menjadi topik utama dalam pembahasan cerpen diatas. Seorang lurah yang tidak mampu mengayomi masyarakat dan menjaga masyarakatnya, yang tidak bisa membuat masyarakat menjadi hidup lebih tentram, malah membuat warganya jatuh menjadi seorang babu dan kuli dibekas tanahnya sendiri.
Cerpen tersebut menceritakan tentang disuatu desa memunyai lurah yang akan lupa dengan janji manis yang dikatakan pada saat pemilihan. Lurah tersebut dengan segala cara menyembunyikan kebusukan yang telah ia perbuat selama menjabat jadi lurah. Namun, sepintar-pintarnya orang menyembunyikan bangkai, tetap akan tercium pula baunya. Nah dalam cerita tersebut terdapat seorang tokoh yang jadi perbincangan masyarakat, yaitu istri pak lurah yang umurnya terpaut cukup jauh yaitu dua puluh tahun. Istri pak lurah lagi ramah perbincangan masyarakat setempat, yaitu tentang Tahi Lalat yang ada di dada istri pak lurah. Tahi Lalat isini dapat dikatakan sebagai simbol dari kejelekan pak lurah yang ditutupi dalam ruangan yang harusnya tidak lazim untuk dilihat yaitu dada. Bagaimana tidak, pak lurah ternyata melupakan janji yang dikatakan pada saat pemilu berlangsung, sejak menjadi lurah masyarakat kehilangan tanahnya. Tanah tersebut harus dijual kepada PT untuk dijadikan bangunan-bangunan, dan masyarakat setempat lah yang akan jadi babu dan kuli. Oleh karena itu kita sebagai pejabat harus benar-benar amanah dalam melakukan suatu pekerjaan.
Jika dihubungkan dengan aktualisasi pada saat ini yaitu tidak beda jauh. Para calon pejabat saat pemilu tiba mereka akting mengucapkan janji untuk menarik masyarakat agar memilih dirinya, hingga pada suatu saat ia sudah terpilih menjadi pejabat, ia sudah lupa dengan janji yang diucapkan kepada masyarakatnya, yang ada hanya masyarakat semakin susah untuk menjalani hidup.
FLORENSIA CARLIANI MBUES .
Tahi Lalat
Karya M. Shoim Anwar
Jika disimak secara jernih, cerpen Tahi Lalat ini memiliki atau mengandung nilai moral dan politik penguasa.
Point pertama, dikatakan mengandung nilai moral dikarenakan desak desuk ramainya tahi lalat yang ada pada bagian tubuh istri Pak Lurah tepatnya dada. Hampir semua warga desa mengetahui hal tersebut sehingga topik pembicaraan mereka mengarah kearah negatif sudah seperti menelanjangi istri Pak Lurah. Hal ini mencerminkan tidak adanya sikap solidaritas dalam suatu masyarakat sehingga saling membongkar aib, menggurui satu sama lain hanya karena mendengar isu dari mulut ke mulut. Minimnya pengetahuan juga membuat warga desa tersebut saling membenarkan pemikiran yang dibuat sendiri dan tanpa mengetahui cerita asli.
Dikatakan berbau politik dikarenakan adanya penggunaan wewenang atau jabatan yang salah oleh Pak Lurah. Selama masa jabatannya Pak Lurah sering berperilaku semena-mena dan menindas kehidupan warga dengan menjual sawah dan ladang. Kerapkali kita jumpai pada pejabat pemerintah lainnya. Pejabat pemerintah sering kali dijuluki tikus negara karena selalu memakan hak rakyat hanya karena ingin memenuhi kebutuhan pribadi dan berkuasa karena memiliki wewenang lebih. Ini merupakan hal yang paling nampak dan bukan sesuatu yang lazim.
Cantika DR
Begitu banyak kejadian realitas masyarakat yang dapat dituangkan oleh penulis dalam menciptakan cerpen, puisi, novel, maupun karya sastra yang lain. Penulis dapat menciptakan cerita-cerita sedemikian rupa secara bebas sehingga dapat dibentuk atau diolah menjadi berbagai macam karya sastra. Cerpen ‘Tahi Lalat’ oleh Shoim Anwar merupakan salah satu karya satra yang ceritanya dapat ditemukan di kehidupan bermasyarakat. Shoim Anwar menggambarkan kejadian realitas yang sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia dalam Cerita pendek ‘Tahi Lalat’. Seorang istri dari lurah di desa tersebut lah bahan utama yang diperbincangkan di cerita pendek tersebut.
Banyak yang berspekulasi bahwa terdapat tahi lalat di salah satu bagian tubuh istri lurah tersebut. Begitu banyaknya spekulasi dari tiap-tiap orang yang bertempat tinggal di sana sehingga menyebabkan keingintahuan lebih oleh warga di perumahan tersebut, khususnya oleh kaum adam. Selain rumor kepemilikan tahi lalat di salah satu bagian tubuhnya, istri pak lurah juga dirumorkan sebagai perempuan yang tidak baik karena beberapa kali warga sekitar mendapati bahwa ada bos proyek perumahan tersebut sering mendatangi bu lurah ketika pak lurah tidak ada di rumah. Seringkali kita suka menilai seseorang dari sebelah sisi saja. Rumor tidak baik muncul bisa jadi karena bu lurah merupakan istri kedua dari pak lurah sehingga warga perumahan menganggap hubungan pak lurah dengan bu lurah dari hasil hubungan yang tidak baik. Hal ini diperkuat dengan adanya kejadian datangnya bos proyek perumahan di kediaman pak lurah, namun alih-alih bertemu dengan pak lurah malah sering bertemu dengan bu lurah. Gossip atau rumor memang biasa ditemukan pada masyarakat sekitar baik dari lingkup desa, perumahan, tempat pekerjaan, maupun tempat lain. Tidak ada yang salah adanya suatu rumor tetapi menjadi kurang baik bila sampai ada pihak-pihak yang tidak seharusnya mendengarkan.
Seperti yang dicontohkan dalam cerpen ‘Tahi Lalat’ yakni ada anak kecil menggambar seorang perempuan yang memiliki tahi lalat di dadanya. Objek tersebut merupakan objek yang sama dari rumor-rumor yang tersebar. Jika anak kecil tersebut menerima rumor yang tidak seharusnya didengarkan maka bisa saja kedepannya ia ikut-ikutan ngerasani hal yang bukan ranahnya. Rumor-rumor yang ditampilkan penulis pada cerpen ‘Tahi lalat’ masih ada di tengah masyarakat Indonesia, bahkan ngerasani tersebut dapat dijadikan sebagai pembicaraan utama oleh sekelompok orang. Pada pencalonan lurah biasanya juga tidak lepas dari saling membicarakan tim lawan, baik itu dari warga bagian timur, barat atau wilayah lain. Tidak ada yang salah memang ketika terdapat seseorang yang membicarakan satu sama lain. Tidak benar ialah ketika salah satu dari mereka mendapatkan efek negatif atau merasa sangat dirugikan dengan perbincangan-perbincangan yang dilakukan.
Cerpen ‘Tahi Lalat’ berhasil membuat pembaca tertarik karena pemilihan judul yang menarik sehingga membuat pembaca penasaran isi cerita dari objek yang dipilih. Isi cerpen ‘Tahi Lalat’ masih berkorelasi pada saat ini yakni masih banyak masyarakat yang seringkali menyebarkan rumor-rumor di suatu wilayah. Penyampaian cerita mudah dipahami karena peneliti menggunakan bahasa yang ringan dan juga jalan ceritanya tidak berbelit. Hal tersebut dapat membuat pembaca dengan mudah menangkap amanat yang disampaikan penulis. Di balik kelebihan pasti ada kelemahan, begitu juga dengan cerpen ‘Tahi Lalat’ tersebut. Adapun kekurangannya ialah penamaan tokoh dan karakter belum dijelaskan lebih mendalam sehingga pembaca agak sulit untuk menafsirkannya.
FITA DWI ANJELINA .
Karya sastra merupakan sebuah imajinasi penulis, pengalaman pribadi, atau hasil dari pengamatan fenomena yang sedang terjadi, kemudian mereka rangkai menjadi sebuah karya sastra yang indah dan penuh dengan makna. Karya sastra tidak hanya sebuah rangkaian kalimat indah tanpa makna, justru kita dapat menemukan sebuah makna yang tak terduga dalam sebuah karya sastra. Karya sastra juga dapat dijadikan sebuah kritik sosial dengan memainkan kalimat-kalimat yang indah dan sarat akan makna tersurat di dalamnya.
Seperti yang saya temukan dalam makna karya sastra cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar. Cerpen tersebut menggambarkan tentang sosok pejabat desa dengan permainan politiknya yang mengintimidasi warga dan memaksa mereka supaya menjual lahnnya untuk dijadikan perumahan. Berdasarkan makna secara umum dari cerpen tersebut kita dapat mengetahui bahwa salah satu tujuan penulis yakni untuk mengkritik sebuah fenomena yang sering terjadi di sekelilingnya yang dibalut dengan sebuah teka-teki yang terdapat dalam judul “Tahi Lalat” tentunya akan membuat pembaca tertarik dan penasaran. Mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” karya M. Shoim Anwar tersebut.
Dari makna yang terkandung di dalam cerpen tersebut sudah menunjukkan adanya permainan politikdi dalamnya. Seperti kisah pak lurah sebelum menyalonkan sebagai kepala desa dia menjanjikan berbagai kemakmuran untuk desa mereka, tetapi setelah berhasil menjadi kepala desa justru dia mengingkari semua janjinya. Sebuah hal yang sudah lumrah dan sering kita jumpai dalam kehidupan zaman sekarang.
Hal yang lebih menarik lagi dalam cerpen tersebut yakni adanya sebuah simbol Tahi lalat yang terdapat di dada istri pak lurah yang dijadikan judul dari cerpen tersebut. Sungguh membuat pembaca penasaran dan ingin mengetahui makna tahi lalat dalam cerpen tersebut. Menurut saya makna dari simbol tahi lalat dalam cerpen tersebut yakni menyimbolkan sebuah aib yang sengaja ditutupi karena letak tahi lalat tersebut berada di dada istri pak lurah, sebuah area yang semestinya tertutup dan tak lazim untuk dipertontonkan. Tetapi dalam cerpen tersbut juga terdapat pesan moral di mana sebuah keburukan walautun ditutupi sedemikian rupa pasti akan tercium juga. Seperti yang digambarkan dalam cerpen tersebut bahwa aib dari pak lurah yang disimbolkan pada tahi lalat yang berada pada dada istrinya tersebut menjadi konsumsi publik atau perbincangan masyarakat.
Jika diaktualisasikan dengan kehidupan sekarang, dapat kita lihat bagaimana para calon pejabat yang berlomba-lomba menebarkan janji manis pada masyarakat saat akan mencalonkan diri menjadi pejabat negara, tetapi setelah mereka berhasil mendapatkan jabatan tersbut mereka mengabaikan dan lupa akan janji-janji yang pernah mereka obral pada masyarakat dan berusaha menutupi aib-aib kecurangan yang telah mereka perbuat. Hal tersebut hampir sama dengan makna cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar.
Yuliana Sarti
Tahi Lalat di dada istri pak lurah merupakan sebuah cerpen yang mengisahkan seorang istri dari pemimpin di sebuah kelurahan yang menjadi perbincangan orang-orang sekampung lantaran mempunyai Tahi Lalat di dadanya. Keluarga pak lurah itu selalu menjadi omongan orang-orang bukan hanya istrinya melainkan juga Pak lurah sendiri.
Sosok Pak lurah tidak menunjukan bahwa dia sebagai seorang pemimpin yang bijaksana karena segala visi serta misinya tidak sesuai dengan kinerjanya. Perbuatannya justru membuat masyarakat menyesal telah mencoblosnya saat pemilu. Kabar Tahi Lalat yang di miliki istri pak lurah menjadi pertanyaan orang-orang. Istri pak lurah yang dicurigai mempunyai simpanan menjadi jawaban untuk orang-orang bahwa beredarnya sebuah kabar Tahi Lalat itu berasal dari orang yang dekat dengan istri pak lurah. Dunia sekarang ini apalagi dengan berkembang pesatnya teknologi membuat manusia tertipu daya.
Cerpen “Tahi Lalat” menggambarkan dua sisi yaitu perselingkuhan dan dunia politik. Dua hal itu menjadi salah satu ketertarikan karena mengambil peristiwa yang terjadi saat ini. Seperti yang kita ketahui banyak di temui orang-orang yang sudah menikah menjalin hubungan dengan laki-laki lain serta permainan politik yang melakukan hal-hal kotor. Seperti yang saya temui banyak permainan politik sekarang yang menggunakan cara-cara kotor seperti membagi uang atau hal-hal lainnya serta, banyaknya janji-janji palsu untuk menarik hati Masyarakat. Politik sekarang ini seperti kacang lupa kulit, berjanji manis di awal saja. Cerpen “Tahi Lalat” ini benar-benar mengupas secara rapi peristiwa nyata sekarang ini. Begitu banyak peristiwa atau kejadian sekarang ini yang menyebabkan informasi bisa didapatkan dari mulut ke mulut karena, Tidak sedikit orang yang suka membicarakan orang lain di belakang dan itu munkin menjadi sebuah tradisi hingga banyaknya anak-anak yang berpengaruh karena, hal-hal yangs seharusnya tidak boleh diketahui oleh anak-anak menjadi tahu karena orang tuanya. Jika dilihat dari keseluruhan ceritanya Cerpen “Tahi Lalat” Banyak Nilai-nilai positif dan negatif dari dalamnya yang membuat kita belajar cara menyikapi semua itu dan mengandung kisah moral pada lingkungan masyarakat, tepatnya dengan seorang pemimpin yang mana jati diri dan seluk beluk bakal menjadi seorang pemimpin atau disebut lurah sangatlah penting menjadi bahan pertimbangan bagi tiap-tiap masyarakat yang akan memilihnya.
Yuliana Sarti
Cerpen”Thai Lalat” banyak mengandung nilai- nilai kehidupan bermasyarakat tepat pada seorang pemimpin yang bisa disebut lurah. Cerpen ini juga banyak nilai -nilai baik dalam positif maupun negatif.
Cerpen ini menceritakan istri dari pak lurah yang memiliki Thai Lalat didada, yang dimana orang-orang sekampung akan menjadi perbincangan hanya karena mempunyai Thai Lalat didadanya. Bahkan dari keluarganya pak lurah pun akan menjadi omongan orang-orang dan bukan hanya istrinya saja melainkan pak lurah sendiri menjadi perbincangan dari orang-sekampung itu bahkan kelurganya.
Pak lurah adalah sosok pemimpin yang tidak menunjukan bahwa dirinya seorang yang bijaksana karena dengan visi dan misinya tidak sesuai dengan program nya.tingkahnya membuat masayarakat menyesal telah memilih pada saat pemilu.tiba-tiba ada kabar Thai Lalat yang dimiliki istrinya pak lurah menjadi perbincangan orang-orang. Istri pak lurah yang dicurigai mempunyai simpanan menjadi jawaban untuk orang-orang bahwa beredarnya sebuah kabar Tahi Lalat itu berasal dari orang yang dekat dengan istri pak lurah. Dunia sekarang ini apalagi dengan berkembang pesatnya teknologi membuat manusia tertipu daya.
Cerpen “Tahi Lalat” menggambarkan dua sisi yaitu perselingkuhan dan dunia politik. Dua hal itu menjadi salah satu ketertarikan karena mengambil peristiwa yang terjadi saat ini. Seperti yang kita ketahui banyak di temui orang-orang yang sudah menikah menjalin hubungan dengan laki-laki lain serta permainan politik yang melakukan hal-hal kotor. Seperti yang saya temui banyak permainan politik sekarang yang menggunakan cara-cara kotor seperti membagi uang atau hal-hal lainnya serta, banyaknya janji-janji palsu untuk menarik hati Masyarakat. Politik sekarang ini seperti kacang lupa kulit, berjanji manis di awal saja. Cerpen “Tahi Lalat” ini benar-benar mengupas secara rapi peristiwa nyata sekarang ini. Begitu banyak peristiwa atau kejadian sekarang ini yang menyebabkan informasi bisa didapatkan dari mulut ke mulut karena, Tidak sedikit orang yang suka membicarakan orang lain di belakang dan itu munkin menjadi sebuah tradisi hingga banyaknya anak-anak yang berpengaruh karena, hal-hal yangs seharusnya tidak boleh diketahui oleh anak-anak menjadi tahu karena orang tuanya.
Samirah
Cerpen ini mengandung tema yang sebenarnya melekat dalam kehidupan kita, iya “kebusukan pemimpin”. Pemimpin yang diberi amanah untuk mengayomi, menjamin kehidupan rakyatnya yang aman dan tentram, justru membuat rakyat semakin tertindas dan sengsara. Inilah realita yang sebenarnya. miris…
Penulis menuangkan aktualisasi pengalaman yang terjadi dalam kehidupan manusia dalam karya sastra, salah satunya dalam cerpen “Ada Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah”. Penulis menggambarkan secara detail dalam setiap tokoh dan penokohannya. Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini, juga terdapat bahasa Jawa misalnya pada kata “ngrasani”.
Penulis menggunakan simbol tahi lalat yang ada di dada seorang perempuan, dimana menggambarkan aib yang tabu. Sejalan dengan tema tentang kebusukan atau kecurangan para pemimpin seolah bukan aib yang tertutup lagi. Bahkan sepintar apapun menyembunyikan kebusukan, pasti akan tetap tercium juga. Karakter ini dikuatkan oleh tokoh “Lurah” yang membuat janji-janji manis palsu, tokoh “Lurah” juga sering menggunakan cara-cara kotor selama menjabat, tidak sedikit warga yang kehilangan sawah ladang dan berganti dengan perumahan mewah.
Cerpen ini sebenarnya menggambarkan kondisi masyarakat, khususnya dalam hal politik. Dimana masih banyak sekali kecurangan, ketidakadilan, kerusakan yang justru diberikan oleh para pemimpin. Kasus korupsi misalnya, kasus tabu yang tak pernah habis terdengar, dimana sangat merugikan siapapun khususnya rakyat bawah.
Penulis memberikan pesan yang dituangkan dalam cerpen ini untuk para pemimpin, bahwa amanah adalah sesuatu yang tidak mudah. Bahkan dalam agama Islam pun, Rasulullah mengingatkan kepada para pemimpin yang tidak amanah, maka ia tak akan mencium surga. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Pemimpin sebenarnya adalah bukan yang sekedar menebar janji, berkata manis di awal, dan mengembor-gemborkan ucapan palsu. Tapi, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang jujur, adil, dan juga amanah.
siklusfana
Apa yang terpintas dalam pemikiran kita melihat judul cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah”. Judul tersebut sepintas akan membawa kita menuju pemikiran yang erotis atau terkesan cabul bagi pembaca yang memang memiliki dasar pikiran ngeres. Namun tidak seperti yang kita pikirkan mengenai judul tersebut. Cerpen tersebut berkisah mengenai kehidupan sehari-hari tentang kondisi masyarakat sekitar dan beserta individu yang dikaruniai harta, tahta, dan wanita.
Penulis berhasil menarik perhatian pembaca dalam bereskpetasi akan tetapi ketika usai menuntaskan cerita tersebut, pembaca akan ditampar mengenai realitas. Nampaknya selogan “inginku berekspetasi namu seketika ditampar dengan realita” cocok diterapkan bagi pembaca yang tertipu akibat tergiur dari judul cerpen.
Pada cerpennya tersebut, penulis berhasil untuk keluar dari tema religiusitas yang kerapkali ia suguhkan kepada pembacanya. Selain itu, penulis memberikan bumbu-bumbu humor di dalam cerita sebagai obat pelemas urat bagi pembaca agar tidak sering mengkonsumsi jalan cerita yang serius atau tegang.
Keberhasilan lainya, pada pengawalan jalan cerita penulis langsung menyuguhkan pada konflik. Sehingga bagi pembaca yang cermat akan menilai penulis dapat menyesuaikan dengan gaya kepenulisan sastrawan kekinian. Akan tetapi gaya bahasa yang digunakan penulis masih terkesan sederhana sehingga sedikit mengurangi atmosfir spektakuler dari cerita yang dibangun.
Makna yang dapat kita petik bagi pembaca mengenai jabatan sebagai sebuah tanggung jawab. Cerpen tersebut memberikan refleksi bagi pembaca apabila ketika kita memiliki jabatan yang strategis hendaknya digunakan sesuai dengan amanah agar pertanggungjawaban sebagai seorang pemimpin di akhirat kelak tidak menuai problematika dari Tuhan khususnya malaikat yang memiliki tugas dan wewenang menghitung perbuatan manusia. Karya-karya yang dihasilkan oleh penulis kerapkali mampu memberikan makna dan pesan yang berguna bagi para pembacanya sehingga menjadi nilai tambah, namun lagi-lagi di sisi lainya penulis masih menggunakan bahasa yang sederhana atau dapat dikatakan kurang puitik.
Afif Nur Afidah
Ketika mencermati sebuah karya sastra, pasti terdapat interpretasi yang muncul dari dalam benak pembacanya. Oleh sebab itu muncul beberapa kritikan mengenai karya sastra. Begitu pula ketika membaca dan menikmati cerpen Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar, pembaca memiliki sudut pandang tersendiri dalam memaknai karya tersebut. Sebagai pembaca, saya pun memiliki sudut pandang bahwa cerpen tersebut memiliki makna tentang kecemburuan masyarakat kepada kepala desa yang tidak pernah menepati janjinya. Namun, apabila diulas lebih dalam lagi cerpen Tahi Lalat memiliki maksud tentang dinamika kehidupan yang terjadi di pedesaan. Ya, seorang kepala desa merupakan tokoh utama dalam pemeranan kebijakan di pedesaan. Apapun yang dilakukannya akan menjadi sorotan utama untuk dijadikan santapan bahan pembicaraan.
Sebenarnya cerpen Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar mengisahkan tentang gejolak kerisauan masyarakat terhadap pemimpin desanya yang tidak berpegang teguh pada prinsipnya. Apalagi ditambahi dengan desas-desus mengenai keadaan istrinya. Tersiar kabar bahwa istri sang kepala desa memiliki tahi lalat di dadanya. Entah di sebelah mana, di bagian kiri atau kanan, masyarakat hanya mengetahui sekilas saja. Hal tersebut justru dimanfaatkan masyarakat untuk menyebar gosip miring mengingat sang kepala desa akan mencalonkan lagi di periode selanjutnya. Tokoh “aku” di sini ingin membuktikan kebenaran gosip tersebut dengan menyuruh istrinya untuk mencari tahu kebenarannya. Hal tersebut membuatnya risau, apalagi anaknya sendiri yang duduk di kelas 2 sekolah dasar pun juga tahu mengenai gosip tersebut.
Cerita yang sangat mengagumkan, bukan? Mengapa sebuah tahi lalat sampai dirisaukan bahkan hingga menjadi sebuah bahan pembicaraan? Padahal sebuah tahi lalat merupakan bagian tambahan fisik dan dapat juga dijadikan tanda lahir sebutan bagi orang Jawa. Namun, dalam cerpen tersebut dimaknai sebagai hal yang menjijikkan. Hal inilah memunculkan simbol bahwa tahi lalat merupakan aib dari seseorang. Pada cerpen tersebut juga lebih ditonjolkan lagi, yaitu posisi keberadaannya di dada perempuan. Mengapa tahi lalat yang berada di dada perempuan lebih diributkan ketimbang letaknya di dada laki-laki? Toh, padahal sama saja posisi keberadaannya. Berdasarkan sudut pandang sebagai pembaca, saya menganggap bahwa penulis mengarahkan cerpen tersebut dalam segi feminisme.
Posisi perempuan apabila disandingkan dengan laki-laki memang jauh perbedaanya. Perempuan dianggap makhluk lemah. Keberadaan perempuan tidak sama dengan laki-laki, posisinya justru dianggap di bawahnya. Laki-laki diidentifikasikan sebagai pemimpin, sedangkan perempuan merupakan bawahannya bahkan terkadang harus tunduk dengan laki-laki. Hal inilah yang menjadi sebuah ketertimpangan sosial. Lalu mengapa jika urusan pandangan fisik perempuan dianggap lebih berkesan dan menarik dibanding laki-laki? Padahal fisik laki-laki lebih kekar dan kuat dibandingkan perempuan.
Dalam cerpen tersebut dapat dilihat bahwa penulis ingin meyampaikan bentuk ketidakadilan yang dialami perempuan. Laki-laki dalam cerpen digambarkan sebagai pemimpin atau kepala desa. Posisi perempuan dinomorduakan yang justru dilecehkan dengan keberadaan tahi lalat di dadanya hingga menjadi bahan pembicaraan. Tak bisa dipungkiri, memang hal tersebut benar dan nyata adanya di kehidupan.
Menurut saya Cerpen Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar sangat menarik dan mahal. Penulis berani menguak dan menyatakan bentuk ketertimpangan sosial yang sebenarnya banyak ditemukan di realita kehidupan. Apalagi mengenai pernyataan keberadaan tahi lalat di dada perempuan. Penulis berani mendobrak paradigma masyarakat mengenai sisi feminisme. Hal tersebut dikemas secara unik tetapi tetap mempertahankan etika penulisan. Namun, sebuah karya sastra juga memiliki kekurangan. Menurut sudut pandang saya, kekurangan cerpen ini terletak pada ambiguitas tokoh. Dalam cerpen diceritakan bahwa tokoh “aku” diserempet mobil Jeep hitam yang tidak diketahui pengemudinya. Padahal tokoh tersebut juga tidak berpengaruh pada jalan cerita. Alangkah sebaiknya jika tidak perlu ditampilkan apabila tidak diketahui maksudnya.
Alfiyah Hasanah
Cerpen adalah karya sastra cerita pendek yang bersifat fiktif dan mengisahkan tentang suatu permasalahan, yang dialami oleh satu tokoh secara ringkas. Mulai dari pengenalan sampai akhir dari permasalahan yang dialami oleh tokoh tersebut. Salah satu cerpen karya M. Shoim Anwar adalah Tahi Lalat.
Cerpen Tahi Lalat merupakan sebuah cerpen yang menceritakan mengenai realita kehidupan sosial bermasyarakat. Dimana kabar tahi lalat di dada istri pak lurah tersebar melalui mulut ke telinga. Cerpen Tahi Lalat juga menceritakan pemimpin desa atau disebut lurah yang tidak menepati janjinya saat kampanye sebelum pemilihan. Bahkan masyarakat dipaksa untuk menjual tanahnya untuk dibangun sebuah perumahan. Dapat dilihat dari data di bawah ini.
“Akhirnya orang-orang saling memberi kode ketika berpapasan. Bila mereka sedang bergerombol, dan salah satu sudah memberi kode, yang lain mengacungkan jempolnya sebagai tanda mengerti. Bagi yang kurang yakin, pertanyaan akan langsung diteriakkan saat aku lewat.”
Dalam pernyataan di atas jelas terlihat kabar tahi lalat di dada istri pak lurah menyebar luas. Semua masyarakat hampir mengetahui kabar tersebut tanpa kontrol.
Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.
“Ada unsur politik juga kayaknya,” kataku pada istri.
“Mengapa istri diikut-ikutkan?” dia mendongak.
“Citra perempuan lebih sensitif untuk dimainkan.”
Pernyataan di atas, menggambarkan kepemimpinan pak lurah tidak sesuai dengan janji-janji yang dilontarkan Ketika kampanye dulu. Rakyat dipaksa untuk menjual tanahnya untuk kepentingan pribadi penguasa.
M. Shoim Anwar menulis karya cerpen Tahi lalat sesuai dengan realita kehidupan saat ini dalam masyarakat, banyak sekali yang menggambarkan seperti halnya yang digambarkan cerpen Tahi Lalat. Masyarakat selalu heboh dengan berita-berita tentang keburukan seseorang. Juga dengan kepemimpinan seorang penguasa banyak yang mengingkari janji-janji yang disampaikan pada saat kampanye.
Silvi Ruliani
Cerpen “Tahi Lalat” karya M.Shoim Anwar bercerita mengenai kabar mengenai adanya tahi lalat di dada kiri istri pak lurah. Dalam cerpen tersebut pula M.Shoim kembali menghadirkan isu politik dan kehidupan rumah tangga kedalam ruang cerita tersebut. Unsur politik dapat dilihat dengan adanya perlakuan semena-mena dari pak lurah, ia memaksa para warga desa untuk menjual lahannya untuk dibuat perumahan yang mana hal itu dilakukan menjelang pergantian lurah berikutnya. Dari sini bisa dilihat penulis ingin menggambarkan praktek kotor yang dilakukan para pejabat yang pada cerpen ini dilakukan oleh tokoh “pak lurah”.
Hal yang dapat diteliti lagi dalam cerpen tersebut adalah bagaimana berita hoaks dengan mudahnya menyebar luas. Penyebaran berita hoaks mudah menyebar karena orang-orang tidak mencari kebenraran dari berita tersebut dahulu, mereka menelan mentah-mentah berita tersebut. Ini terjadi pada era milenial sekarang ini, dimana informasi mudah didapat dimana, kapan saja, dan lewat apa saja. Cerpen tersebut memberikan pesan tersirat untuk kita, bahwa dengan kemudahan teknologi dan informasi kita tidak boleh menelan mentah semua berita yang tersebar tanpa adanya kebenaran agar tidak adanya berita hoaks yang merugikan salah satu pihak.
Cerpen tersebut juga memuat edukasi untuk orang tua perihal membimbing anak. Si orang tua yang dalam cerita tersebut sibuk menggunjing istri dari pak lurah, sehingga sang anak yang setiap hari mendengar orang tuanya bercerita menjadi paham dan dengan imajinasinya bisa menggambar tahi lalat di dada pak lurah tersebut. Hal itu menunjukkan apa dan bagaimana orang tua adalah contoh atau panutan bagi anak-anaknya. Jika orang tua melakukan hal negatif maka anak juga akan mengikuti sebaliknya jika orang tua melakukan hal positif maka anak juga akan mengikuti positif.
Melalui cerpen ini juga kita ditunjukkan bagaimana masalah-masalah yang dialami lurah dan istrinya dalam berumah tangga. Banyak orang yang membicarakan istri pejabat. Pejabat atau pak lurah dalam cerpen ini tidak pernah melihat keadaan masyarakatnya, hal ini bisa kita lihat dalam dialog “Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu”. Pak lurah sering sekali menggunakan cara kotor untuk mengelabuhi penduduk dengan cara memindah patokamn atau garis tanah atau sawah yang sudah di tentukan.
Disetiap karya pasti memiliki kelebihan serta kekurangan tersendiri, begitu juga cerpen “tahi lalat” karya M.Shoim Anwar. Menurut saya, kelemahan dalam cerpen tersebut ada pada akhir cerita yang masih menggantung karena menceritakan tentang anak dari tokoh utama yang menggambar dibuku gambarnya tentang seorang wanita yang mempunyai tahi lalat di dadanya dan dalam makna tahi lalat memiliki makna yang tidak tersirat.
Kelebihan dalam cerpen tersebut terlatak pada ceritanya mudah di pahami, karena cerita tersebut banyak terjadi di kehidupan sehari-hari dan juga dalam cerpen tersebut, mengulas tentang penjabat yang rata-rata jika sudah menjadi pemimpin lupa akan janji-janjinya saat pilkada. Dan menyindir para penjabat yang seenaknya sendiri terhadap warga dan lingkungannya.
Khoirun Nisa
Tahi lalat bukanlah simbol alami untuk menunjukkan suatu peristiwa, hal atau ciptaan alamiah yang diberikan Tuhan. Pada cerpen ini tahi lalat menunjukkan bagaimana tingkah para pemimpin terhadap rakyatnya. Tahi lalat di dada pak lurah menggambarkan aib, gerak-gerik, lakon dan strategi pemimpin dalam menaklukkan rakyatnya. Entah strategi posotif atau sebaliknya. Mengapa sang istri yang menjadi pijakan, karena dalam suatu rumah tangga istri juga berperan besar dalam mengambil suatu keputusan. Istri juga wajib menyimpan segala ancang-ancang suami, termasuk aib yang dialaminya. Dalam suatu kepemimpinan ketua sangat berperan tinggi dalam mengambil suatu keputusan. Maka dari itu perlu pengunci handal yang mampu memegang segala siasat yang telah diaturnya.
Cerpen tersebut menarik karena menggunakan tokoh lurah dalam penyampaian pesannya. Lurah bagi masyarakat adalah tokoh yang dijadikan pemimpin, penutan dan tempat berkwluh kesahnya kehidupan. Dengan adanya lurah warga sangat berharap jika keluh kesah mereka didengar, dan ditolong, bukan malah dianggap sebagai angin lewat, bahkan sebagai bisikan setan belaka. Dari cerita tersebut kita bisa mengambil pelajaran janganlah mengumbar aib, membicarakan kejelekan orang lain dan bahkan sampai kejelekan tersebut menjadi buah tangan yang tak terlupakan. Jadikanlah keburukan, kesalahan, kekurangan sebagai acuan, tangga, jembatan, pijakan untuk maju. Jika kita salah maka lapangkan hati dan telinga untuk mendengar berbagai nasehat yang membara. Ambillah sisi positif dalam kehidupan ini, agar kelak kau akan memetik hasil yang abadi. Jadilah pemimpin yang dapat menjadi anutan, yang memberikan kebahagiaan sebagai ladang mencari sangu di hari pengekalan. Seorang pemimpin yang baik adalah dia yang mampu memimpin dirinya sendiri dan mereka yang setia menganutnya.
Dela Ruspita Sari
TAHI LALAT KARYA M. SHOIM ANWAR
Cerpen tahi lalat karya M. Shoim Anwar menggambarkan tentang kehidupan pejabat dan istrinya dan permasalahan-permasalahan rumah tangga mereka. Banyak masyarakat yang membicarakan istri pejabat tersebut. Pak lurah tersebut tidak pernah melihat bagaimana keadaan masyarakatnya. Bahkan pak lurah sering menggunakan cara kotor untuk mengelabuhi masyarakat dengan cara memindah garis tanah atau sawah yang sudah ditentukan. Dalam menjalankan tugas-tugasnya pak lurah ini tidak sesuai dengan janji-janji yang ia sampaikan ketika diadakannya demo. Bahkan pak lurah mencurigai istrinya selingkuh dengan laki-laki lain sehingga dia menceraikannya. Pada akhirnya pak lurah menikah lagi dengan dengan perempuan yang umurnya jauh lebih muda darinya. Pak lurah melakukan kecurangan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai kepala desa. Pak lurah sengaja melakukan pengambilan tanah sawah milik masyarakat untuk dibangun perumahan elit dan juga strategis, tidakan pak lurah ini banyak merugikan masyarakatnya.
Pengarang cerpen ini menampilkan permasalahan yaitu isu keberadaan tahi lalat di dada istri pak lurah tetapi selain itu pengarang menampilkan sikap pemimpin yang bekerja tidak benar, melainkan bekerja kotor demi keuntungan dalam dirinya dan tidak memperhatikan kerugian masyarakatnya.
Hubungan antara cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah dengan dunia nyata saat ini bahwa Cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah sangat lekat dengan kehidupan nyata. Pada bagian awal cerita dikisahkan bahwa kabar tentang adanya tahi lalat di dada istri Pak Lurah semakin menyebar di masyarakat. Sama halnya jika di dalam kehidupan nyata terdapat sebuah kabar baik maupun tidak baik dalam lingkungan masyarakat, kabar tersebut akan segera beredar dari mulut ke mulut di setiap warga. Hal tersebut terdapat dalam kutipan.
Di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya. Itulah kabar yang menyebar di tempat kami. Entah dari mana dan siapa yang pertama kali meniupkan. Keberadannya seperti wabah: merambat, menjalar, dan mengalir bersama angin. Lembut tapi pasti. Berita itu disuarakan dari mulut ke mulut dengan kasak-kusuk, dari warung ke warung, dari pos ke pos, dan dari kerumunan ke kerumunan.
Banyak masyarakat yang sering kali mencari kesalahan orang lain untuk dijadikan bahan bergunjing dan membicarakan sesuatu yang tidak sesuai dengan fakta, tetapi hal tersebut sepertinya sudah menjadi kebiasaan buruk dalam masyarakat. Terlihat masyarakat dalam cerpen menjadikan keluarga Pak Lurah sebagai bahan gunjingan.
Cerpen ini memiliki pesan moral terhadap masyarakat khususnya para pemimpin bahwa mereka tidak boleh jabatannya tersebut disalahgunakan yang akan memberikan dampak bagi masyarakatnya. Seharusnya sebagai pemimpin harus memberikan contoh dan juga kenyamanan bagi masyarakatnya. Ketika mereka berjanji di hadapan masyarakat sebelum dilantik sebagai pemimpin dan setelah menjadi pemimpin harus dilaksanakan sesuai dengan janjinya karena masyarakat memberikan amanat atau kepercayaan kepada pemimpin tersebut.
Kelebihan dari cerpen ini adalah dapat dijadikan sebagai wawasan tentang kehidupan sehari-hari khusunya dalam dunia politik.
Riska Mardiana
Kritik Esai Cerpen “Tahi Lalat” Karya M. Shoim Anwar
Cerpen yang berjudul “Tahi Lalat” merupakan salah satu karya M. Shoim Anwar. Beliau sudah banyak menulis karya dari berbagai macam. Mulai dari puisi, cerpen dan lainnya.
Cerpen “Tahi Lalat’ merupakapan cerpen sindiran lepara para pemimpin. Contohnya pada seorang istri pak lurah yang memiliki tahi lalat di dada. Tahi lalat istri pak lurah terletak di bagian dalam tubuh yang tertutup. Masyarakat sangat heran karena bagaimana bisa tahu keberadaan tahi lalat dan mengapa berita itu ramai dibicarakan masyarakat. Ungkapan tahi lalat menurut pendapat saya adalah sebuah aib tentang istri pak lurah telah selingkuh dengan rekan kerjanya yang pernah main ke rumahnya tanpa sepengetahuan pak lurah. Dalam cerpen tahi lalat pengarang juga menceritakan bahwa seorang pemimpin atau lurah yang memiliki sifat seenaknya sendiri memaksa warga masyarakat untuk menjual tanahnya kepada Nya dengan harga yang murah. Seorang pemimpin atau seorang lurah yang memiliki kekuasaan namun menyalahgunakan kekuasaan itu untuk kepentingan pribadinya yaitu jika tanah warga dijual kepadanya maka pak lurah akan mendapat untung yang sangat banyak.
Cerpen tahi lalat karya m shoim Anwar memiliki pesan moral bagi masyarakat khususnya seorang pemimpin tidak boleh Mempunyai keingin untuk kesenangan pribadi, seharusnya memberi kenyamanan kemakmuran dan mencontohkan hal-hal yang baik bagi masyarakat supaya tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera dan harmonis. Sebagai seorang lurah atau pemimpin dalam suatu desa kata-kata perbuatan bahkan janji-janji yang ia butuhkan ketika sebelum pemilihan harusnya dilaksanakan karena menjadi seorang pemimpin merupakan panutan atau panutan bagi masyarakat dan masyarakat memberi kepercayaan atau amanat kepada seorang pemimpin untuk memimpin yang menciptakan kehidupan yang harmonis. Cerpen tahi lalat berkaitan dengan kehidupan saat ini di mana masih banyak ditemukan seorang pemimpin yang belum menjalankan janji-janji yang ia berikan dan juga menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan dalam memimpin suatu desa maupun yang lainnya.
[email protected]
Kelebihan cerpen ini, membawa si pembaca dapat menikmati kisahnya secara nyata. Seolah-olah, pembaca juga ikut terbawa suasana di dalam cerita tersebut. Kekurangannya dalam cerpen itu, kurang kejelasan dalam tamatnya cerpen, pengarang membuat tamat ceritanya menjadi gantung. Dalam cerpen tersebut sudah jelas ingin mencari bukti keberadaan tahi lalatnya bu Lurah dan siapa orang yang menyatakan tentang tahi lalat itu. Seharusnya, ada lanjutan cerita agar pembaca tidak bertanya-tanya.
Aleksandriani Cembes Aram
Salah satu cerpen oleh Shoim Anwar yang berjudul Tahi Lalat ini awalnya saya berpikir bahwa akan menceritakan sepenuhnya tahi lalat yang berada di tubuh seseorang ternyata cerpen ini bukan hanya menceritakan tahi lalat saja melainkan menceritakan suasana yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat setempat atas apa yang dilakukan oleh lurah yang memimpin kelurahan tersebut. Masyarakat berspekulasi bahwa ada tahi lalat di tubuh istri kedua miliki pak lurah, setelah istrinya yang pertama sudah bercerai, spekulasi ini ramai diperbincangkan oleh masyarakat setempat. Jika ibu lurah lewat masyarakat basa basi menyapanya seakan akan tidak terjadi sesuatu, akan tetapi masyarakat saling memberi kode atau isyarat menunjukan satu sama lain letak tahi lalat yang dimilikinya. Selain itu sang istri juga dikabarkan berselingkuh dengan para penjabat, berita perselingkuhan ini juga masyarakat tidak ketinggalan berita, sambil bercengkrama pasti selalu membicarakan kebusukan pak lurah serta tahi lalat yang dimiliki istirnya serta isu perselingkuhan.
Masyarakat merasa tertindas dengan apa yang dilakukan oleh pak lurah, mengancam masyarakat setempat untuk menjual tanah yang strategis untuk dijalankan perumahan yang elit, jika tidak dijual maka berbagi ancaman dikeluarkan dari tubuh mulutnya. Hingga pada akhirnya warga setempat menjual tanahnya meskipun harganya tidak sesuai. Desa tersebut ramai setiap harinya dengan berbagai alat besar untuk membangun entah perumahan atau gedung gedung yang elit. Lurah melakukan ini tanpa ada persetujuan dari masyarakat setempat. Janji yang dikeluarkan waktu pencalonan lurah sampai kini tidak di tempati.
Cerpen tersebut memiliki kaitan erat dengan kehidupan saat ini, di mana ketika seseorang sudah berkuasa atau menjabat suatu jabatan maka janji atau visi misi waktu pencalonan seakan-akan sirna seketika. Banyak masyarakat saat ini ditipu oleh penguasa dengan imbal akan begini begitu padahal tidak akan terjadi. Saya akan mengambil contoh yang di kehidupan nyata yang saya ketahui, cerita ini juga sama dengan cerpen di atas. Dimana salah satu daerah yang dekat wilayah tempat tinggal saya, sangat cantik dan indah. Tiba tiba dibangun tambang dan pabrik semen tanpa ada persetujuan dari masyarakat setempat, meskipun tanah yang dipakai juga dari beberapa masyarakat yang dibeli dengan harga murah. Beberapa tahun terakhir banyak masyarakat setempat menolak atau protes kepada pemerintah setempat untuk tidak melanjutkan atau meneruskan pabrik semen ini, karena lingkungan sekitarnya sudah tercemar. Permasalah tersebut masih saat ini terjadi dan belum ada titik terang.
Kita sebagai masyarakat seharusnya harus tegas dan berani untuk melawan orang yang memiliki tujuan yang tidak baik untuk daerah kita. Jangan hanya menceritakan atau bergosip kesana kemari, melainkan hsrue mencari kebenaran dan keadilan di mata hukum. Kalau bukan kita siapa lagi. Karena ada beberapa masyarakat diantara kita, ketika para penguasa memberikan uang atau yang lain makan akan mudah dikena tipu atau dihasut, tetapi setelah itu baru menyesal.
Cerpen ini menarik karena pemilihan judul yang tepat dan cerita nya tidak bertele-tele. Bahasa yang digunakan dalam cerita ini mudah dipahami.
Sely Ika Kurniawati_175200072
Mari kita bercembu lebih jauh dan lebih merasakan nikmat rasa dalam cerita pendek dengan judul “Tahi Lalat”. Bagi yang belum tahu isi cerita yang terkandung dalam cerpen tersebut, akan dikupas secara singkat apa saja rasa dan kenikmatan dalam cerita pendek tersebut.
pertama membaca sebuah cerpen tersebut terdapat gambaran atau lukisan seorang pejabat desa yang sedang mempermainkan warga, bahkan memaksa supaya menjual lahan untuk dijadikan sebuah rumah yang indah layaknya di Kota. Dari awal sudah bisa dilihat atau diraba bahwa makna dalam cerita pendek tersebut timbul rasa permainan di dalamnya. Permainan yang panas, pejabat menjanjikan ini itu tetapi mengingkari semua perjanjiannya.
Untuk yang kedua, tentang simbol yang sangat menarik bagi pembaca yakni tahi lalat yang terdapat pada dada istri lurah. Pasti kalian pertama kali membaca judul tersebut terheran-heran, apa sih yang dimaksud penulis tentang tahi lalat tersebut. Bagi saya, penulis cerpen “Tahi Lalat” ini menyimbolkan bahwa adanya sebuah aib yang sudah tercium oleh masyarakat umum. Terjadi pada cerpen ini yaitu aib seorang istri lurah yang memiliki tahi lalat di dadanya. Dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu aib yang disembunyikan pasti akan tercium baunya dan rasanya
Dini Safia Hudah
Cerpen “Tahi Lalat” merupakan salah satu karya dari M. Shoim Anwar, seorang sastrawan sekaligus dosen. M. Shoim Anwar lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur. M. Shoim Anwar telah banyak menulis cerpen, novel, esei, dan puisi di berbagai media. Menurut KBBI cerita pendek adalah cerita yang isinya kurang dari 10.000 kata dan ceritanya berkonsentrasi pada satu tokoh dalam cerita.
Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen “Tahi Lalat” mudah untuk dipahami, penulis banyak menjelaskan gambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci oleh sebab itu cerpen “Tahi Lalat” memiliki jalan cerita yang sangat menarik.
Dalam cerpen tersebut, tahi lalat disimbolkan sebagai suatu tanda lahir, atau sesuatu yang dianggap membuat seorang perempuan terlihat lebih manis. Terletak di seluruh tubuh terkadang membuat tahi lalat menjadi hal yang tidak boleh dikatakan jika terletak pada bagian tubuh tertentu dari seorang perempuan. Dalam cerpen “Tahi Lalat”, sosok istri Pak Lurah yang sering dibicarakan warga tidak pernah muncul secara langsung hanya sebatas warga saja yang menceritakan, begitu pula sosok Pak Lurah yang digambarkan tidak perduli sebagai seorang pemimpin juga tidak pernah muncul secara langsung dalam dialog.
Dalam cerpen “Tahi Lalat” ditemukan juga beberapa gaya bahasa seperti personifikasi yang tertuang dalam kalimat “Debu-debu membalutnya”, “Kabar yang tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah”. Kemudian ada juga gaya bahasa perumpamaan yang tertuang dalam kalimat “Katanya sebesar biji randu”.
Makna dari cerpen Tahi Lalat, yaitu masyarakat yang suka membicarakan dan menghina pimpinan mereka karena mereka menganggap pimpinan mereka tidak bertanggung jawab dan tidak perduli, bahkan istri dari pimpinan tersebut yang tidak tahu menahu ikut menjadi korban gunjingan masyarakat dan menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya.
Fijannatin Alfiyah
Cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar
Cerpen “Tahi Lalat” menggambarkan dua sisi yaitu perselingkuhan dan dunia politik. Dua hal itu menjadi salah satu ketertarikan karena mengambil peristiwa yang terjadi saat ini. Seperti yang kita ketahui banyak di temui orang-orang yang sudah menikah menjalin hubungan dengan laki-laki lain serta permainan politik yang melakukan hal-hal kotor. Seperti yang saya temui banyak permainan politik sekarang yang menggunakan cara-cara kotor seperti membagi uang atau hal-hal lainnya serta, banyaknya janji-janji palsu untuk menarik hati Masyarakat. Politik sekarang ini seperti kacang lupa kulit, berjanji manis di awal saja.
Tahi Lalat di dada istri pak lurah merupakan sebuah cerpen sindiran yang mengisahkan seorang istri dari pemimpin di sebuah kelurahan yang menjadi perbincangan orang-orang sekampung lantaran mempunyai Tahi Lalat di dadanya. Hal tersebut terbukti pada kutipan
“Di luar sana juga ada omongan soal kedekatan istri Pak Lurah dengan bos proyek perumahan,” aku membuka pembicaraan dengan istri.
“Kedekatan yang gimana lagi?” istriku mendongak.
“Bos proyek itu sering datang saat Pak Lurah tidak ada di rumah. Katanya juga pernah keluar bareng.”
Dalam kutipan tersebut menjelaskan bahwa istri dari kepala desa telah memiliki hubungan dengan seseorang pekerja proyek. Dimana pada suatu ketika istri pak lurah tersebut diketahui oleh warga telah memberi jamuan ketika pak Lurah sedang tidak berasa dirumah. Sehingga hal tersebut masih diperbincangkan oleh seluruh warga.
Tahi Lalat berilustrasi tentang keadaan sosial yang dimanipulasi oleh ekonomi kapitalis sehingga berdampak pada tokoh aku, dan warga sekitar yang berada dalam satu desa. Sosok Pak lurah tidak menunjukan bahwa dia sebagai seorang pemimpin yang bijaksana karena segala visi serta misinya tidak sesuai dengan kinerjanya. Terbukti pada kutipan
“Jujur kukatakan, Pak Lurah juga sering menggunakan cara-cara kotor. Selama menjabat, tidak sedikit warga yang kehilangan sawah ladang dan berganti dengan perumahan mewah. Warga yang tinggal di tempat strategis, melalui perangkat desa Pak Bayan, dirayu untuk menjual tanahnya dengan harga yang lumayan mahal. Begitu tanah-tanah yang strategis itu terlepas dari pemiliknya, Pak Lurah semakin gencar membujuk yang lain dengan cara memanggilnya ke kantor kelurahan.”
Paham kapitalis sangat kentara dalam kutipan tersebut, sehingga dalam integritas seorang Lurah semakin dipandang buruk oleh masyarakat. Karena dalam pelaksanaan tugasnya ia mencoba mengambil keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan warga untuk menjual tanah milik mereka. Sehingga dalam penerapannya pun sedikit kacau, meskipun dengan sistem sosialis bisa teratasi tetapi tidak dengan individu yang sudah mendekrlarisikan dirinya kapitalisme.
Dalam cerpen berjudul “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar tersebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sederhana meskipun, terdapat beberapa kutipan yang menggambarkan warga desa menggunakan kode dalam membicarakan orang. Amanat atau pesan dapat mudah dipahami dan dapat tersampaikan bagi pembaca, bahwa cerpen tersebut menceritakan realita kehidupan masyarakat yang terjadi saat ini. Meskipun berjudul “Tahi Lalat” penulis mencampur adukkan cerita yang tidak hanya menceritakan istri Pak Lurah tetapi juga menceritakan jiwa kepemimpinan Pak Lurah yang tidak patut dicontoh.
Riska Trisani
Cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar
Cerpen “Tahi Lalat” menggambarkan dua sisi yaitu perselingkuhan dan dunia politik. Dua hal itu menjadi salah satu ketertarikan karena mengambil peristiwa yang terjadi saat ini. Seperti yang kita ketahui banyak di temui orang-orang yang sudah menikah menjalin hubungan dengan laki-laki lain serta permainan politik yang melakukan hal-hal kotor. Seperti yang saya temui banyak permainan politik sekarang yang menggunakan cara-cara kotor seperti membagi uang atau hal-hal lainnya serta, banyaknya janji-janji palsu untuk menarik hati Masyarakat. Politik sekarang ini seperti kacang lupa kulit, berjanji manis di awal saja.
Cerpen “Tahi Lalat” merupakan cerita pendek sindiran lepara para pemimpin. Cerita ini berilustrasi dengan keadaan sosial yang dimanipulasi oleh ekonomi kapitalis sehingga berdampak pada tokoh aku dan warga sekitar yang berada di dalam desa. Dari cerita ini poin utamanya adalah Pak lurah. Sehingga dalam tatanan masyarakat yang disinggahi oleh individu-individu yang berkelompok, maka akan berdampak pada stabilitas masyarakat tersebut. Pada cerita ini Tahi Lalat di dada istri pak lurah merupakan sebuah cerpen yang mengisahkan seorang istri dari pemimpin di sebuah kelurahan yang menjadi perbincangan orang-orang sekampung lantaran mempunyai Tahi Lalat di dadanya. Keluarga pak lurah itu selalu menjadi omongan orang-orang bukan hanya istrinya melainkan juga Pak lurah sendiri.
Dalam cerpen ini Tahi Lalat di dada istri pak lurah merupakan sebuah cerpen sindiran yang mengisahkan seorang istri dari pemimpin di sebuah kelurahan yang menjadi perbincangan orang-orang sekampung lantaran mempunyai Tahi Lalat di dadanya. Hal tersebut terbukti pada kutipan
“Di luar sana juga ada omongan soal kedekatan istri Pak Lurah dengan bos proyek perumahan,” aku membuka pembicaraan dengan istri.
“Kedekatan yang gimana lagi?” istriku mendongak.
“Bos proyek itu sering datang saat Pak Lurah tidak ada di rumah. Katanya juga pernah keluar bareng.”
Dalam kutipan tersebut menjelaskan bahwa istri dari kepala desa telah memiliki hubungan dengan seseorang pekerja proyek. Dimana pada suatu ketika istri pak lurah tersebut diketahui oleh warga telah memberi jamuan ketika pak Lurah sedang tidak berasa dirumah. Sehingga hal tersebut masih diperbincangkan oleh seluruh warga.
Tahi Lalat berilustrasi tentang keadaan sosial yang dimanipulasi oleh ekonomi kapitalis sehingga berdampak pada tokoh aku, dan warga sekitar yang berada dalam satu desa. Sosok Pak lurah tidak menunjukan bahwa dia sebagai seorang pemimpin yang bijaksana karena segala visi serta misinya tidak sesuai dengan kinerjanya. Terbukti pada kutipan
“Jujur kukatakan, Pak Lurah juga sering menggunakan cara-cara kotor. Selama menjabat, tidak sedikit warga yang kehilangan sawah ladang dan berganti dengan perumahan mewah. Warga yang tinggal di tempat strategis, melalui perangkat desa Pak Bayan, dirayu untuk menjual tanahnya dengan harga yang lumayan mahal. Begitu tanah-tanah yang strategis itu terlepas dari pemiliknya, Pak Lurah semakin gencar membujuk yang lain dengan cara memanggilnya ke kantor kelurahan.”
Paham kapitalis sangat kentara dalam kutipan tersebut, sehingga dalam integritas seorang Lurah semakin dipandang buruk oleh masyarakat. Karena dalam pelaksanaan tugasnya ia mencoba mengambil keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan warga untuk menjual tanah milik mereka. Sehingga dalam penerapannya pun sedikit kacau, meskipun dengan sistem sosialis bisa teratasi tetapi tidak dengan individu yang sudah mendekrlarisikan dirinya kapitalisme.
Dalam cerpen berjudul “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar tersebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sederhana meskipun, terdapat beberapa kutipan yang menggambarkan warga desa menggunakan kode dalam membicarakan orang. Amanat atau pesan dapat mudah dipahami dan dapat tersampaikan bagi pembaca, bahwa cerpen tersebut menceritakan realita kehidupan masyarakat yang terjadi saat ini. Meskipun berjudul “Tahi Lalat” penulis mencampur adukkan cerita yang tidak hanya menceritakan istri Pak Lurah tetapi juga menceritakan jiwa kepemimpinan Pak Lurah yang tidak patut dicontoh.
Ihda
Baik kita mulai pemanasan dulu, pertama membaca sebuah cerpen tersebut terdapat gambaran atau lukisan seorang pejabat desa yang sedang mempermainkan warga, bahkan memaksa supaya menjual lahan untuk dijadikan sebuah rumah yang indah layaknya di Kota. Dari awal sudah bisa dilihat atau diraba bahwa makna dalam cerita pendek tersebut timbul rasa permainan di dalamnya. Permainan yang panas, pejabat menjanjikan ini itu tetapi mengingkari semua perjanjiannya.
Untuk yang kedua, tentang simbol yang sangat menarik bagi pembaca yakni tahi lalat yang terdapat pada dada istri lurah. Pasti kalian pertama kali membaca judul tersebut terheran-heran, apa sih yang dimaksud penulis tentang tahi lalat tersebut. Bagi saya, penulis cerpen “Tahi Lalat” ini menyimbolkan bahwa adanya sebuah aib yang sudah tercium oleh masyarakat umum. Terjadi pada cerpen ini yaitu aib seorang istri lurah yang memiliki tahi lalat di dadanya. Dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu aib yang disembunyikan pasti akan tercium baunya dan rasanya.
Fionna Vidi Pramesti
Tahi Lalat
Karya M Shoim Anwar
Pilihan kata dan kalimat mudah di mengerti, tidak berbelit-belit sehingga sebagai pembaca dapat menghayati dan terbawa suasana dalam cerpen tersebut, setiap tempat atau setiap benda, tempat dan suasana selalu dijelaskan lebih rinci dan memiliki arti . Jadi ikut merasakan penasaran, kemudian terheran-heran, bahkan ikut memikirkannya. Dalam setiap kalimatnya diselipkan kata-kata kiasan, kalimat cerpen terdapat kiasan-kiasan sehingga membuat cerita itu semakin menarik, semakin membuat penasaran dengan kelanjutan cerpennya, kalimatnya tidak membuat bosan dari awal cerita hingga akhir cerita.
Simbol “Tahi Lalat” merupakan suatu hal yang sangat rahasia kemudian di dukung oleh letak tahi lalat tersebut ada dibagian tubuh yang intim. Hanya orang tertentu yang akan tau rahasia tentang adanya tahi lalat dibagian dada yaitu suami atau anaknya.
Sedikit menggunakan gaya bahasa namun tidak semua paragrafnya menggunakan gaya bahasa atau kiasan . Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari . Disini menurut saya kalimat yang unik “Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu”.
Makna dari Cerpen ini yaitu, seburuk atau sebaik apapun hal yang diperbuat oleh pemimpin selalu menjadi sorotan warga sekitar bahkan orang lain. Dalam melakukan atau mendekati pemilihan pemimpin pasti ada saja yang membuat orang menjadi terpengaruh dengan memanfaatkan dari segi apapun . Maka sebelum memilih pemimpin harus mengetahui cara kerja dan seluk beluk dari pemimpin tersebut tidak memanfaatkan hal-hal yang membuat nama menjadi naik.
Mimha Sauf Aqil Muzad
KRITIK CERPEN “TAHI LALAT”
Karya M. Shoim Anwar
Berbicara mengenai Cerpen, apakah Cerpen itu?
Cerpen merupakan sebuah karya sastra yang bersifat fiktif yang menceritakan tentang suatu permasalahan yang dialami oleh tokoh yang diceritakan secara ringkas, sehingga dengan sekali duduk saja sebuah cerpen dapat selesai terbaca. Sebagaimana sebuah karya sastra yang akan saya kritik ini juga berbentuk cerpen yang berjudul “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar.
Cerpen yang berjudul “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar merupakan sebuah karya sastra yang menceritakan atau mengisahkan tentang paradigma kehidupan sosial yang terjadi di dalam suatu desa. hal itu dapat dilihat dari sikap yang ditujukan oleh masyarakat terhadap keberadaan pimpinan desa yang enggan menepati janji-janjinya. keberadaan sebuah pemimpin dalam suatu desa seringkali menjadi momok serta perhatian utama oleh masyarakat sehingga apa saja yang hendak dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu desa tentu akan menjadi perbincangann utama dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana dalam cerpen yang berjudul “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar yang saya kritik ini, akibat dari sikap dan perilaku pimpinannya dalam suatu desa tersebut berdampak pada munculnya kerisauan dalam diri masyarakat.
Selain itu hal lain yang dibahas dalam Cerpen tersebut adalah keberadaan Tahi Lalat di dalam dada seorang istri dari pemimpin desa. Entah keberadaan yang pasti di sebelah sebelah kiri, kanan, atau bahkan tengah. Keberadaan tahi lalat dalam diri seorang istri Pak Lurah ini diketahui oleh warga dalam satu desa sehingga muncul rasa keingintahuan dalam diri warga khususnya kaum lelaki. Namun, perlu diketahui bahwa dalam cerpen tersebut sebagaimana kita ketahui bahwa tahi lalat dalam dada dari seseorang istri Pak lurah tersebut berusaha untuk terus ditutupi mengingat bagian tubuh tersebut semestinya tidak patut untuk diperlihatkan dan dipertontonkan kepada publik.
Berdasarkan pemaknaan mengenai keberadaan Pak lurah dan keberadaan tahi lalat dalam diri seorang istri dari Pak Lurah ini saling memiliki keterkaitan. dimana keberadaan tahi lalat tersebut diangggap sebagai ‘aib yang selalu ditutupi dan merupakan sebuah simbol dari perjalanan suaminya. sehingga muncul sebuah pesan bahwa sebesar apapun usaha untuk menutupi keburukan seseorang pasti lama-kelamaan akan diketahui oleh semua orang. Aktualisasi dengan kehidupan sekarang dapat dilihat dari keberadaan pemimpin yang mengumbar-umbar janji manis ketika kampanye, namun ketika sudah terpilih menjadi seorang pemimpin selalu lupa dengan janji yang sebelumnya diucapkan dalam kampanye. dan seringkali pemimpin menutup-nutupi janjina yang pernah diucapkan dengan mengalihkan kepad ahal lain. hal itu memiliki kesamaan makna dengan cerpen yang berjudul “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar tersebut.
Cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar sangat menarik, terutama dalam pemilihan judul “Tahi Lalat” yang dapat membuat penasaran bagi pembaca untuk mengetahui isi dari cerpen tersebut. begitu juga penyampaian makna dalam cerpen tersebut sangat unik dan mudah dipahami. Namun, kekurangan dalam cerpen tersebut terdapat pada ketidakjelasan keberadaan tokoh yang tidak dijelaskan sehingga sangat sulit untuk dipahami oleh pembaca.
M Rivda Arif Fajar
M Rivda Arif Fajar
Pendidikan Bahasa Indonesia
2017 B
TAHI LALAT KARYA M. SHOIM ANWAR
Cerpen ini memiliki alur cerita tentang sebuah kehidupn seorang manusia yang memiliki jabatan di sebuah desa, tidak hanya itu cerpen juga berisi permasalahan seorang lurah dengan istrinya. Istri lurah menjadi topic perbincangan diantara warga. Pak lurah biasanya menggunakan cara yang licik dan jahat dalam mengambil sebuah kebijkan contohnya tanah warga yang sedikit demi sedikit dikurangi luas lahannya. Dengan istri pertamanya pak lurah akhirnya bercerai dan menikah lagi dengan seseorang yang muda dan cantik. Pak lurah mengambil tnah arga sengaja untuk membangun gedungan dan perumahan yang elite.
Selain menceritakan seorang lurah yang buruk perilakunya, cerpen inni juga menceritakan tentang keberadaan tahi lalat yang berada di dada istri pak lurah. Penulis mengisahkan keberadaan tahi lalat di dada istri pak lurah adalah sebuah pesan bahwa pemimpin tersebut memiliki sikap yang tidak benar dan menggunakan cara kotor untuk mencari keuntungan pribadi.
Hubungan cerpen ini dengan kehidupan nyata adalah ketika di sebuah desa atau lingkungan tersiart kabar buruk tentang seseorang, kabar tersebut akan dengan mudah dan cepatnya tersebar ke seluruh wilayah desa tersebut, tak hanya itu pejabat yang juga memiliki kewenangan di beberapa daerah kenyataannya juga masih banyak yang menggunakan cara-cara kotor untuk meraih keuntungan pribadi, maka tidak heran kalau banyak pejabat yang terjerat kasus korupsi.
Amanat dari cerpen ini yang dapat kita ambil hikmahnya adalah ketika menjadi seorang pemimpin atau pejabat maka hendaknya kita menjadi pribadi yang jujur dan amanah agar segala apa yang kita kerjakan dan lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Sekecil apapun hal jelek yang kita lakukan maka akan tercium juga bau busuknya tak hanya itu pesan kedua dari cerpen ini adalah jangan mudah menggunjing seseorang dan ikut menfitnah seseorang.
Kelebihan cerpen ini adalah bahasaya mudah dipahami dan memiliki pesan yang sangat bermanfaat.
Lutfi Anis
Bercembu Cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar
Mari kita bercembu lebih jauh dan lebih merasakan nikmat rasa dalam cerita pendek dengan judul “Tahi Lalat.”
Pertama membaca sebuah cerpen tersebut terdapat gambaran atau lukisan seorang pejabat desa yang sedang mempermainkan warga, bahkan memaksa supaya menjual lahan untuk dijadikan sebuah rumah yang indah layaknya di Kota. Dari awal sudah bisa dilihat atau diraba bahwa makna dalam cerita pendek tersebut timbul rasa permainan di dalamnya. Permainan yang panas, pejabat menjanjikan ini itu tetapi mengingkari semua perjanjiannya.
Kedua, tentang simbol yang sangat menarik bagi pembaca yakni tahi lalat yang terdapat pada dada istri lurah. Pasti kalian pertama kali membaca judul tersebut terheran-heran, apa sih yang dimaksud penulis tentang tahi lalat tersebut. Bagi saya, penulis cerpen “Tahi Lalat” ini menyimbolkan bahwa adanya sebuah aib yang sudah tercium oleh masyarakat umum. Terjadi pada cerpen ini yaitu aib seorang istri lurah yang memiliki tahi lalat di dadanya. Dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu aib yang disembunyikan pasti akan tercium baunya dan rasanya.
Farida Febriani
Cerpen dengan judul Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar di atas menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu tokoh aku yang serba tahu. Tokoh aku sebenarnya adalah ayah dari Laela. Tokoh yang lainnya yaitu Pak Lurah, Pak Bayan, Laela, Bakrul, dan Istri dari tokoh aku. Keberadaan istri Pak Lurah hanya sebagai topik pembicaraan. Tokoh yang ada Cerpen di atas mengandung tema tentang politik. Latar tempatnya yaitu di Desa, di rumah tokoh aku, dan di tepi jalan. Kemudian, latar waktunya yaitu siang hari, sedangkan latar suasananya yaitu menegangkan. Alur yang digunakan yaitu alur campuran. Cerpen tersebut ditulis oleh M. Shoim Anwar pada tahun 2017.
Cerpen dengan judul Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar di atas menceritakan tentang seorang lurah yang mencalonkan diri kembali pada periode berikutnya dan seorang perempuan yaitu istri kedua atau istri muda Pak Lurah yang diduga mempunyai hubungan khusus dengan bos proyek perumahan tanpa sepengetahuan Pak Lurah. Sebenarnya Pak Lurah sudah mengetahui tentang kabar istrinya tersebut. akan tetepai, Pak Lurah hanya diam saja.Warga desa juga sering membicarakan hal tersebut.
Warga desa sudah tidak mempercayai Pak Lurah untuk menjabat kali kedua karena pada masa jabatannya yang pertama Pak Lurah tidak menepati janjinya. Warga dipaksa untuk mejual tanahnya. Kemudian, tanah tersebut dibuat perumahan. Apabila warga tidak mau menjual, maka tanah tersebut tetap dipagari oleh pengembang perumahan atas sepengetahuan Pak Bayan. Warga menginginkan Pak Lurah untuk menciptakan lapangan kerja, bukan menjual tanah mereka.
Makna dan pesan yang terkandung dalam cerpen dengan judul Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar di atas adalah ketika kita menjadi pejabat pemerintah, apabila diberikan tanggungjawab seharusnya dilakukan dengan baik dan apabila berjanji harus ditepati. Kemudian, jangan membicarakan hal yang belum tentu kebenaraannya seperti isu tentang tahi lalat istri Pak Lurah.
Cerpen dengan judul Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar di atas masih sesuai dengan kehidupan saat ini. Jika dibandingkan dengan pesan pertama yang ada pada isi cerpen tersebut, pada saat ini juga ada pejabat yang kurang bertanggungjawab atas tugasnya, sehingga membuat hilangnya kepercayaan masyarakat. Selain itu, pejabat tersebut juga tidak menepati janji pada saat pemilihan umum. Warga yang dipaksa untuk mejual tanahnya juga sesuai dengan kenyataan saat ini. Saat ini banyak sawah milik warga yang dijual dan dibangunlah sebuah perumahan. Bahkan, tidak hanya bisnis perumahan, tetapi juga tanah kaplingan juga telah menjamur diberbagai wilayah di Indonesia. Warga pun mejadi tergiur karen a diiming-imingi harga yang lumayan mahal. Namun, tidak sedikit warga yang sebenarnya tidak mau tanahnya dijual tetapi mereka harus merelakan dengan rasa terpaksa.
LATHIFATU L HIDAYAH
Cerpen “Tahi lalat” karya M. Shoim Anwar menceritakan adanya tahi lalat di dada istri pak lurah. berita sudah tersebar di Desa bahwa adanya tahi lalat di dada istri pak lurah, bahkan adanya tahi lalat tersebut belum terbuktikan ada. sosok istri pak luraha yang digambarkan dengan berparas cantik nan putih menjadi sorotan tersendiri jika ada tahi lalat di dadanya. warga yang membicaran tahi lalat sendiri belum pernah mengetahuinya. berita ini juga mempunyai topik lain yaitu pak lurah yang akan mencalonkan kembali pada pilihan lurah.
gaya bahasa personifikasi yang dituntukan pada kaliat “Debu-debunya membalutnya”, “Kabar yang tersebar di tempat kami”.
makna dari cerpen tersebut yaitu pemimpin yang mempunyai istri yang berparas cantik yang mempunyai tahi lalat di dadanya sehingga menjadi sorotan tersendiri untuk warganya, ia bahkan menjadi korban dari warga . janji-janji selama pak lurah menjabat banyak yang tidak ditepati malah ia meembuat proyek perumahan dan sebagian warga dihasut untuk menjual sawahnya untuk dijadikan perumahan.
Tita Rohmawati
Dalam cerpen yang berjudul Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar, Pada cerpen ini menceritakan tentang yakni mengenai tahi lalat di dada istri lurah, dan cerpen tersebut yakni istri lurah yang memiliki hubungan khusus dengan orang lain. Didalam pemikiran saya bahwa saat ingin menjabat sebagai pejabat desa harus yang amanah dan tidak berdusta kepada masyarakatnya maka dari itu merupakan kegiatan tercela yang tidak mencerminkan sebagai seorang pemimpin. Dan jika ingin mempertahankan jabatan yang dimilikinya harus memiliki riwayat memimpin yang terbuka dan tidak ada dusta. Agar desa tersebut berkembang lebih baik lagi.
Cerpen ini sebenarnya menggambarkan kondisi masyarakat, khususnya dalam hal politik. Dimana masih banyak sekali kecurangan, ketidakadilan, kerusakan yang justru diberikan oleh para pemimpin.
Dalam penulis memberikan pesan yang dituangkan dalam cerpen ini untuk para pemimpin sesuatu yang tidak mudah. Bahkan dalam agama Islam pun, Rasulullah mengingatkan kepada para pemimpin yang tidak amanah, maka ia tak akan mencium surga.
Untuk yang kedua, tentang simbol yang sangat menarik bagi pembaca Pasti kalian pertama kali membaca judul tersebut terheran-heran, apa sih yang dimaksud penulis tentang tahi lalat tersebut. Bagi saya, penulis cerpen “Tahi Lalat” ini menyimbolkan bahwa adanya sebuah aib yang sudah tercium oleh masyarakat umum. Terjadi pada cerpen ini yaitu aib seorang istri lurah yang memiliki tahi lalat di dadanya. Dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu aib yang disembunyikan pasti akan tercium baunya dan rasanya.
Muhammad Rafi Aslam
Cerpen Tahi Lalat karya M Shoim Anwar memiliki pesan bahwa seorang lurah atau kepala desa harus dapat menjalankan amanah yang telah diberikan kepadanya. Tidak hanya mengumbar janji-janji palsu saat kampanye. Namun juga, mewujudkan janji yang telah ia berikan pada masyarakat.
Seorang kepala desa juga harus mementingkan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadinya. Tidak seperti yang ada pada cerpen Tahi Lalat, dimana lurah tersebut lebih mementingkan urusannya dengan pengembang perumahan mewah daripada memperbaiki jalanan yang rusak parah.
Sebaiknya seorang lurah juga harus lebih memikirkan keadaan sosial ekonomi masyarakat kedepannya. Tidak hanya asal dapat pekerjaan untuk masyarakat, namun juga mendapat pekerjaan yang lebih terjamin. Sedangkan pada cerpen tersebut, Pak Lurah hanya berpikir bahwa masyarakat akan mendapatkan pekerjaan bila ada perumahan mewah di daerahnya.
Selain itu, setiap warga juga seharusnya menggunakan hak pilihnya dalam memilih lurah tersebut. Karena pada cerpen tersebut, tokoh Aku tidak menggunakan hak pilihnya dalam memilih lurah, sehingga tidak mendapatkan lurah yang terbaik bagi masyarakat.
Pesan yang paling jelas dan dapat ditangkap langsung dari cerpen tersebut ialah berita atau isu jelek dari seorang yang terkenal atau memiliki pengaruh besar akan lebih cepat menyebar luas di lingkungan masyarakat, bahkan hingga terdengar pada anak kecil sekaligus.
Sukis Setiowati
Cerpen tersebut mengambil judul Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah, tetapi dalam cerpen tersebut pengarang lebih mengarahkan ceritanya mengenai masa kepemimpinan Pak Lurah dalam menjabat sebagai Lurah di desanya. Sedangkan hanya beberapa kutipan yang menyangkut tentang isu tahi lalat di dada istri Pak Lurah dan permasalahan rumah tangga Pak Lurah. Isu tersebut dengan sangat cepat menyebar padahal masih belum tentu kebenarannya. Pak Lurah tidak pernah berkomentar mengenai pembicaraan yang menyangkut istrinya tersebut. Pak lurah dalam cerpen tersebut tidak pernah memerdulikan masyarakatnya, seperti dalam dialog “Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu”. Pada masa kepemimpinannya Pak lurah sering sekali menggunakan cara yang tidak baik dalam menjalankan tugasnya tersebut. Selain itu, Pak Lurah juga telah berjanji manis kepada masyarakatnya namun tidak pernah ditepati, seperti dalam dialog “Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.”. Sikap yang yang dilakukan oleh Pak Lurah ini sangat merugikan masyarakat. Seharusnya sebagai pemimpin itu bisa menjadi panutan yang baik dan mampu menciptakan kemakmuran dalam lingkungannya, bukan membuat kehidupan masyarakatnya semakin memburuk dan memperlakukan masyarakatnya seenaknya, seperti dalam dialog “Bilang sama Pak Lurah,” aku melanjutkan, “mestinya kehidupan kami diperbaiki agar makmur. Diciptakan lapangan kerja baru. Bukan mengancam agar rakyat menjual tanahnya kayak kompeni.”
Dalam rumah tangga Pak Lurah juga mengalami permasalahan seperti kecurigaan yang dialami Pak Lurah terhadap istinya. Pak Lurah mencurigai istrinya tersebut telah menghianati cintanya selama ini, hingga akhirnya Pak Lurah menceraikan istinya. Tak lama kemudian Pak Lurah menikah kembali dengan wanita yang jauh lebih muda dari dirinya.
Kelebihan pada cerpen ini yaitu menggunakan kalimat yang mudah untuk dipahami dan ceritanya sangat menarik untuk dibaca. Ada beberapa penggunaan gaya bahasa yang memperindah cerpen tersebut.
Titania Arsianul Fitri
Kritik Esai Cerpen “Tahi Lalat”
Cerpen yang berjudul “Tahi Lalat” merupakan karya M. Shoim Anwar. Beliau sudah banyak mengarang sebuah cerpen dan puisi. Cerpen “Tahi Lalat” menceritakan kehidupan yang ada di masyarakat dan terdapat seorang lurah, seorang lurah yang diceritakan dalam cerpen mempunyai istri yang memilki tahi lalat di dada. Istri pak lurah sering dibicarakan masyarakat sekitarnya mengenai tahi lalat yang berada di dadanya. Pak lurah dengan istrinya sebagai kepala desa tetapi tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik banyak janji-janji yang tidak ditepati sehingga banyak warga disekitarnya kecewa.
Pak lurah memilih diam ketika ada pembicaraan menyangkut istrinya, yang dilakukan pak lurah agar saat pencalonan menjadi lurah kembali berjalan lancar dan berita yang tersebar hilang dengan sendirinya. Pak lurah selama menjabat dia juga melakukan banyak hal kotor sehingga banyak warganya yang kehilangan sawah ladang dengan berganti menjadi perumahan mewah.
Relevansi cerita pendek “Tahi Lalat” dengan kehidupan saat ini adalah adanya seorang pemimpin atau lurah pada saat mencalonkan mempunyai janji-janji yang diberikan dan saat menjadi lurah tidak menepati janjinya sehingga banyak warga yang kecewa atas tindakannya.
Pesan moral yang dapat dipetik dari cerpen tersebut bahwa seorang pemimpin ataupun lurah harusnya mempunyai tanggung jawab kepada warga dengan melakukan pekerjaannya dengan baik, tidak memanfaatkan jabatan untuk memenuhi kepentingan pribadi, selain itu harus lebih memperhatikan warganya.
Cerpen yang diceritakan memiliki cerita yang menarik untuk dibaca, mudah dipahami, pemilihan judul yang membuat pembaca akan pensaran tentang isi cerita dan didalamnya mengenai kehidupan sehari-hari yang ada dalam masyarakat.
DYANIKA PUTRI FITRIZA SUPRONO .
Dyanika putri Fitriza Suprono 175200071 2017B
Kali ini saya akan mengkritiksi tentang cerpen. Pada cerpen karya M. Shoim Anwar kini yang berjudul “Tahi Lalat”. Cerpen ini mengisahkan tentang keberadaan tahi lalat di dada bu Lurah yang menjadi bahan gunjiangan banyak warga melihat pak lurah sanggat di segani dan sangat dicurigai sebagai koruptor. Bahkan, seluk-beluk dunia kepolitikan dan kehidupan pak Lurah pun tak luput dari bahan gunjingan warga.
Sudut pandang tokoh aku dalam cerpen tersebut menjadi orang pertama sampingan menyimbolkan sebagai pembaca. Isi hati pembaca merasakan terwakilkan oleh adanya tokoh aku dalam cerita. Tahi lalat yang dibicarakan dalam cerpen tersebut ada makna simboliknya, yaitu tanda keberuntungan. Apabila, posisi tahi lalat terletak di dada berarti menandakan seseorang yang bersifat ambisius dan dapat mengharapkan hal-hal besar terjadi dalam hidup.
Kelebihan cerpen ini, membawa si pembaca dapat menikmati kisahnya secara nyata. Seolah-olah, pembaca juga ikut terbawa suasana di dalam cerita tersebut. Kekurangannya dalam cerpen itu, kurang kejelasan dalam tamatnya cerpen, pengarang membuat tamat ceritanya menjadi gantung. Dalam cerpen tersebut sudah jelas ingin mencari bukti keberadaan tahi lalatnya bu Lurah dan siapa orang yang menyatakan tentang tahi lalat itu. Seharusnya, ada lanjutan cerita agar pembaca tidak bertanya-tanya.
Maria Desi L. Ganis
KRITIK DAN ESAI CERPEN “TAHI LALAT” KARYA M. SHOIM ANWAR
Oleh Maria Desi L Ganis April 10, 2021
Kritik dan Esai Cerpen“Tahi Lalat” Karya M. Shoim Anwar
Cerpen “Tahi Lalat” merupakan salah satu karya dari M. Shoim Anwar, seorang sastrawan sekaligus dosen. M. Shoim Anwar lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur. M. Shoim Anwar telah banyak menulis cerpen, novel, esei, dan puisi di berbagai media. Menurut KBBI cerita pendek adalah cerita yang isinya kurang dari 10.000 kata dan ceritanya berkonsentrasi pada satu tokoh dalam cerita.
Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen “Tahi Lalat” mudah untuk dipahami, penulis banyak menjelaskan gambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci oleh sebab itu cerpen “Tahi Lalat” memiliki jalan cerita yang sangat menarik.
Dalam cerpen tersebut, tahi lalat disimbolkan sebagai suatu tanda lahir, atau sesuatu yang dianggap membuat seorang perempuan terlihat lebih manis. Terletak di seluruh tubuh terkadang membuat tahi lalat menjadi hal yang tidak boleh dikatakan jika terletak pada bagian tubuh tertentu dari seorang perempuan. Dalam cerpen “Tahi Lalat”, sosok istri Pak Lurah yang sering dibicarakan warga tidak pernah muncul secara langsung hanya sebatas warga saja yang menceritakan, begitu pula sosok Pak Lurah yang digambarkan tidak perduli sebagai seorang pemimpin juga tidak pernah muncul secara langsung dalam dialog.
Dalam cerpen “Tahi Lalat” ditemukan juga beberapa gaya bahasa seperti personifikasi yang tertuang dalam kalimat “Debu-debu membalutnya”, “Kabar yang tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah”. Kemudian ada juga gaya bahasa perumpamaan yang tertuang dalam kalimat “Katanya sebesar biji randu”.
Makna dari cerpen Tahi Lalat, yaitu masyarakat yang suka membicarakan dan menghina pimpinan mereka karena mereka menganggap pimpinan mereka tidak bertanggung jawab dan tidak perduli, bahkan istri dari pimpinan tersebut yang tidak tahu menahu ikut menjadi korban gunjingan masyarakat dan menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya.
Anisara
NAMA : ANISYA RAHMAWATI
NIM : 175200048
ESAI
1. Penceritaan “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah”
Cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” karya M. Shoim Anwar, mengisahkan kehidupan masyarakat saat ini yang kadang kali menggunjing kesalahan orang lain dan berbicara kejelekan orang lain dibelakang. Tidak bisa dipungkiri kesalahan sedikit saja menjadi bahan omongan tetangga walaupun fakta yang disuguhkan tidak selalu benar, yang dianggap sebagai perilaku buruk. Konon terhembus kabar yang awal mula disinyalir dari oknum Bakrul dan membisikan kabar kurang mengenakkan didengar saat pemilihan lurah akan diselenggarakan, tentu kabar ini menjadi polemik bagi Lurah dan istrinya yang menjadi sasaran. Hal ini nampak pada pernyataan.
“Awas , ini rahasia jangan bilang siapa-siapa,” kata Bakrul memulai pembicaraan sambil mendekatkan telunjuknya ke mulut.
“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.
“Besar?”
“Katanya sebesar biji randu,”
Mungkin karena keberadaannya sudah lebih jelas, akhirnya orang-orang saling memberi kode ketika berpapasan. Bila mereka sedang bergerombol, dan salah satu sudah memberi kode, yang lain mengacungkan jempolnya sebagai tanda mengerti. Bagi yang kurang yakin, pertanyaan akan langsung diteriakkan saat aku lewat.
Dari kutipan tersebut menggambarkan bahwa Bakrul ini telah memberikan omongan kepada warga sekitar perihal keberadaan Tahi Lalat walaupun terlihat samar namun Bakrul telah menyebarkan isu yang tidak sedap membuat warga sekitar mulai bertanya-tanya. Padahal kabar ini belum tentu benar adanya tetapi warga sudah terlanjur percaya, jadi sebaiknya sebelum mendengarkan kabar kita juga menelisik kebenarannya.
Adapula, selama pemerintah Pak Lurah selalu bertindak semena-mena. Semenjak, masa jabatannya dia mengikari janjinya sebagai kepala daerah kepada masyarakat setempat padahal ia sebelumnya berjanji akan memperjuangkan aspirasi masyarakat. Di dalam cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” memiliki karakter yang dinamakan Aku yang diibaratkan tahu segalanya tentang seluk beluk perpolitikan Pak Lurah seiring kabar ada yang mengetahui tahi lalat di istri kabar buruk lainnya juga bermunculan sehingga memantik pergunjingan, dari kinerja Lurah dari awal kampanye selalu mengumbar ribuan janji kepada masyarakat sehingga ada yang terlena untuk memilihnya sampai pada masa jabatannya muncul tanduk kebengisan dari Lurah tersebut mulai dari yang senjaga menghilangkan sawah ladang yang dimiliki penduduk tergantikan oleh perumahan mewah. Hal ini nampak pernyataan kutipan sebagai berikut.
“Kalau tidak mau menjual, akan dipagari oleh pengembang perumahan,” begitulah kata-kata intimidasi yang sering dilontarkan Pak Bayan kepada warga.
“Lama-lama desa ini habis terjual,” kataku pada Pak Bayan.
“Habis gimana?” jawab Pak Bayan enteng.
“Bilang sama Pak Lurah,” aku melanjutkan, “mestinya kehidupan kami diperbaiki agar makmur. Diciptakan lapangan kerja baru. Bukan mengancam agar rakyat menjual tanahnya kayak kompeni.
Dari kutipan tersebut menjelaskan Lurah ini dengan entengnya menjual sawah dan ladang yang digunakan oleh masyarakat, bila hal itu terjadi maka tidak mungkin desa itu akan terjual semua oleh ulah si Lurah yang agak picik dia mengikari janjinya untuk menyejahterakan masyarakat. Tentu hal semena-mena ini bisa menindas masyarakat secara tidak langsung karena tidak amanah sebagai pemimpin.
B. HUBUNGAN CERPEN “TAHI LALAT di DADA ISTRI PAK LURAH” DENGAN MASYARAKAT
Cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” menyuguhkan kisah yang ditokohkan oleh tokoh Aku yang serba tahu, Laela adalah anak seorang tetangga yang menggambar tahi lalat di dada yang memantik pertanyaan bagi, Lurah dan Istrinnya. Konon awal mulanya dari gosip Bakrul yang menyebarkan isu kurang enak didengar bila ada Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah di seantero kampung, terlihat isu yang dibawa merupakan hal sensitif sehingga banyak warga yang menanyakan bahkan ada yang bergunjing dibelakang. Dilihat dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa di sekeliling kita masih banyak orang yang mempercayai kabar angin yang belum dikatakan valid. Mengkaji dari penceritaan “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” bahwa cerpen ini memiliki dengan relevansi masyarakat karena begitu erat dengan persoalan hidup dari ketidakadilan pemimpin yang hanya memanfaatkan suara rakyat dan tidak memperdulikan kesejahteraannya
Terlihat sekali bahwa cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” sangat melekat dengan kehidupan nyata. Pada bagian menggunjingkan kehidupan orang lain seperti yang dilakukan Bakrul kepada masyarakat sekitar ibaratnya seperti makanan sehari-hari bagi tetangga sekitar walaupun hal ini buruk namun seperti sulit untuk dihilangkan dan tabiat tersebut merupakan perilaku yang tidak elok terhadap orang yang digosipkan. Berikut ini kutipan yang dapat ditunjukkan berikut ini.
“Ada tahi lalat di dada istri Pak Lurah. Itu kabar yang tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah. Lembut tapi pasti. Mungkin orang-orang masih sungkan untuk mengatakannya secara terbuka. Mereka menyampaikan kabar itu dengan suara pelan, mendekatkan mulut ke telinga pendengar, sementara yang lain memasang telinga lebih dekat ke mulut orang yang sedang berbicara. Mereka manggut-manggut, tersenyum sambil membuat kode gerakan menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada sendiri, sebagai pertanda telah mengerti.“
Dilihat dari kutipan diatas memaparkan Pak Lurah menjadi sasaran empuk bagi oknum yang tidak bertanggung jawab karena telah menyebar hoaks dan dijadikan bahan gunjingan. Ditinjau dari cerpennya melihatkan oknum yang merasa diuntungkan dia senang karena kabar anginnya telah menjadi gosip bagi tetangga sekitar, ironis memang ada yang menyinggung tahi lalat di dada bu Lurah, yang merupakan hal sensitif yang dibicarakan bila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat, pergunjingan adalah hal yang tidak terpuji, karena masyarakat bisa saja menelan mentah-mentah kabar angin tersebut dan kabar itu tidak ditelisik kebenarannya. Berita Tahi Lalat di Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah seakan jadi primadona di kampungnya karena selalu dibicarakan di tengah kerumunan, seperti warung, pos, bahkan yang memantiuk keramaian
Mereka juga membicarakan kabar lain yang kurang sedap yaitu mengenai masa pemerintahan Pak Lurah yang menjadi gunjingan oleh orang yang kurang menyukainya dan memberikan bumbuan, terlihat menyelekit namun memang kegiatan menggunjing seperti menjadi kebiasaan masyarakat. Orang yang tinggal di kawasan tersebut berkomentar bahwa selama masa jabatan berlangsung Pak Lurah tidak bersikap adil karena merasa penduduk tidak memperdulikannya dan masyarakat hanya menganggap sebagai omong kosong dan sekadar janji yang tidak kunjung didengarkan. Berikut ini kutipan cerpennya.
“Jujur kukatakan, Pak Lurah juga sering menggunakan cara-cara kotor. Selama menjabat, tidak sedikit warga yang kehilangan sawah ladang dan berganti dengan perumahan mewah. Warga yang tinggal di tempat strategis, melalui perangkat desa Pak Bayan, dirayu untuk menjual tanahnya dengan harga yang lumayan mahal. Begitu tanah-tanah yang strategis itu terlepas dari pemiliknya, Pak Lurah semakin gencar membujuk yang lain dengan cara memanggilnya ke kantor kelurahan.”
Benar adanya memang bila ditelisik dengan relevansi kehidupan masyarakat saat ini banyak yang mengutarakan pendapat bahwa ada pejabat yang memikirkan golongannya dan berlaku sesukanya seperti diktator seakan masyarakat hanya dianggap sebagai penyumbang suara belaka dan mulai beranggapan bahwa ada kecurangan yang terjadi hanya untuk menguntungkan dirinya, hal itu semakin membuat masyarakat geram akan kelakuannya pemantik itu yang menjadi pedoman masyarakat melihat pemerintah tidak adil. Banyak yang menganggap pejabat mencalonkan hanya mendapatkan suara terbanyak dan menabur ribuan janji sehingga ada yang memilihnya namun ada yang sepenuhnya begitu.
Polemik yang sedang naik daun ternyata seorang anak ikut terseret atas pergunjingan masalah orang tua, mereka seperti tidak melihat situasi dan kondisi atas masalah dalam ranah dewasa, seperti halnya Laela yang menggambarkan dari hasil yang digunjingkan orang dewasa mungkin dia tidak paham namun sebagai orang dewasa yang bijak akan terasa tabu, tentu hal ini menjadi permasalahan yang cukup serius bagi segenap orang tua karena seorang anak akan melihat situasi sekitar yang membuatnya menarik daya pikat sehingga dia menggambarkan apa yang dia belum sepenuhnya paham maksudnya, namun seperti dewasa akan peka akan artinya. Tanpa disadari hal ini sebagai orang yang disekitar sebaiknya tidak sembarangan menggunjingkan topik tabu di hadapan anak-anak. Berikut ini kutipan yang menggambarkan sebagai berikut.
“Anak perempuanku, kelas dua sekolah dasar, menggambar orang dengan rambut sepundak.
Wajah dan tubuhnya diberi warna cokelat kekuningan. Bibirnya dibuat merah menyala.
“Ini orang laki apa perempuan?”
“Perempuan,” ia menunjuk ke gambarnya. Dada gambar itu memang dibuat kayak ada belahannya dengan disanggah angka tiga menghadap ke atas.
“Terus titik besar berwarna hitam ini apa?”
“Itu tahi lalat,” jawab anakku enteng.
“Tahi lalat apa?”
“Tahi lalat di dada istri Pak Lurah.”
Bila direlevansikan di kehidupan saat ini, sebagai orang dewasa atau orang tua bila ada pembicaaran yang tidak sepantasnya diobrolkan di depan anak-anak jangan pernah dibicarakan karena anak akan berupaya merekam jejak pemikiran orang dewasa bila tidak dikontrol oleh orang tuanya sendiri sedari dini.
C. MAKNA
Dalam cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” tergambar dengan jelas bahwa Tahi Lalat merupakan pergunjingan masyarakat setempat dikala akan diselenggarakan pemilu dan Pak Lurah yang menjabat akan mencalonkan kembali, namun tersiar kabar kurang sedap yang berawal dari Bakrul yang membisikan kabar tersebut. Masyarakat sudah terlanjur percaya mereka membumbui dengan segenap masa kepempimpinan yang dirasa kurang adil seperti ladang dan sawah yang lambat laun dijadikan perumahan, si Lurah itu mengutarakan pembicaraan yang seakan mengutungkan dirinya sendiri waktu kampanye dulu seperti membuat janji, namun yang menjadi perhatian terletak pada simbol cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” dikarenakan jadi bahan gunjingan bahkan sang istri pun ikut terseret perihal Tahi Lalat yang terkesan tabu dipergunjingkan oleh khalayak ramai, masyarakat sekitar semakin gencar menambahkan kabar miring contohnya masalah menjadi istri kedua yang menjadi pemicu retaknya hubungan Lurah dengan istri pertama sehingga permasalahan semakin runyam karena anak sekecil Laela turut serta mendengarkan pembicaraan orang dewasa dan menunjukkan gambar perempuan bertahi lalat di dada yang sebenarnya anak sekecil itu masih dalam kontrol orang tuanya. Sungguh cerita ini mengandung pesan moral yang mendalam dengan mengambil permasalahan masyarakat di sekelilingnya dipadu dengan unusr politik.
D. KRITIK
Berdasarkan cerpen “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” karya M. Shoim Anwar ini mengangkat cerita yang kejadian yang kerap terjadi di sekitar masyarakat dan penuh sarat moral yang tertuang bila kita sebagai pembaca menelaah keseluruhan ceritanya. Untuk kelebihannya, cerpen tersebut dari segi bahasa mudah dipahami menjadikan kita belajar agar menahan diri untuk tidak menggunjing seseorang dan disini ada unsur politik yang semakin menarik. Kekurangannya, dari segi cerita yang belum sepenuhnya membahas tahi lalat di dada istri pak Lurah hanya beberapa cuplikan saja namun lebih memfokuskan ketidakadilan Lurah selama masa jabatannya alangkah baiknya cerita itu hanya ditujukan ke permasalahan tahi lalat di dada istri pak Lurah tidak melebar kemana-mana.
bagainterakhir
Kritik dan Esai Cerpen “Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup” Karya M. Shoim Anwar
Dalam cerpen “Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup”, menceritakan seorang tokoh bernama Gus Usup yang dihormati dan disegani oleh masyarakat di sekitarnya. Gus Usup digambarkan sebagai seseorang yang baik dan ramah. Dalam cerpen tersebut juga di gambarkan bahwa masyarakat menganggap apa saja yang ada pada diri Gus Usup merupakan sesuatu yang luar biasa. Hal ini ditunjukkan dengan batu akik bermotif sisik naga yang dipakai oleh Gus Usup. Penggambaran kehidupan dalam cerpen “Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup” terjadi dalam kehidupan manusia saat ini. Masyarakat masih banyak yang mempercayai hal-hal magis atau supranatural dalam sebuah benda. Seiring berjalannya waktu, kepercayaan semacam ini bahkan masih hidup hingga kini. Kita dapat melihat, saat ini masih banyak orang percaya batu cincin ataupun benda jimat lainnya dapat memberi berbagai khasiat, mulai dari kekebalan, kegagahan, hingga ketampanan.
Cerpen “Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup”, ceritanya mudah untuk dipahami dan alur yang digunakan juga jelas. Cerpen tersebut memiliki amanat bahwa kesukaan untuk memiliki sebuah benda boleh tapi jika itu untuk hiasan atau karena rasa suka saja tapi jangan gunakan itu sebagai kepercayaan yang terlalu berlebihan.
Nailatul Rifdah
Cerpen ini mengandung nilai moral masyarakat yang sangat tinggi. Dalam ceritanya terdapat hal-hal yang sangat sering terjadi di kehidupan nyata yakni pada cerita warga yang kerap menggunjing dan mencari tahu kehidupan lurahnya. Pada cerpen ini terdapat gunjingan terhadap istri pak lurah yang memiliki tahi lalat di dada sebelah kirinya, padahal hal tersebut masih belum jelas kebenarannya namun gosipnya sudah tersebar luas. Hal ini juga sering terjadi pada masyarakat umum. Bahkan sudah menjadi kebiasaan beberapa orang yang menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya.
Cerpen ini menggambarkan bagaimana cara kerja berita hoax. Berita hoax begitu cepat menyebar karena orang-orang zaman sekarang terlalu tergesa-gesa dalam menceritakan hal-hal yang bahkan dirinya sendiri belum mengetahui kebenarannya. Seakan masyarakat haus informasi dan haus bahan gunjingan.
Selain itu cerita ini juga mengangkat unsur politik yang mana menunjukkan perbuatan pak lurah yang semena-mena terhadap warganya dan ingkar atas janji-janjinya saat kampanye. Jika dilihat pada kehidupan nyata, hal ini sangat kerap terjadi, karena kebanyakan penguasa menggunakan kekuasaannya untuk berbuat sesukanya demi untuk mendapatkan apa yang diinginkan meski harus menindas masyarakat kecil, serta janji-janji saat kampanye hanya dijadikan sebagai pemanis saat pencalonan jabatan.
Cerpen ini sangat berbeda dengan cerpen lain, letak perbedaan yang paling menonjol yakni dalam cerpen tersebut berani mengulas tentang pejabat yang rata-rata jika sudah menjadi pemimpin lupa akan janji-janjinya saat pilkada, serta berani menyindir para pejabat yang seenaknya sendiri terhadap warga dan lingkungannya. Kemudian di masukkan lagi unsur masyarakat yang kerap kali menggunjing dan tentu saja hal ini sudah sangat terbiasa terjadi dalam kehidupan nyata.
Cerpen ini juga menceritakan tentang kelalaian orang tua terhadap anaknya. Dalam ceritanya diceritakan jika tokoh “Aku” sibuk menggunjing kesana kemari tentang tahi lalat di dada istri pak lurah, sehingga tidak menyadari bahwa anaknya sendiri menangkap informasi tersebut dengan jelas dan menuangkan informasi yang didapat dalam sebuah gambar wanita yang memiliki tahi lalat di dada sebelah kirinya.
Amanat yang dapat saya ambil dari cerpen ini yakni sebagai lurah sebaiknya berlaku adil dan tidak berbuat curang, serta sebaiknya menepati janji-janji yang telah diucapkan saat kampanye.
Robby rizqi bariki
Cerpen “Tahi Lalat” karya M. Shoim Anwar menggambarkan tentang sosok pejabat desa dengan permainan politiknya melakukan sebuah kecurangn terhadap warga desa dan memaksa agar tanah yang mereka miliki segera dijual kepadaya untuk dijadikan perumahan. didalam kehidupan nyata, cerita ini sangat relevan didalam kehidupan saat in bahwa banyak sekali tokoh yang semacam pak lurah seperti dalam cerpen “tahi lalat” yang melakukan sebuah kecurangan dengan memperdaya warga lemah untuk perdaya agar aset yangmereka miliki jatuh ke tangannya.
Tak kalah dengan pak lurah, bu lurah dalam cerpen ini juga sangat disoroti. Karena didalam ceritanya Bu lurah ini memiliki sebuah tahi lalat yang ada di dadanya. Sontak warga yang mendengar pernyataan itupun membahasnya. Cerpen ini sangat banyak menyinggung adanya permainan politik. Seperti halnya pak lurah yang sebelum ia mencalonkan sebagai kepala desa, ia menjanjikan berbagai macam agenda demi memakmurkan desanya akan tetapi setelah ia terpilih macam agenda tersebut tidak ia jalankan dan malah memperdaya masyarakatnya sendiri. Bukankan hal tersebut adalah sebuah ingkar janji! Hal itu sangat seringkali terjadi bahkan seringkali juga kita temui bahkan di desa kita sendiri.
Dalam cerpen sebuah judul yang unik adalah komponen yang sangat penting guna menarik minat pembaca agar membaca karya tersebut, dan menurut saya judul tersebut sangatlah unik. Disamping pembaca ingin tahu sebenarnya tahu lalat apayang dimaksud dalam cerpen ini, ia juga mengetahui sisi sebenarnya yang terkandung dalam cerita ini. cerpen “tahi lalat” juga terdapat pesan moral di mana sebuah keburukan walaupun ditutupi sedemikian rupa pasti akan tercium juga. Seperti yang digambarkan dalam cerpen tersebut bahwa aib dari pak lurah yang disimbolkan pada tahi lalat yang berada pada dada istrinya tersebut menjadi konsumsi publik atau perbincangan masyarakat.
Menurut saya cerpen ini memiliki kelebihan pada judulnya. Apalagi kalau sudah masuk didalam ceritanya yang ternyata tahi lalat itu ada dalam dada istri pak lurah. Tentunya pembaca akan sangat tetrtarik untuk membacanya lebih lanjut. Dan untuk kekurangannya menurut saya terletak pada tokoh-tokohnya seperti tokoh aku yang kurang jelas bahwa siapakah tokoh aku ini yang sebenarnya.
Luthfiyah anggraini
Cerpen ini memiliki alur cerita tentang sebuah kehidupn seorang manusia yang memiliki jabatan di sebuah desa, tidak hanya itu cerpen juga berisi permasalahan seorang lurah dengan istrinya. Istri lurah menjadi topic perbincangan diantara warga. Pak lurah biasanya menggunakan cara yang licik dan jahat dalam mengambil sebuah kebijkan contohnya tanah warga yang sedikit demi sedikit dikurangi luas lahannya. Dengan istri pertamanya pak lurah akhirnya bercerai dan menikah lagi dengan seseorang yang muda dan cantik. Pak lurah mengambil tnah arga sengaja untuk membangun gedungan dan perumahan yang elite.
Selain menceritakan seorang lurah yang buruk perilakunya, cerpen inni juga menceritakan tentang keberadaan tahi lalat yang berada di dada istri pak lurah. Penulis mengisahkan keberadaan tahi lalat di dada istri pak lurah adalah sebuah pesan bahwa pemimpin tersebut memiliki sikap yang tidak benar dan menggunakan cara kotor untuk mencari keuntungan pribadi.
Hubungan cerpen ini dengan kehidupan nyata adalah ketika di sebuah desa atau lingkungan tersiart kabar buruk tentang seseorang, kabar tersebut akan dengan mudah dan cepatnya tersebar ke seluruh wilayah desa tersebut, tak hanya itu pejabat yang juga memiliki kewenangan di beberapa daerah kenyataannya juga masih banyak yang menggunakan cara-cara kotor untuk meraih keuntungan pribadi, maka tidak heran kalau banyak pejabat yang terjerat kasus korupsi.
Amanat dari cerpen ini yang dapat kita ambil hikmahnya adalah ketika menjadi seorang pemimpin atau pejabat maka hendaknya kita menjadi pribadi yang jujur dan amanah agar segala apa yang kita kerjakan dan lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Sekecil apapun hal jelek yang kita lakukan maka akan tercium juga bau busuknya tak hanya itu pesan kedua dari cerpen ini adalah jangan mudah menggunjing seseorang dan ikut menfitnah seseorang.
Kelebihan cerpen ini adalah bahasaya mudah dipahami dan memiliki pesan yang sangat bermanfaat.
Ira Hartiningtyas
Tahi Lalat
Bisa dibaca di https://lakonhidup.com/2017/02/19/tahi-lalat/
Sinopsis:
Cerpen tersebut mengisahkan seorang bu lurah yang di dadanya terdapat tahi lalat. Hal itu yang menyebabkan Bu lurah digunjing oleh masyarakat setiap hari. Meski mengetahui itu semua, Pak lurah dan istrinya hanya terdiam. Mereka diam karena ingin masyarkat memilihnya pada saat pencalonan lurah baru. Namun, hingga akhir cerita tidak ada yang tahu pasti apakah tahi lalat itu benar-benar ada atau tidak.
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam memandang dan mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan dan luapan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk imaginasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. (Wiyatmi, 2006:82).
Cerpen Tahi Lalat tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kehiduapan M. Shoim Anwar. Shoim Anwar lahir di Desa Sombong Dukuh, Jombang, Jawa Timur. Ia adalah dosen dan penulis serba bisa. Banyak cerpen, puisi, novel, dan buku yang ditulis oleh beliau. Beberapa diantaranya adalah Oknum (1992), Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup (2016), Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah (2004), dan masih banyak lagi.
M. Shoim Anwar adalah sosok yang enerjik dan kreatif. Semua karya tulisnya dalam bentuk beberapa dimensi. Beberapa puisi beliau adalah sindirian untuk pejabat negara. Sedangkan novelnya biasanya menceritakan tentang hal-hal yang dewasa, seperti cerpen Tahi Lalat dan Sepatu Jinjit Ariyanti
Luthfia Dzakia
Cerpen “Tahi Lalat”
Karya M. Shoim Anwar
Semua karya sastra mulai dari puisi hingga novel pasti memiliki daya Tarik masing-masing. Setiap penulis juga memiliki karakteristiknya masing-masing. Pada cerpen “Tahi Lalat” Karya M. Shoim Anwar ini memiliki latar belakang kehidupan di masyarakat. Cerpen ini lebih menojolkan gambaran mengenai masyarakat yang berada di pedesaan. Di dalam cerpen tersebut terdapat tokoh “Aku” dimana ia digambarkan sebagai sosok istri Lurah yang menginginkan kekuasaan. Beberapa warga di desa itu membuat sebuah omongan bahwasannya di dada istri Lurah itu terdapat sebuah tahi lalat. Hal ini membuat para lelaki di des aitu penasaran dengan omongan tersebut. Tidak hanya itu, istri Lurah juga dikabarkan sebagai perempuan yang kurang baik, hal ini dikarenakan bos proyek pembangunan di des aitu terlihat sering mendatangi istri Lurah pada saat Pak Lurah tidak ada di rumah.
Namun perkataan atau isu tidak semua benar. Masyarakat yang terlalu memandang sebelah mata saja, mereka tidak tau kebenaran yang ada dan hanya menganggap apa yang dilihat dan didengarlah yang benar. Isu tersebut semakin ramai karena bu lurah merupakan istri kedua dari Pak Lurah.
Di akhir cerpen pada saat tokoh “Aku” ini pulang ditunjukkan sebuah lukisan dengan gambar seorang perempuan berkulit sawo matang dengan tahi lalat yang ada di dada oleh anaknya. Tokoh “Aku” bterkejut sebab perempuan pada lukisan tersebut ternyata adalah istri pak Lurah, namun parahnya isu yang beredar itu sampai diketahui oleh anak kecil.
Di dalam cerpen “Tahi Lalat” ini istri lurah lebih banyak disorot ketimbang pak lurah. Padahal seharusnya pak lurah juga lebih disorot terkait kinerjanya sebagai penguasa atau pemimpin desa tersebut dimana ia masih sering ingkar janji dan menyalahgunakan kekuasaan yang dia punya. Sebagai pembaca saya memiliki pendapat bahwa cerita ini memiliki keanehan dimana, isu tentang istri lurah lebih diangkat dibandingkan dengan kinerja Pak Lurah selama ini yang lebih terlihat seperti sedang disembunyikan. Namun apapun rahasianya mau besar atau kecil pasti suatu saat akan terbongkar.
Cerpen “Tahi Lalat” ini membuat pembaca tertarik dikarenakan memiliki perumpamaan yang disuguhkan membuat pembaca semakin penasaran dengan isi cerpen. Cerpen “Tahi Lalat” ini memiliki kesinambungan dengan kehidupan masyarakat saat ini dimana, kebusukan atau ketidakbaikan seseorang lebih sering ditutupi dengan isu-isu yang belum tentu benar. Penyampaian pesan pada cerpen ini mudah dipahami karena penulis menggunakan bahasa yang ringan dan tidak berbelit serta terdapat symbol-simbol yang mudah dimengerti. Alur ceritanya runtun tidak berantakan membuat pembaca nyaman pada saat membaca cerpen tersebut. Kekurangan dari cerpen ini adalah, identitas tokoh yang terlalu samar sehingga membuat pembaca sedikit sulit memahami. Kelebihannya, penulis dapat mengemas pesan-pesan kecil menjadi sebuah cerita yang menarik .
Anita Zulfah
Salah satu karya sastra fenomenal berupa cerpen karya M. Shoim Anwar berjudul “Ada Tahi Lalat” yang sangat berani dalam mengkritik pejabat pada permainan politik dan penipuan rakyat demi keinginan pribadi yang menggebu-gebu. Terkait kalimat pertama yang menuliskan “Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah” mampu membuat pembaca merasa penasaran dengan gaya bahasa yang sedikit ambigu untuk dimaknai. Hal itu didukung dengan adanya pergunjingan warga yang mengatakan “Tersenyum sambil membuat kode gerakan menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada sendiri”. Siapa sangka bahwa maksud dari pergunjingan itu mengarah pada aib yang dimiliki oleh Pak Lurah beserta istrinya. Semua kalangan baik anak-anak sampai orang dewasa tahu bahwa aib apa yang sudah dilakukan keduanya. Warga pun merasa geram dengan tindakan dan kebijakan pemerintah yang seharusnya memakmurkan masyarakat akan tetapi malah menghancurkan nasib dengan menjual tanah guna untuk dijadikan perumahan. Seharusnya pemerintah sadar akan keperluan dan kebutuhan untuk mencukupi pangan masyarakat. Hal itu mungkin bisa diwujudkan dalam pengembangan lapangan pekerjaan, menjadikan tanah sebagai ladang persawahan, membuat program kesejahteraan masyarakat dan sebagainya. Tapi mengapa tidak pernah berniatan seperti itu? Yang ada hanyalah menghabiskan uang rakyat dan menyesengsarakannya. Janji-janji yang dilontarkan hanya omong kotor namun tidak bisa dipungkiri, pejabat lebih berwenang. Hal tersebut diungkapkan penulis mengenai dunia politik tanpa menghilangkan rasa humor dan wajar dengan beberapa gaya bahasa yang vulgar mengenai perempuan.